Pagi hari yang cerah, dengan disuguhi pemandangan langit biru yang indah. Cahaya matahari memasuki celah jendela kamar.
Saking terangnya cahaya matahari, perlahan-lahan mata indah dan lembut itu terbuka perlahan-lahan.
Saat matanya terbuka, kepalanya langsung saja merasakan denyut kesakitan. Tapi mata indah itu tetap kekeuh, ingin membuka mata walaupun merasakan kesakitan.
Pertama kali yang dilihat adalah langit-langit kamar. "Arght," rintih Ririn seraya memijat pelipis agar bisa mengurangi rasa sakit dikepala.
Sambil memjiat kepalanya yang berdenyut sakit, mata indah itu menatap ke arah samping tubuhnya.
Deg.
Jantungnya berdegup kencang saat melihat apa yang ada didepannya matanya ini. Bola matanya hampir saja keluar.
Tiba-tiba saja ingatan semalam terlintas didalam pikirannya, jantungnya Ririn seakan ingin berhenti.
Seminggu sudah berlalu, semenjak dirinya kembali dari Hawai. Kembali dirinya dari liburan ke Hawai, dirinya merasakan perasaan yang sangat aneh.Sekarang Ririn hanya berdiam diri saja didalam kamar, selama berhari-hari Ririn mengurung dirinya sendiri didalam kamar.Ririn merasa kalau dirinya sudah berbeda, walaupun di mata orang lain Ririn masih saja sama dengan Ririn yang dulu.Tapi Ririn merasa kalau dirinya sudah aneh, mungkin saja karena dirinya yang kehilangan keperawanannya.Jika mengingat kembali dirinya yang sudah hilang kesegelan kesuciaan, membuat Ririn menghela nafasnya kasar.Dirinya hanya bisa menerima saja, karena jika dirinya marah juga tak akan menghasilkan apapun. Semua sudah terjadi didalam hidupnya."Kenapa hidupku menyedihkann sekali?" Ririn dengan mata yang menatap langit-langit kamarnya.Pertama dirinya putus cinta,
Pukul 8 pagi hari. Ririn sudah berada dihalte bus, tempat dimana dirinya selalu menunggu bus disaat masih bekerja.Tapi sekarang tujuan dari dirinya menaiki bus kali ini berbeda, dulu ia menaiki bus untuk menuju ke tempat dirinya bekerja, tapi sekarang tujuannya adalah mencari sebuah pekerjaan.Bibirnya tersenyum untuk menyakinkan dirinya kalau ia bisa melalui semuanya. Walaupun cahaya matahari sangat terang hari ini, tidak membuat Ririn patah semangat.Ririn segera bangkit untuk berdiri, disat bus yang akan membawanya ke hotel tempat dimana ia akan wawancara kali ini.Semoga saja wawancaranya berhasil dan bisa diterima oleh hotel tempat dirinya melamar kali ini. Menurut Ayahnya, dirinya akan diterima karena pengalamannya yang sudah bertahun-tahun didunia memasak.Walaupun dirinya mempunyai pengalaman dalam dunia pekerjaan yang dirinya tekuni ini, tapi Ririn masih kalah pengalama
"Ririn."Mata Ririn berkali-kali mengerjap, untuk menyakinkan kalau apa yang ada hadapannya ini bukan khayalan semata."Ririn," ucap Miko dengan telapak tangannya yang masih menyentuh pergelengan tangan Ririn.Ririn menghiraukan panggilan dari pria bajingan tersebut. Matanya hanya fokus ke arah kanan tubuhnya, yang mana terdapat orang yang baru dirinya kenal."Ini benar Ririn bukan?""Roy," ucap Ririn pelan.Tanpa aba-aba, tubuh mungil Ririn langsung saja dipeluk erat oleh Roy. Ririn tak bisa menghindar, karena gerakan Roy sangat cepat.Sedangkan Miko yang melihat juga, sangat terkejut karena Ririn tiba-tiba saja dipeluk oleh pria yang dirinya tak kenal.Miko yang terbakar api cemburu, melihat kedekatan Ririn dengan pria lain. Langsung saja dengan cepat, menarik kasar tangan Ririn dan mendorong kuat pria itu, hi
Perlahan-lahan mata Ririn mulai terbuka, telinganya mendengar sekilas suara orang-orang yang sepertinya sedang bicara.Pandangan maat Ririn masih buram, hingga membuatnya harus mengedipkan matanya berkali-kali, agar membuat pandangan mata Ririn kembali seperti semula.Hingga akhirnya pandangan mata Ririn kembali normal dan dirinya bisa melihat jelas. Pertama kali yang Ririn lihat adalah langit-langit ruangan sepertinya.Mata Ririn melihat sekeliling dan dirinya melihat kalau ia sepertinya sedang berada diruangan yang mewah.Ririn menyadari dirinya sedang berada dirumah sakit, disaat ada infus yang tepasang dipergelangan tangan miliknya ini.Dikepala Ririn muncul berbagai pertanyaan, kenapa dirinya bisa berada dirumah sakit dan bagaiamana dirinya bisa berada di kamar Vvip rumah sakit."Ririn."Saat Ririn sedang melamun memikirkan akan dirinya sendiri. Pintu terbuka d
