Tergiur dengan bayaran yang besar, Mei Yan setuju menikah dengan pria yang tidak dikenalnya. Ternyata pria itu sangat dingin dan tegas. Apalagi pria itu lumpuh. Keluarga suami kontraknya tidak pernah suka dengan Mei Yan. Dia masuk dalam lingkaran drama keluarga suaminya. Akankah Mei Yan bisa melewati babak baru dalam kehidupannya,?
View More"Bos, Wong Yee kabur tidak hadir di pernikahan ini," bisik salah satu ajudan Chen Fu.
"Fuck! Kenapa dia kabur?" tanya Chen Fu dengan mata melotot. Saat itu pria yang berpakaian rapi itu sedang duduk di kursi roda menunggu calon mempelai wanita. "Terus bagaimana ini, Bos? Apa mau dilanjutkan?" Wajah ajudan itu sangat pucat. Dia tahu watak bos mudanya yang galak. "Kamu cari wanita yang ada di tempat ini yang mau dibayar untuk menggantikan dia sebagai pengantinku!" titah Chen Fu. "Wah siapa wanita itu, Bos? Mana ada yang mau menikah dadakan kayak gini?" bisik ajudan. "Kamu cari akal. Kamu iming-imingi dengan bayaran gede. Wanita mana yang tidak mau dengan uang. Dengan syarat harus cantik sama dengan Wong Yee. Aku kasih waktu setengah jam untuk mencari pengganti pengantinku.Awas kalau tidak ketemu!" titah Chen Fu. "Baik Bos. Akan aku kerjakan secepatnya." "Jangan sampai ada orang atau tamu yang tahu," bisik Chen Fu. "Baiklah kalau begitu." Ajudan itu kemudian langsung pergi ke belakang. Dia memberikan kode kepada temannya untuk ikut mencari wanita lain. Mereka menyelidiki siapa kira-kira yang bisa dipaksa untuk menggantikan menjadi pengantin dari tuan mudanya. Mei Yan, gadis manis yang sedang berdiri mencicipi salad yang ada di ruangan itu. Dia lagi asyik bernyanyi dan mengibaskan rambutnya yang panjang. Saat itu Mei Yan memakai rok warna putih sesuai permintaan agen catering. Dia menjepit rambutnya dengan pita merah muda. Dia menjadi pelayan sementara menggantikan temannya baru saja tidak hadir. Matanya melotot melihat salad mangga. Tidak bisa menahan diri sehingga dia menyelinap dan mencicipi salad itu. "Ikut kami!" bisik dua pria yang memakai jas langsung mengambil kedua lengan Mei Yan. "Hei ada apa ini? Kamu siapa?Tolong!" teriak Mei Yan berusaha melepaskan dirimu. Dengan sigap kedua ajudan itu menutup mulut Mei Yan dan menarik ke dalam sebuah ruangan. "Kamu pelayan catering ini kan?" tanya salah satu ajudan. "Iya aku kerja. Ada apa? Kamu siapa? Aku mau panggil polisi?" teriak Mei Yan akan mengambil ponselnya. "Kamu mau tidak aku tawari bayaran 100 ribu dolar . Tapi kamu harus menjadi pengantin bayaran?" tawar salah satu ajudan. "Hah apa maksudmu? Aku nggak mau jadi pengantin? Lagian aku juga gak kenal. Siapa tau pria itu jelek. Ih amit amit," ucap Mei Yan. "Kamu itu miskin tapi sombong. Kamu mau uang tidak? Kalau mau bosku langsung kasih kamu cek. Uang segitu banyak lo, Nona?" tawar ajudan satunya. Dia berdiri sangat dekat dengan Mei Yan. "Kalau kamu setuju segera ganti dengan baju ini dan kami akan membawamu ke ruang utama." "Wah tidak bisa. Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak kenal dan tidak cinta," tolak Mei Yan. "Ini kesempatan emas, Nona. Aku tahu kalau kehidupan kamu kurang. Coba kamu pikirkan lagi. Aku hanya punya waktu setengah jam." "Bagaimana? Aku kasih waktu sepuluh menit agar kamu berpikir dan segera bertukar pakaian. Aku tunggu di luar ruangan jangan sampai terlihat oleh orang dan polisi kalau aku memaksamu," bisik ajudan itu. Mei Yan diam sejenak. Memikirkan bayaran seratus ribu dollar gaji dari bos mudanya. Mendadak dia teringat dengan papanya dan restoran kecil miliknya yang masih tergadai. Papanya memang sedang sakit dan sangat butuh uang banyak. Dengan uang itu dia bisa melunasi semua hutang dan mengambil restoran kecilnya kembali. Dia berpikir akan kabur setelah menerima uang itu. "Bagaimana? Apa kamu setuju dengan tawaran kami?" tanya salah satu ajudan yang memakai kacamata. Mei Yan tersenyum sangat