Share

BAB 6

Penulis: VityGether
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-07 18:06:54

Seperti biasanya, pesta berakhir dengan sangat berantakan. Brian mendadak terbangun dari kursi sofa. Dia berjalan sempoyongan ketika tanpa sadar hari sudah memasuki pagi hari. Dia terbangun karena ponselnya berdering.

"Halo."

(Apa kau sudah gila? Jam berapa ini? Apa kau lupa kalau hari ini ada dokter dari lulusan universitas terbaik negara J akan datang? Dokter yang sudah menyelamatkan anak gadis kepala pemerintahan. Cepat datang!)

Brian tak percaya dirinya akan sangat berantakan. Teriakan Tomi membuatnya tersadar.

"Midas!" teriaknya keras. "Akan aku bunuh dia! Midas!" Brian kembali terjatuh di atas sofa. Tubuhnya masih lemas akibat alkohol.

"Dia sudah pergi," ucap Ardi mengejutkannya.

"Apa maksudmu?" Brian berusaha membuka kedua matanya.

"Dia sudah pergi dan memang itu yang harus dia lakukan. Dari pada di sini mendapatkan kemarahanmu. Hmm, sebaiknya kau cepat pergi ke rumah sakit. Apa kau tidak mau tahu siapa dokter hebat itu?"

Ardi tersenyum melihat Brian sangat panik dan berlari ke kamarnya.

"Midas, aku harap kau bisa membalasnya. Ah, aku sangat kesal dengan kakakku sendiri," gumam Ardi sambil memegang surat Midas dan segera menyampaikan kepada Lupes yang sudah berada di kamarnya.

"Ibu, dia sudah pergi," ucap Ardi sambil menyodorkan surat Midas.

Perlahan Lupes menerima dengan menangis. Ardi tidak mengerti. Kenapa ibunya sampai seperti itu?

"Apa yang sebenarnya terjadi, Ibu?" tanya Ardi cemas.

"Leonidas lelaki yang sangat baik. Dia adalah cinta pertama ibu," balas Lupes mengejutkan Ardi.

**

Keadaan rumah sakit seperti biasanya sangat ramai. Para suster segera berbaris saat semua dokter senior dan junior berjalan cepat menuju aula perkumpulan. Mereka saling berbisik karena sangat penasaran dengan dokter yang akan datang ke sana. Gosipnya, dokter itu sangat muda dan jenius.

Tomi yang menjadi pembaca acara, sangat kebingungan. Semalam ayahnya mengatakan dia harus banyak belajar dengan dokter itu. Bahkan sang ayah menceritakan sosok Leonidas, dokter sederhana yang mendapat julukan, 'Sang Legenda.'

"Tidak biasanya kau gugup. Apa yang kau pikirkan?"

Tomi terkejut kedatangan dokter wanita paling galak, jutek, selalu menjaga kebersihan, paling pintar dan ditakuti semua orang karena sifat angkernya. Semua harus sempurna di mata dokter itu yang bernama Alma.

"Tenang dan duduk!" ucap tegas Alma yang sekarang menjadi kepala dokter rumah sakit. Dia dokter muda dengan prestasi luar biasa.

"Dokter, maafkan saya gugup," balas Tomi meringis.

"Aku tidak suka kedatangan sainganku. Dia akan menjadi kepala dokter juga? Bagaimana bisa, aku berdua satu ruangan dengan orang asing? Menyebalkan!" ucap dokter itu sambil duduk dan melirik sinis kursi tepat di sebelahnya yang akan diduduki saingannya.

Brian masih saja berlari menuju aula. Dia tidak mau terlihat buruk di mata senior.

"Untung saja aku tidak terlambat." Brian berjalan cepat menuju aula dan duduk tepat di sebelah Mita yang sama sekali tidak menyapanya.

"Mita," sapa Brian membuat wanita itu hanya memandangnya dingin.

"Kau seharusnya bangga dengan Tomi. Tidak aku sangka kau pernah menjalin hubungan dengan pembantuku. Memalukan," ucap Brian tersenyum sinis. Namun, dia berhasil mendapat perhatian Mita.

"Kenapa kau membencinya? Apa salahnya?" balas Mita sambil mengernyit dalam.

"Karena aku tidak suka ada gembel di rumahku," lanjut Brian masih tersenyum sinis.

Tomi pun segera memulai acara ketika salah satu dokter muda mendekatinya dan berbisik, "Dokter sudah akan masuk. Suster yang mengatakan kepadaku."

Tomi menganggukkan kepala. Dia kini berdiri di tengah ruangan sambil memegang pengeras suara.

