Ririn terdiam saja, seraya menatap Roy yang seakan memberikan pelajaran tentang cara menari di club malam ini.
Mata Ririn masih saja memperhatikan semua gerak-gerik Roy dan juga orang-orang yang ada disekitarnya ini.
"Cobalah dengan mengerakan tangan dan kaki." Roy masih terus memberikan arahan kepada wanita yang baru pertama kali, datang ke club malam ini.
Ririn dengan perlahan-lahan, mulai mengerakan tubuhnya dimulai dari tangan saja. Tubuh Ririn masih sangat kaku akan hal ini.
Selama 15 menit, Roy masih sabar memberikan arahan sama Ririn agar bisa menikmati menari di club malam ini.
Lambat-laun, Ririn mulai percaya diri dengan mulai menggerakan kakinya juga. Hingga 17 menit berlalu, Ririn akhirnya bisa menikmati musik jazz ini.
"Bagus, menarilah dengan puas. Percaya diri saja." Roy yang masih berada didepan Ririn.
Tubuh seperti tersihi
"Merepotkan," ucapnya.Tubuh ramping Ririn sudah berada di ranjang kamar hotelnya. Mata Ririn perlahan mulai terbuka, tapi kesadarannya belum pulih sempurna."Dimana? kenapa sakit?" racau Ririn, yang mana pandangannya masih buram."Sudah bangun?"Ririn yang mendengar suara orang, menoleh ke arah suara itu berasal. Dengan pandangan yang masih berbayang."Siapa?" Ririn seraya mengusap matanya.Pandangan yang tadi berbayang-bayang, semakin jelas saat sesosok itu mendekati Ririn. "Ares," gumam Ririn."Akhirnya kau bisa mengenaliku," dengusnya sambil menatap raut wajah wanita yang sedang dalam keadaan mabuk itu.Telapak tangan mungil Ririn, menyentuh lembut wajah Ares. "Kenapa kau bisa disini?"Ares hanya diam saja dan tak menjawab apa yang dikatakan sama wanita itu. Ares tahu jelas, kalau Ririn masih
"Kenapa tak ada yang bertanya kenapa aku sakit?" Ririn mengajukan pertanyaan lagi.Mata Ares melihat wajah Ririn yang memerah dan mata wanita itu yang menyimpan kesedihan yang mendalam. "Kenapa?" tanya Ares dengan lembut."Dia jahat, jahat dan jahat. ""Siapa yang jahat?""Miko."Ares menyeringai karena mendengar nama itu lagi, yang keluar dari mulut Ririn. Mendengar hal itu membuat Ares tertarik mendengar, kata apa yang akan dikatakan sama Ririn selanjutnya.Tapi sebelum dirinya mendengar apa yang dikatakan sama Ririn selanjutnya. Ares berusaha memakaikan pakaian ke tubuh Ririn.Ares harus cepat memakaikan pakaian ini ke tubuh Ririn, karena jika tidak gairah yang sedari dirinya tahan, akan lepas kendali melihat tubuh indah, wanita yang ada didepannya ini.Tapi saat Ares akan memakai pakaian ini, lagi-lagi wanita mabu
Ririn yang sudah kehilagan kendali akan tubuh dan akalnya sendiri, ini semua karena minuman yang mengandung alkohol.Pikiran Ririn benar-benar kacau sekali, hingga dirinya tak menyadari dampak apa yang akan terjadi.Sedangkan Ares hanya menikmati apa yang sudah di mulai oleh Ririn. Jangan salahkan Ares jika dirinya bisa seganas ini.Ini semua karena ulah wanita yang ada di bawah tubuhnya ini. Wanita yang sudah berhasil membuat pertahanan dirinya runtuh seketika.Ares sudah menahan gairahnya yang akan bangkit, tapi wanita ini malah memancing gairahnya semakin meningkat.Hingga membuat Ares menjadi hilang akal dan berani menyentuh wanita bernama Ririn ini. Ares melahap bibir lembut Ririn.Ares melumat bibir Ririn, seperti akan memakan bibir milik Ririn. Ares semakin brutal, karena tak ada penolakan dari wanita yang berada di dalam kungkungannya ini.&nbs
Mata Roy melihat ke arah sekeliling bar, dirinya tak menemukan keberadaan wanita yang bersamanya tadi.Roy bahkan sudah bertanya kepada pria yang berprofesi bartender itu, kalau Ririn dibawa oleh seorang pria.Tapi bartender itu, tak tau siapa pria tersebut karena pria yang membawa Ririn pergi dengan cepat bersama Ririn.Roy sangat cemas sekali, dirinya khawatir jika terjadi sesuatu nantinya sama Ririn. Roy yang membawanya ke bar ini.Sudah 20 menit dirinya mnecari keberadaan Ririn di bar ini, tapi dirinya tak menemukan apapun. Jalan satu-satunya, dirinya harus melihat CCtv, agar dirinya bisa melihat siapa yang membawa Ririn.Roy hanya berharap, kalau Ririn baik-baik saja dan orang yang membawanya tak berbuat buruk sama wanita tersebut.Saking cemas dan paniknya, Roy tak menyadari kalau dirinya mengigit bibr sambil melihat ke arah layar monitor.