Ririn bahkan tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi, dirinya sudah terlalu shock dengan kedatangan pria itu, secara tiba-tiba.Ririn tak menyangaka kalau hari ini dirinya mendapatkan banyak sekal kejutan, disaat dirinya akan kembali memulai hidup yang baru.Pandangan mata Ririn hanya berfokus kepada punggung Ares, Ririn berkali-kali mengedipkan matanya, untuk menyakinkan dirinya kalau pria yang ada didepan matanya ini adalah Ares.Ririn segera mengalihkan matanya disaat tiba-tiba saja Ares menatap dirinya dan membuat jantung Ririn berdetak gugup."Apa pria ini?" tanya Ares sambil menatap Ririn."Apa?" tanya Ririn, tanpa melihat ke arah pria yang sudah membuat dirinya menjaid salah tingkah.Ares kembali menatap pria yang ada didepan matanya ini, mata tajamnya melihat dari atah hingga ke bawah tubuh pria itu.Bibir Ares menyeringai tipi
Ririn sekarang berada dihadapan dokter kandungan, dengan raut wajah yang ditekuk, akibat paksaan pria yang ada disampingnya ini.Ririn dan Ares sempat berdebat berkali-kali, karena Ririn yang memaksa untuk keluar dari rumah sakit, sedangka Ares menginginkan dirinya tetpa berada dirumah sakit.Pada akhirnya Ririn menang dan membuat Ares mengalah dengan keinginan dirinya. Dengan syarat dirinya harus bisa bertemu dokter kandungan terlebih dahulu, sebelum keluar dari rumah sakit.Ririn melakukan USG dan dirinya bisa melihat bayinya yang masih saja kecil sekali. Melihat hal itu perasaan Ririn menjadi campur aduk.Terutama saat dirinya melihat ke arah Ares, yang hanya diam dengan raut wajah tanpa ekspresi sama sekali, dengan pandangan mata Ares menatap monitor.Sejujurnya Ririn sangat penasaran dengan isi kepala Ares, tentang mengetahui kabar kehamilan dirinya yang sangat mendadak seka
Jantung Ririn berdegup kencang, bahkan saking takutnya Ririn tak bisa menelan ludahnya sendiri, sejarang Ririn sudah berada didalam rumahnya.Bagaimana Ririn tak merasakan takut, jika saja kedua orangtuanya sudah berada dihadapan dirinya, dengan mata menatap ke arah Ares.Satu hal yang membuat Ririn juga merasakan kekesalan adalah pria bernama Ares itu, sangat santai sekali dan tak ada rasa takut di raut wajah pria itu.Saat Ririn meliriknya, malah Ares tersenyum kepadanya dan tak menunjukkan rasa takut sama sekali."Siapa dia Ririn?" Tanya Fahri, Ayahnya Ririn.Ririn yang menatap sinis ke arah Ares, berubah menatap ke suara Ayahnya. Suara yang dirinya tunggu-tunggu untuk mengeluarkan suaranya itu."Calon kekasih dan ibu anak-anak saya."Bukan Ririn yang menjawab tapi pria berengsek itu yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan sama Ares.
Ririn yang tadi sedang memotong bahan-bahan seraya bicara dengan Mamahnya, terhenti saat mendengat suara itu.Tadi Ririn berniat ingin melanjutkan memasaknya, tapi saat mendengar suara lain. Membuat Ririn menghentikan apa yang dirinya lakukan.Ririn berjalan keluar dari dapur dan menemukan Miko yang bersama kakaknya itu. Ririn sejujurnya tak peduli dengan keberadaan Miko.Tapi keberadaan Miko sekarang sangat menakutkan, karena Miko mengetahui tentang dirinya yang hamil.Ares yang tadi sedang bicara santai bersama dengan Om Fahri, terhenti saat mendengar suara wanita.Bukan ada wanita saja, tapi pria yang tadi dirinya hajar juga berada dirumah ini. Entah kenapa Ares sangat senang sekali.Mata Ares menatap ke arah pria pengecut itu, dengan tatapan mata meremehkan. Sugguh hari ini sangat menarik sekali.Tentu saja menarik, pertama dirinya be