مشاركة

Bab 61

مؤلف: Nabila Ara
last update آخر تحديث: 2025-11-14 12:44:12

"Kenapa kamu tegang, sayang?" tanya Arthur saat setelah napas mereka mulai tenang tidak seperti setelah ciuman tadi, napas mereka memburu karena memerlukan pasokan oksigen.

Posisi mereka saat ini masih sama, dengan Arthur mengungkung Rose di bawahnya dengan baju Rose sudah terlepas dari tubuhnya hanya menyisakan kain penutup dua gunung kembarnya dan lembah basahnya.

Wajah Rose masih merona karena efek ciuman yang begitu memabukkan.

Arthur selalu saja membuat Rose terhanyut akan pesonanya, setiap serangan dan pangutannya membuat Rose kewalahan sekaligus menyukainya.

"Siapa yang tegang. Aku nggak tegang kok, Pa. Biasa saja perasaan." Jawaban dengan nada tegang dan gugup itu menerbitkan senyum di wajah Arthur.

Ini bukan pertama kalinya posisi mereka sedekat ini. Bahkan sudah cukup sering mereka bertukar saliva dengan panas dan bahkan hubungan yang lebih dari itu.

Namun, Rose tetap saja terlihat tegang jika posisinya terlalu dekat dengan Arthur.

Tegang yang membawanya pada rasa yang sang
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق
الفصل مغلق

أحدث فصل

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 73

    Hujan turun sejak sore, menebarkan aroma tanah basah yang samar tercium sampai ke teras depan rumah besar keluarga Bramasta.Rose menyibakkan rambutnya sambil keluar dari ruang makan, menahan kantuk yang datang setelah perut kenyang oleh hidangan sederhana yang tadi ia dan Bi Arum masak bersama.Semua asisten rumah tangga sudah beristirahat di pavilion belakang, bangunan terpisah yang memang disediakan khusus untuk para asisten rumah tangga.Bi Arum, satu-satunya yang biasanya berada di dalam rumah utama hingga malam, hari ini pulang lebih awal karena suaminya sedang sakit. Tadi ia pamit dengan wajah panik dan mata berkaca-kaca.Arthur meminta Bi Arum untuk membawa suaminya ke rumah sakit dan meminta supirnya untuk mengantarkan Bi Arum serta sang suami.Sebelum pulang, Rose sempat memeluk Bi Arum untuk menenangkannya. "Semoga suaminya Bibi lekas sembuh ya."Bi Arum langsung mengangguk dan mengaminkan ucapan Rose. "Aamiin. Terima kasih banyak, Non."Bi Arum langsung pergi bersama supir

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 72

    Ken dan AlanaBasement gedung kantor terasa lebih dingin daripada biasanya.Suara hujan dari atas semakin terdengar keras, seperti menabrak seluruh struktur bangunan.Ken berjalan sedikit di depan, sesekali menoleh memastikan Alana masih mengikutinya.Alana memeluk tasnya erat-erat, langkahnya pelan karena takut terpeleset di lantai parkiran yang sedikit lembap.“Pelan-pelan aja, Al. Lantainya licin,” ujar Ken tanpa menoleh.Alana mengangguk meski Ken tidak melihatnya. “Iya… aku tahu.”Tapi beberapa detik kemudian seperti sudah bisa ditebak Alana terpeleset kecil karena menginjak genangan tipis. Tubuhnya oleng ke samping.Refleks, Ken meraih lengannya. “Hei! Hati-hati.”Alana hampir melekat di dada Ken saking dekatnya jarak mereka.Wajah Alana langsungmemerah. “Maaf…”Ken mendengus pelan namunnya masih memegang lengan Alana “Aku suruh hati-hati juga nggak didengerin.”Nada Ken terdengar ketus. Tapi dari matanya tampak benar-benar khawatir.“…Kamu marah?” tanya Alana pelan.Ken melepas