manis. "Baiklah, aku setuju dengan tawaran itu." Dia segera mengambil baju pengantin warna putih dan masuk ke dalam kamar mandi. Kedua ajudan itu menunggu di ruangan. Mei Yan merias wajahnya dengan sedikit polesan dan menyanggul rambutnya yang panjang. Dia tampil sangat cantik dan elegan dibalut dress warna putih. Tidak nampak kalau dia adalah pelayan restoran Ketika keluar dari kamar mandi kedua ajudan itu tidak berkedip menatap Mei Yan. Tidak menunggu lama kedua ajudan itu langsung menuntun Mei Yan menuju tempat pernikahan. Di sana Chen Fu menunggu dengan gelisah. Dia terkejut ketika melihat kehadiran Mei Yan yang sangat cantik. Mei Yan menatap Chen Fu untuk pertama kalinya. Sorot tajam Chen membuatnya menunduk. "Mimpi apa aku semalam terpaksa harus menikah dengan pria lumpuh itu. Kalau tidak demi bayaran segitu tidak mungkin aku mau menikah dengan pria itu," batin Mei Yan. "Cantik sekali gadis itu. Maafkan aku harus menjebakmu," batin Chen Fu. Chen Fu memberikan kode kedua ajudan agar mendekat dan membawa calon pengantinnya. "Dia pengantinnya?" tanya Chen Fu. "Iya Bos. Dia mau dengan bayaran gede." "Kalau begitu siapkan cek untuk bayaran wanita itu!" titah Chen Fu. "Dia mau menerima tawaran ini tapi dengan syarat setelah nikah harus menerima cek itu, Bos." "Baiklah, tidak masalah yang penting dia mau menikah denganku dan pernikahan ini bisa diselamatkan sehingga tamu-tamu yang hadir tidak kecewa." Keluarga Chen Fu sudah mulai berbisik. Apalagi Chen Yung yang mengetahui kalau pengantin wanitanya kabur mengumpat. "Mama, ke mana Wong Yee? Kenapa yang menikah dengan Chen Fu wanita lain?" tanya Chen Yung. "Apa dia pacarnya Chen Fu?" tanya Nyonya Chen.Selesai mandi, Chen Fu keluar dari kamar mandi hanya mengenakan selembar kain penutup bagian yang sangat sensitif. Badannya yang kekar dengan perut ramping dan rambut yang masih basah terlihat sangat menggoda. Sementara itu Mei Yan merapikan tempat tidur yang semalam sudah dipakai untuk bercinta. Tidak layaknya seorang nyonya muda, dia bersikap biasa saja. Tidak ada yang istimewa. "Hai apa yang kamu lakukan?" tanya Chen Fu ketika melihat istrinya merapikan tempat tidur mereka. "Memang apa yang kamu lihat?"Mei Yan menoleh ambil tersenyum."Kamu bukan kayak nyonya muda. Merapikan tempat tidurmu sendiri?""Aku tidak biasa berantakan. Ranjang adalah tempat terakhir untuk menghilangkan capek dan kesal. Bahkan aku suka tidur seharian kalau lagi kesal. Bajumu di atas tempat tidur."Mei Yan menunjuk pada baju dan setelan jas yang ada di tempat tidur. "Apa kamu tidak mau menolongku? Mendadak aku gak bisa pakai baju dan dasi."Chen Fu bersikap manja dengan istrinya. "Hei, sejak kapan kam
Malam itu Mei Yan tidur sambil dipeluk oleh suaminya. Walaupun belum ada cinta tapi dia merasa sangat nyaman dan aman. Setelah pelukan Papanya waktu kecil baru kali ini dia merasa aman dipeluk lagi oleh laki laki lain selain pelukan seorang ayah kepada putrinya melainkan dari seorang laki-laki yang sudah menjadi suaminya.Wanita itu tidur sambil tersenyum. Seolah tidak ada apa-apa. Hatinya tenang. Walaupun di hatinya kangen sekali dengan papahnya. Hanya dengkur halus suaminya yang terdengar setelah bercerita tentang hidup Chen Fu. Mei Yan harus bersiap menghadapi kenyataan buruk yang mungkin akan terjadi. Mereka tidur dengan cinta penuh sejuta harapan.@@@Alarm di ponsel Chen Fu berbunyi. Mei Yan bangun dan mencoba meraih benda pipih sambil membuka matanya sedikit. Kayaknya badannya sakit setelah sehari itu berhubungan dua kali dengan suaminya. Pukul tujuh pagi. Dia melihat Chen Fu masih tertidur pulas. Tampan dan sangat menggoda. Itu yang ada dalam pikiran Mei Yan. Untung sejenak