"Baiklah. Aku sebenarnya tidak mengetahui siapa dia. Yang aku dengar, dia anak dari Dokter Leonidas. Dan tentu saja hebat seperti ayahnya. Baiklah, kita akan menyambut dia. Masuklah, Dokter."

Senyuman terpampang jelas di wajah sosok yang tentu saja mengejutkan semua orang.

"Apa ...." Bahkan Tomi menjatuhkan pengeras suara yang digenggamnya. Dia benar-benar tidak bisa berkata apa pun juga. Tubuhnya sangat kaku. Bagaimana mungkin, lelaki yang sudah dihinanya ternyata seseorang yang dia kagumi?

"Aku ... akan celaka," gumamnya pelan sambil menelan ludah dengan susah payah.

Sementara, Brian bersama Mita tak berkedip sama sekali.

"Jadi ... pembantumu adalah dia?" Mita menunjuk Midas sambil menatap Brian.

Dalam pikiran Brian, terbesit janjinya. Akan menjadi pembantu seumur hidupnya?

"Ini tidak benar," gumamnya pelan sambil mengusap wajahnya yang mendadak berkeringat. "Aku, tidak percaya dia adalah ....," lanjutnya masih saja menarik napas panjang berkali-kali untuk mengatasi jantungnya yang berdetak hebat lebih dari biasanya. Dia akan sangat malu!

Yang lebih terkejut, dokter wanita yang sudah mendapat ciuman mendadak Midas!

"Dia ....," ucap Alma sambil mengepalkan kedua tangannya. Semalam dia tidak tenang karena itu adalah ciuman pertamanya!

"Terima kasih sudah memujiku. Kenalkan, aku Dokter Midas."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
dina1saja123
waa seruuuu lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 10

    Satu hal yang bisa dilakukan Midas saat ini hanya bersabar dengan semua keadaan di hadapannya, walaupun itu sangat mengejutkannya.“Dokter …,” ucap Midas sambil membaca nama Dokter Tamrin di name tag yang berada di kemeja putih ayah Tomi sebelah kanan. “Oh, aku ingat. Dulu kau adik kelas ayahku. Dan kau pernah ke rumahku untuk meminta bantuan bukan? Ah … aku saat itu masih kecil.” Midas masih saja menunjukkan sikap tenang. Senyuman tak pernah lepas dari wajahnya. “Aku tahu kau pengagum ayahku. Bagaimana mungkin kau melempar nama ayahku ke sembarang tempat bukan? Hahahaha. Kau pintar sekali bercanda.”“Midas!” teriak Tomi. Dia menunjuk Midas dengan amarah. “Dia adalah wakil kepala di rumah sakit ini. Dia yang berkuasa di sini dan kita hanya bisa patuh dengannya. Jaga kesopananmu,” lanjutnya dengan suara lantang.“Baiklah Tuan Tamrin. Apa yang bisa aku lakukan? Ayahku saja kau lempar keluar. Apalagi aku? Hmm, aku minta maaf,” balas Midas masih saja tersenyum sambil menyodorkan telapak

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 9

    Midas tersenyum sambil berjalan mendekati pasien yang sudah terbaring dalam keadaan tertidur. “Apa kau yang menangani pasien ini, Mita?” tanya Midas lalu meletakkan koper hitam berisi semua alat penting untuk membedah pasien yang sudah dia rawat dan steril. Semua alat warisan Leonidas yang selalu dia simpan. Awalnya Midas menganggap semua alat itu hilang ketika dia berada di penjara. Tapi, saat dia keluar dari rumah Brian dan sampai di apartemen mewah yang sudah disiapkan Clara, dia sangat senang melihat koper itu sudah berada di atas meja dalam keadaan sangat baik. Ternyata Clara merawatnya selama ini.Saat itu para pengawal utusan Clara menjemput Midas ketika dia berhasil keluar dari rumah Brian diam-diam. Mereka membawa Midas menuju tempat tinggalnya yang baru. Apartemen kelas atas sangat eksklusif yang berada di lantai paling atas. Di sana, Midas merenung sepanjang malam untuk menunggu hari esok. Hari sangat penting dalam hidupnya untuk memulai pembalasan dendam dan asal mula kej

