Mei Yan melangkah mendekati meja dapur. Dia melihat bahan apa saja yang akan dimasak oleh kedua koki itu. "Hei, kalian masak apa hari ini? Apakah kalian juga masak sup untuk suamiku?" tanya Mei Yan sambil melihat wortel yang diiris dengan ukuran cukup besar. "Iya Nyonya. Hari ini kami akan masak sup buntut sapi dengan wortel dan jagung. Untuk Tuan Muda minta dibuatkan sayur pok Joy dengan saus tiram," ucap koki itu. "Hmmm, aku ingin ikut masak dengan kalian. Kali ini aku akan membuat asinan kacang merah. Serta panggang sayap ayam dengan biji wijen dan kuah madu di atasnya," ucap Mei Yan sambil tersenyum. Kedua koki itu masih bingung dengan tingkah Mei Yan namun gadis itu sudah gesit membuka kulkas stok bahan daging yang ada di dapur. Dia mencari sayap ayam dan beberapa sayur. "Oh maaf Nyonya. Saya takut Tuan Muda Chen Fu akan marah karena istrinya harus masak sendiri. Tangan Nyonya nanti kotor," ungkap koki itu mengambil pisau di tangan Mei Yan. "Hei ada apa ini? Aku ingin masak
"Aduuuuh!" teriak wanita yang tertabrak Mei Yan.Dia terjatuh di lantai dengan memeluk tasnya yang mahal. Kemudian mendongak kepada Mei Yan. Wajahnya memerah dan matanya melotot. Hidungnya mendengus menahan marah. Wanita cantik itu mengambil ponsel yang terjatuh. Mei Yan merasa bersalah berusaha membantu wanita yang ditabraknya untuk bangun. "Mami Mertua!" teriak Mei Yan dengan wajah yang pucat. "Maaf... maaf aku tidak sengaja," ucap Mei Yan lagi. Melihat Mei Yan dengan penampilan seperti itu wanita yang tidak lain adalah Nyonya Chen semakin marah. Dia mendorong tubuh Mei Yan hingga terjengkang. Austin sempat kaget dan menolong Mei Yan. Dia tidak pernah takut dengan Nyonya Chen. Saat ini tugasnya hanya menjaga Chen Fu dan Mei Yan. "Nyonya Muda kamu tidak apa-apa?" tanya Ajudan Austin. "Tidak apa-apa," sahut Mei Yan berusaha bangun. Menerima uluran tangan Austin. Nyonya Chen bangun dengan mengibaskan rok pendek yang kotor. Dia juga membetulkan rambut pendeknya. "Hei wanita kamp
"Aku tidak membawa baju ganti, Nyonya Mei," ucap Moudy tersenyum kecut. Mei Yan diam sejenak. Dia mengamati tubuh Moudy dari rambut sampai kaki. "Kamu sangat cantik sekali bahkan sesama wanita aku iri denganmu. Kamu putih, tinggi dan seksi. Gak kayak aku yang agak imut. Heran juga kenapa suamiku tidak tergoda denganmu," balas Mei Yan. "Sudahlah, Istriku Sayang. Tidak usah membahas bajunya Moudy. Aku sudah punya istri. Tidak akan tergoda dengan Moudy walaupun dia berpakaian seperti itu," ucap Chen Fu akhirnya. "Wow, keren sekali. Masih adakah pria di jaman sekarang yang masih setia dengan istrinya walaupun digoda dengan wanita cantik setiap hari. Tapi aku akan biarkan kamu tergoda kalau kamu mau. Karena aku juga tidak mencintaimu," ujar Mei Yan sambil mengerucutkan bibirnya.Moudy terbelalak mendengar ucapan Mei Yan. "Apa tidak saling cinta? Kenapa mereka menikah? Apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Moudy dalam hati. Chen Fu terkejut kemudian menatap mata istrinya. Ada sesuatu y
Mereka menuju ke kantor Dinasty Grup yang ada di Tai Tung Road. Sampai di kantor Mei Yan turun dengan anggun. Dia memakai rok pendek dan blazer, kaos yang sangat ketat sehingga nampak sangat seksi. Sampai kantor dia mendapatkan perhatian dari semua karyawan terutama Moudy, sekretaris Chen Fu. Wanita muda menatap Mei Yan dengan tatapan yang sangat penuh cemburu. Dia sudah lama naksir Chen Fu. "Selamat datang kembali ke kantor, Bos," sapa Moudy. Wanita yang mempunyai tubuh tinggi langsing dan rambut lurus dengan hidung mancung serta bibir yang seksi itu sudah lama naksir Chen Fu. Dia tidak jadi mengundurkan diri karena mendengar bosnya hanya menghilang untuk sementara waktu. Moudy sudah mendengar kalau bosnya mempunyai istri baru. Tidak seperti yang ada di undangan tetapi ini wanita lain. Ternyata wanita itu adalah Mei Yan. Si kecil, imut dan tingkahnya kayak anak kecil. Bisa dibilang mirip ABG. Dandanannya belum pantas kalau disebut ibu bos. Sementara Chen Fu adalah pria ganteng
"Austin, tolong antar Nyonya Muda sampai lantai atas. Tunggu dia di depan pintu. Aku menunggu di bawah!" titah Chen Fu. "Baik, Bos," sahut Austin. "Aduh, Suamiku. Aku tidak tahu mau pakai baju apa ke kantor kamu? Selama hidupku belum pernah ketemu dengan orang lain apalagi di kantor. Aku malu dan takut," ujar Mei Yan. Wajahnya mendadak pucat. "Ya sudah kamu tampil seperti biasa saja. Jadi diri kamu sendiri apa yang kamu pakai pasti bagus. Aku juga tidak suka kamu tampil beda. Kamu sudah cantik. Apapun yang kamu pakai pasti bagus," puji Chen Fu. "Bolehkah aku dandan seperti biasa?" tanya Mei Yan dengan matamu mengerjap lucu. "Untuk istriku apa yang kamu lakukan aku akan mendukungmu," sahut Chen Fu. "Baiklah kalau begitu, Suamiku. Aku akan segera kembali."Dia memberikan kode kepada Austin untuk mengikutinya. Hanya mengerling manja pada Chen Fu seolah menggodanya. "Dasar anak gadis yang baru gede. Padahal m
Chen Fu makan mie udon buatan Mei Yan memang beda. Sangat enak dan lezat apalagi ditambah dengan acar lobak putih sangat pedas. Begitu pula dengan Felix dan Austin. Kedua pria tampan itu makan mie sangat lahap buatan Mei Yan. "Bagaimana enak tidak?" tanya Mei Yan pada kedua ajudan itu. "Sangat lezat sekali, Nyonya," sahut Felix tanpa menoleh kepada Chen Fu. "Hanya bikin sekali saja ini loh. Spesial. Lain kali aku gak mau masak," ujar Mei Yan. "Wah beruntung aku bisa makan masakan Nyonya Muda. Semoga aku ketemu gadis kayak Nyonya Muda, sabar, cantik dan baik hati," ujar Felix tersenyum memandang Mei Yan. Wanita itu hanya cengar cengir saja sambil menyenggol suaminya. Mendengar pujian Felix, tiba-tiba Chen Fu menghentikan makannya dan melotot ke arah ajudannya. "Oh maaf Tuan, aku tidak sengaja. Aku cuma kepengen punya istri seperti Nyonya Muda," ucap Felix merasa sangat bersalah. Mei Yan masih lanjut makan mie udon sampai kuahnya habis sama sekali. Dia melirik suaminya juga habi