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 71

    Sore hari kantor perlahan mulai lengang.Lampu-lampu di lorong sudah menyala otomatis karena langit Jakarta menggelap lebih cepat akibat hujan deras yang turun sejak setengah jam lalu.Rose menutup laptopnya dan merapikan dokumen di mejanya.Dari sudut lain ruangan, Arthur melakukan hal yang sama—merapikan jasnya lalu mematikan layar komputer.“Sudah siap pulang?” tanya Arthur sambil melirik Rose yang sedang memasukkan ponsel ke dalam tas.Rose mengangguk. “Siap, Tuan.”Mereka berdua berjalan keluar ruangan. Tepat di depan pintu, Ken sudah berdiri rapi dengan tas di tangannya. Seperti biasa jika tidak lembur, Ken akan pulang bersama-sama dengan atasannya tentu saja dengan mobil yang berbeda.“Sudah siap, Tuan Arthur,” ucap Ken sambil menundukkan kepala sedikit.Mereka bertiga berjalan berdampingan menuju lift. Arthur sempat memberi instruksi, “Ken, nanti kirimkan email tentang dokumen yang harus aku periksa malam ini. Kamu mengirim emailnya nanti saja juga nggak papa, Ken.”“Baik, Tua

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 70

    Alana menelan ludahnya pelan. “Kami itu hanya… teman kantor,” ulangnya dengan suara lebih lirih.Rose menyandarkan tubuh ke kursi, menyilangkan tangan di dada. Tatapannya tajam namun tetap lembut, khas sahabat yang ingin mencari kebenaran tapi tidak ingin menekan.“Yakin?” ulang Rose, kali ini dengan nada pelan tapi menusuk. “Soalnya ekspresi kamu tadi pagi… jelas bukan ekspresi ‘teman kantor’ saja, Al.”Alana menunduk semakin dalam, jemarinya gelisah memainkan sendok. Ia tampak gugup sekali di depan Rose."Rose… bukan seperti yang kamu pikir," ucapnya pelan.Rose memajukan tubuh, mencondongkan badannya mendekat ke meja. “Kalau bukan seperti yang aku pikirkan… ya sudah kamu jelasin. Kenapa kamu keluar dari ruangan Ken dengan panik? Kenapa kamu sampai salah tingkah hanya karena aku tanya kamu?”Alana mengerutkan alis, menggigit bibir bawahnya. Rose bisa melihat jelas kegugupan yang tidak bisa disembunyikan lagi.“Mungkin kamu salah lihat,” jawab Alana setengah berbisik.“Alana.” Rose m

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 69

    Rose masuk ruangan kerjanya dengan ekspresi yang penuh tanya, penuh rasa penasaran. Tentu saja ekspresinya sangat berbeda dari saat ia berangkat bersama Arthur tadi.Lalu ia duduk di kursinya, hanya menyimpan tasnya. Ia ambil buku kecil yang yang berisi schedule Arthur.Tangannya membuka buku itu tapi pikirannya tidak di sana, ia masih terpikir dengan Alana dan Ken.Bahkan saat pintu ruangan terbuka, Arthur masuk ke dalam ruangan saja Rose tidak menyadarinya.Bunyi pintu tertutup saja tidak ia indahkan, Rose masih sibuk dengan pikirannya.Arthur menyimpan tas kerjanya lalu melepas jas kerjanya sambil memperhatikan Rose yang terlihat melamun. Alis Arthur naik sebelah karena bingung dengan Rose, tentu saja ada rasa khawatir takut terjadi sesuatu dengan Rose.“Rose,” panggilnya sambil berjalan menghampiri Rose.Gadis itu refleks tersentak kecil. “Eh—i-iya? Pa-eh Tuan memanggil saya?”Selama di kantor, Rose memang menggunakan panggilan formal dengan Arthur, bagaimana pun Arthur adalah ata

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 68

    Sinar pagi merayap masuk perlahan ke kamar Arthur.Rose membuka mata dengan napas pelan, merasakan kehangatan yang berbeda dari biasanya. Tidur di pelukan sang Papa mertua entah kenapa membuat tidurnya sangat nyenyak, namun lelah dari perjalanan jauh dan aktivitas malam terakhir saat di Viila masih terasa di tubuhnya.Pagi ini, perasaan di dadanya campur aduk, rasa bahagia… lega… tapi juga gelisah.Bahagia karena ia semakin dekat dengan Arthur dan hari ini kembali ke rutinitas biasanya ke kantor sebagai sekretaris pribadi sang Papa mertua. Namun rasa gelisah karena masalahnya dengan Zumi masih belum usai.Saat ia hendak bangun dari ranjang, suara berat dan serak itu terdengar di sebelahnya.“Sayang…”Arthur membuka mata setengah, wajahnya selalu saja tampan meski baru bangun tidur bahkan bagi Rose di saat begini ketampanan Arthur naik berkali-kali lipat.“Morning kiss dulu,” ucap Arthur dengan suara serak khas orang bangun tidur.Rose memutar badan dengan wajah memerah. “Pa… pagi-pag

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status