Roy langsung saja keluar dari mobilnya, setelah dirinya sampai di lobi utama hotel. Bahkan mobil mahalnya dipakirkan oleh staff.Pikiran Roy hanya ingin meloihat Ririn dalam keadaan baik-baik saja, hanya itu saja yang ada di jalan pikiran Roy.Hingga tiba-tiba, langkah kaki Roy berhenti seketika. Disaat dirinya menyadari, kalau Roy belum mengetahui dimana kamar yang ditempati oleh Ririn.Roy sangat yakin, kalau Ririn dibawa oleh pria asing tersebut, ke dalam kamar Ririn. Roy seyakin ini, karena hotel ini adalah tempat dimana Ririn menginap selama liburannya.Pandangan mata Roy tertuju kepada resepsionis, dirinya harus bertanya kepada staff hotel agar dirinya bisa mengetahui kamar Ririn."Apa kau mengetahui dimana kamar Ririn?" tanya Roy mengunakan bahasa.inggris.Roy menjelaskan semuanya tentang Ririn, sampai memberikan foto Ririn kepada staff hotel, agar bis
Pagi hari yang cerah, dengan disuguhi pemandangan langit biru yang indah. Cahaya matahari memasuki celah jendela kamar.Saking terangnya cahaya matahari, perlahan-lahan mata indah dan lembut itu terbuka perlahan-lahan.Saat matanya terbuka, kepalanya langsung saja merasakan denyut kesakitan. Tapi mata indah itu tetap kekeuh, ingin membuka mata walaupun merasakan kesakitan.Pertama kali yang dilihat adalah langit-langit kamar. "Arght," rintih Ririn seraya memijat pelipis agar bisa mengurangi rasa sakit dikepala.Sambil memjiat kepalanya yang berdenyut sakit, mata indah itu menatap ke arah samping tubuhnya.Deg.Jantungnya berdegup kencang saat melihat apa yang ada didepannya matanya ini. Bola matanya hampir saja keluar.Tiba-tiba saja ingatan semalam terlintas didalam pikirannya, jantungnya Ririn seakan ingin berhenti.
Seminggu sudah berlalu, semenjak dirinya kembali dari Hawai. Kembali dirinya dari liburan ke Hawai, dirinya merasakan perasaan yang sangat aneh.Sekarang Ririn hanya berdiam diri saja didalam kamar, selama berhari-hari Ririn mengurung dirinya sendiri didalam kamar.Ririn merasa kalau dirinya sudah berbeda, walaupun di mata orang lain Ririn masih saja sama dengan Ririn yang dulu.Tapi Ririn merasa kalau dirinya sudah aneh, mungkin saja karena dirinya yang kehilangan keperawanannya.Jika mengingat kembali dirinya yang sudah hilang kesegelan kesuciaan, membuat Ririn menghela nafasnya kasar.Dirinya hanya bisa menerima saja, karena jika dirinya marah juga tak akan menghasilkan apapun. Semua sudah terjadi didalam hidupnya."Kenapa hidupku menyedihkann sekali?" Ririn dengan mata yang menatap langit-langit kamarnya.Pertama dirinya putus cinta,
Pukul 8 pagi hari. Ririn sudah berada dihalte bus, tempat dimana dirinya selalu menunggu bus disaat masih bekerja.Tapi sekarang tujuan dari dirinya menaiki bus kali ini berbeda, dulu ia menaiki bus untuk menuju ke tempat dirinya bekerja, tapi sekarang tujuannya adalah mencari sebuah pekerjaan.Bibirnya tersenyum untuk menyakinkan dirinya kalau ia bisa melalui semuanya. Walaupun cahaya matahari sangat terang hari ini, tidak membuat Ririn patah semangat.Ririn segera bangkit untuk berdiri, disat bus yang akan membawanya ke hotel tempat dimana ia akan wawancara kali ini.Semoga saja wawancaranya berhasil dan bisa diterima oleh hotel tempat dirinya melamar kali ini. Menurut Ayahnya, dirinya akan diterima karena pengalamannya yang sudah bertahun-tahun didunia memasak.Walaupun dirinya mempunyai pengalaman dalam dunia pekerjaan yang dirinya tekuni ini, tapi Ririn masih kalah pengalama