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 8

    Seorang wanita tersenyum ke arahnya. Menghentikan pembicaraan serius yang sebelumnya dia lakukan dengan Alma.Dengan sangat seksi, wanita itu berjalan ke arah Midas yang masih bergeming kaku dengan keringat dingin.‘Dia yang berada di sana saat aku melihat ayahku mati. Aku tidak salah lihat. Dia adalah wanita itu.’ Midas mengepalkan kedua tangannya. Senyuman sinis ketika wanita itu menatapnya sebelum dia pingsan delapan tahun lalu, selalu membayangi pikirannya. Clara memang benar. Kembali ke rumah sakit itu dan akan menemukan jawabannya. ‘Aku … tidak akan pernah melepaskannya. Tidak akan pernah!’“Dokter terbaik di Negara J. Lulusan terbaik dan berhasil menyembuhkan penyakit langka. Hmm satu lagi–,” ucapnya terhenti sejenak. Kedua mata hitam berlensa abu wanita itu semakin menatap tajam Midas. “Anak Dokter Leonidas yang sangat hebat. Sayangnya … sang legenda sudah mati,” imbuhnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.Midas masih menatapnya tajam. Tubuhnya bergetar. Seketik

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 7

    PLAK!!Tamparan keras melayang dari tangan kanan Alma ke pipi Midas. Spontan semua orang terkejut dan melotot tajam melihat itu.Midas, lelaki paling pintar dan selalu mendapatkan pujian dari semua guru ketika bersekolah. Ayahnya bernama Leonidas. Dokter sangat terkenal, mendapatkan julukan sang Legenda. Ibu Midas kala itu meninggal karena sakit saat melahirkan Midas. Leonidas membesarkan Midas seorang diri.Midas mewarisi kepintaran ayahnya. Membuat dia sangat populer di sekolah. Mita yang saat itu gadis tercantik dan terpintar membuatnya terpana. Mereka menjalin kasih dan membuat iri semua siswa. Namun, ketika Midas lulus SMA, dia mendadak menuju ke negara J karena perintah ayahnya.Kepergian Midas membuat Mita sangat frustasi. Perusahaan ayah Mita yang akan mengalami kebangkrutan, membuat Mita harus mau dijodohkan dengan Tomi. Keluarga Tomi sangat kaya. Ayahnya Wakil Kepala rumah sakit di Hospital International dan memiliki beberapa restaurant terkenal di kota.Rumah sakit Hospital,

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 6

    Seperti biasanya, pesta berakhir dengan sangat berantakan. Brian mendadak terbangun dari kursi sofa. Dia berjalan sempoyongan ketika tanpa sadar hari sudah memasuki pagi hari. Dia terbangun karena ponselnya berdering."Halo."(Apa kau sudah gila? Jam berapa ini? Apa kau lupa kalau hari ini ada dokter dari lulusan universitas terbaik negara J akan datang? Dokter yang sudah menyelamatkan anak gadis kepala pemerintahan. Cepat datang!)Brian tak percaya dirinya akan sangat berantakan. Teriakan Tomi membuatnya tersadar."Midas!" teriaknya keras. "Akan aku bunuh dia! Midas!" Brian kembali terjatuh di atas sofa. Tubuhnya masih lemas akibat alkohol."Dia sudah pergi," ucap Ardi mengejutkannya."Apa maksudmu?" Brian berusaha membuka kedua matanya."Dia sudah pergi dan memang itu yang harus dia lakukan. Dari pada di sini mendapatkan kemarahanmu. Hmm, sebaiknya kau cepat pergi ke rumah sakit. Apa kau tidak mau tahu siapa dokter hebat itu?"Ardi tersenyum melihat Brian sangat panik dan berlari ke

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 5

    Midas menarik lengan Ardi dan menggelengkan kepala. Dia tidak mau mencari masalah dengan Brian."Hahaha. Baiklah, jika dia bisa mengalahkan Tomi, aku akan menjadi pelayan seumur hidupnya," balas Brian sambil tertawa dan berkacak pinggang."Ah, aku tidak sabar melihatnya." Ardi kembali menepuk pundak kanan kakaknya. Lalu mengajak Midas pergi dari sana.Midas segera mengikuti Ardi dan masuk ke dalam mobil. Melihat perlakuan Brian, akhirnya Midas memantapkan hatinya untuk kembali.Semalaman, Midas semakin tidak tenang. Waktu sangat dekat, dan dia harus mengungkap identitasnya. Apalagi dia akan bekerja dengan Mita. Wanita yang dia tinggalkan begitu saja."Mita, maafkan aku," gumamnya dan terlelap.Pagi mendadak datang. Midas mendadak terbangun. Dia mendengar ketukan pintu. Dengan cepat dia membukanya."Bangun pemalas!" Tamparan kembali dia dapatkan dari Brian. "Apa kau lupa aku berulang tahun hari ini? Ah, kenapa aku berbicara dengan lelaki bodoh seperti dirimu. Cepat bantu semua pelayan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status