"Jadi apakah kamu masih menyimpan namanya di hatimu?" tanya Mei Yan ingin tahu Sebelum menjawab pertanyaan dari istri mungilnya, Chen Fu menarik nafas panjang. Sesekali dia menatap wanita yang berada di sampingnya seolah mencari jawaban dari pertanyaan itu. "Apa kamu menyentuhku karena hasratmu saja atau karena kamu sudah punya hati denganku?" tanya Mei Yan lagi."Aku dulu memang sangat memuja dan mencintainya bahkan melebihi diriku sendiri karena aku mengenalnya sejak lulus kuliah. Tapi setelah berhubungan lama aku pikir dia wanita yang sangat setia. Rupanya cinta hanya di bibir saja. Padahal dia tahu kalau aku adalah pemilik perusahaan Dinasty Grup. Begitu tahu aku lumpuh dia menjadi lain mendadak pergi begitu saja. Tanpa ada keputusan. Cintanya hanya sekedar fisik dan harta saja padahal aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk dia. Aku belikan mobil dan rumah. Belum perhiasan yang mahal serta pakaian," ujar Chen Fu mulai dengan mata yang berkaca-kaca. "Hah! Kenapa kamu sudah t
"Thanks, Sayang," bisik Chen Fu sambil memeluk Mei Yan. Wanita itu hanya tersenyum sambil memejamkan mata. "Tolong Tuan. Jangan dulu. Stop!" ujar Mei Yan lirih seolah minta belas kasihan. "Maafkan aku tidak bisa menahan hasrat ketika dekat denganmu," ucap Chen Fu. "Dasar Tuan Muda Mesum," gerutu Mei Yan.Mei Yan hanya diam. Ingin sekali menanyakan siapa wanita cantik yang menelpon Chen Fu namun pria itu tidak menjawabnya. Keinginan itu dia urungkan. Tidak ingin menjadi istri yang terlalu ingin tahu kehidupan suami apalagi baru dikenalnya. Chen Fu membelai rambut Mei Yan dan mengecupnya lembut. "Sayang, aku ingin menceritakan sesuatu. Aku merasa akan pergi jauh besok. Jadi kayak gak ada waktu. Apa kamu siap untuk mendengarnya?" bisik Chen Fu di telinga Mei Yan. Wanita itu menggeliat berusaha melepaskan dari pelukan Chen Fu. Dia menatap mata tajam pria itu. Mereka saling tatap. Seperti ada yang akan hilang. Baru saja bertemu, bahkan Mei Yan sudah mulai ada hati tapi mengapa suami
Mei Yan bukannya mengambil ponsel milik Chen Fu. Dia malah tertegun. Hingga Chen Fu bangkit lalu memeluk istrinya dari belakang. "Hei ada apa Mei..Mei? Apa ada yang aneh?" tanya Chen Fu. Mei Yan melepaskan pelukan tangan Chen Fu. Wajah yang tadinya ceria berubah mendung. Dia diam menuju meja makan melanjutkan menghabiskan kuah sup jagung buatannya. Chen Fu mengambil ponsel. Rupanya Dinar Lee yang menghubunginya. Pria itu hanya mendesah pelan kemudian menengok pada Mei Yan. "Hmm, apa dia mulai cemburu denganku? Buktinya dia tidak suka ketika ada wanita lain yang menelponku? Lalu ngapain wanita ini menghubungi aku lagi setelah sekian lama. Salahku sendiri kenapa namanya tidak aku blokir dalam ponselku," batin Chen Fu. Dia tidak ingin mengangkat panggilan dadi Dinar Lee. Dia mengambil ponsel kemudian meletakkan di dekat Mei Yan. "Sayang, apa kamu sudah mulai cemburu?" goda Chen Fu."Ah tidak. Aku hanya tidak suka saja dengan wanita itu. Kayaknya make up-nya terlalu norak," elak Mei
Mei Yan menatap suaminya. Dia sangat heran kenapa pria tampan itu malah menangis. Apa ada yang salah dengan masakannya. Mulut Mei Yan melongo masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Gegas dia melepaskan celemek yang dipakai dan mengambil tisu yang ada di atas meja makan kaca itu. "Hei ada apa, Tuan. Apakah ada yang salah dengan masakanku?" tanya Mei Yan dengan wajah ketakutan.Chen Fu malu gegas dia menghapus air matanya yang sempat menetes di pipi. Dia mengambil tisu pemberian Mei Yan. "Tidak...tidak ... Istriku. Aku teringat seseorang yang sangat berarti dalam hidupku," ucap Chen Fu. "Oh ya? Apakah kamu teringat dengan pacarmu?" tanya Mei Yan menatap Chen Fu. Pria itu diam sejenak. Mungkin sudah saatnya dia menceritakan kisahnya dengan Mei Yan. Kali ini wanita itu sudah jadi pendampingnya hingga perlu tau apa yang terjadi dalan kehidupan Chen Fu. Mei Yan salah tingkah ketika Chen Fu menatapnya lama. Dia membuang muka. Gegas mempersilakan suaminya untuk duduk. "Oh silaka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments