Share

Bab 9

Author: Nabila Ara
last update Last Updated: 2025-09-22 23:07:29

Bab 9

Jessica menatap layar handphonenya lama setelah tombol “kirim” ditekan. Foto itu terpampang jelas: Rose duduk di kursi ruang tunggu klinik psikolog, ditemani Bi Arum. Cahaya lampu ruangan membuat wajah Rose tampak pucat, meski bibirnya berusaha menampilkan senyum samar. Ada kekosongan di matanya yang bisa dibaca siapa saja jika cukup peka.

Jessica menarik napas panjang, lalu tersenyum miring. Ia memandang refleksinya di kaca mobil yang buram oleh embun AC. “Arthur… aku tahu kau tidak akan bisa menutup mata setelah melihat ini.”

Ia merapikan rambutnya, kemudian menatap ponsel lagi. Dalam benaknya, ia bisa membayangkan raut Arthur ketika membuka pesan itu. Rasa khawatir, rasa bersalah, mungkin juga rasa tak berdaya—dan itu semua yang ia inginkan. Bukan karena peduli pada Rose, melainkan karena Jessica tahu: semakin Arthur larut, semakin besar kesempatan baginya untuk masuk di sela-sela retakan hati laki-laki itu.

Permainan ini baru dimulai.

Arthur baru saja meletakkan pena setelah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 9

    Bab 9Jessica menatap layar handphonenya lama setelah tombol “kirim” ditekan. Foto itu terpampang jelas: Rose duduk di kursi ruang tunggu klinik psikolog, ditemani Bi Arum. Cahaya lampu ruangan membuat wajah Rose tampak pucat, meski bibirnya berusaha menampilkan senyum samar. Ada kekosongan di matanya yang bisa dibaca siapa saja jika cukup peka.Jessica menarik napas panjang, lalu tersenyum miring. Ia memandang refleksinya di kaca mobil yang buram oleh embun AC. “Arthur… aku tahu kau tidak akan bisa menutup mata setelah melihat ini.”Ia merapikan rambutnya, kemudian menatap ponsel lagi. Dalam benaknya, ia bisa membayangkan raut Arthur ketika membuka pesan itu. Rasa khawatir, rasa bersalah, mungkin juga rasa tak berdaya—dan itu semua yang ia inginkan. Bukan karena peduli pada Rose, melainkan karena Jessica tahu: semakin Arthur larut, semakin besar kesempatan baginya untuk masuk di sela-sela retakan hati laki-laki itu.Permainan ini baru dimulai.Arthur baru saja meletakkan pena setelah

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 8

    “Papa…” Rose langsung memeluk Arthur. Tangisnya semakin pecah saat dipelukan Papa mertuanya.Rose sangat bingung saat ini. Dia tidak tahu alasan Zumi ingin menceraikannya. Rose sangat merindukan Zumi, ia begitu senang saat melihat notifikasi pesan dari sang suami.Bagai di sambar petir, Rose sangat terkejut membaca pesan dari Zumi yang ingin menceraikannya.Arthur mengusap punggung Rose untuk menenangkan Rose. Bucket bunga mawar yang ia bawa tadi sudah tergeletak di lantai. Hatinya bagai di remas saat melihat menangis dipelukannya.“Papa, aku harus bagaimana? Hiksss… Zumi ingin menceraikanku.”“Apa yang ada di pikiran Zumi,” ucap Arthur dingin. Rasa marah pada Zumi langsung menyeruak. Dia tidak tega melihat Rose hancur seperti ini.“Aku gak tahu alasannya Zumi ingin menceraikan aku, Pa. Aku harus bagaimana?” tanya Rose sambil melepaskan pelukannya dengan Arthur.Wajah Rose memerah karena menangis sejak tadi. Matanya sembab.Arthur mengusap air mata di pipi Rose. “Aku akan membantu kam

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 7

    Rose dan Arthur sedang duduk berhadapan di ruang makan. Setelah Rose sedikit tenang tadi, Rose dan Arthur pergi ke ruang makan karena sudah waktunya sarapan.Roti panggang mereka masih utuh, belum tersentuh sama sekali. Mata Rose masih sembab karena menangis. Akhir-akhir ini Rose lebih sering menangis.“Aku telah jahat sama Papa karena...” ucapan Rose terpotong saat Arthur memegang tangan Rose di atas meja.“Rose, Aku justru yang sangat bersalah sama kamu. Keadaan yang membuat kita melakukan hal itu.” Tangan Arthur masih memegang tangan Rose.“Papa, bagaimana jika kita lupakan malam itu?” usul Rose. Matanya menoleh ke arah tangannya yang di genggam oleh Arthur sehingga membuat Arthur langsung melepaskan tangan Rose.“Baik, kita lupakan malam itu,” ucap Arthur sambil menganggukkan kepala. Rose dan Arthur sepakat ingin melupakan malam panas mereka, tapi entah kenapa hati mereka menginginkan hal lain.Sejak malam itu, Rose sudah berusaha keras untuk menatap Arthur hanya sebagai ayah mert

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 6

    “Rose, Papa…” Arthur menghentikan ucapannya tapi tatapannya hanya tertuju pada Rose.Rose menunggu apa yang ingin di sampaikan oleh Arthur. Suasana mendadak hening, Arthur kembali diam begitu juga dengan Rose.Rose dan Arthur duduk berhadapan, piring mereka sudah kosong. Aroma masakan yang masih samar menguar di udara bercampur dengan keheningan yang membalut mereka berdua.“Kamu, baik-baik saja kan,Rose? Maksudku setelah malam itu?” Akhirnya kata itu yang keluar dari mulut Arthur memecah keheningan diantara mereka.Rose tersenyum tipis. Dalam benaknya ia ingin menjawab dengan lantang bahwa ia tidak baik-baik saja. Sangat tidak baik-baik saja. Tapi bukan kalimat itu yang ia ucapkan. “Aku baik-baik saja, Papa.”Arthur menatap mata Rose. Arthur ingin melihat kejujuran dari ucapan Rose. Dari mata Rose, Arthur yakin saat ini Rose tidak baik-baik saja.Selanjutnya, obrolan mereka berlanjut seadanya. Arthur dan Rose membahas tentang makanan dan hal-hal ringan yang biasanya tidak mereka angg

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 5

    Arthur bangkit dan menatap Rose dengan rasa bersalahnya “Aku sudah berusaha menahan diri, Rose. Tapi kamu.... Kamu sendiri yang memaksaku. Aku laki-laki normal, Rose. Pertahananku runtuh. Tapi percayalah, aku tidak pernah berniat menyakitimu, Rose.”Rose terdiam, napasnya terengah-engah. Rose tahu Arthur tidak mungkin berbohong tapi rasa amarah Rose terlalu besar sehingga dia tidak bisa berpikir jernih.“Apa Papa pikir aku bisa terima alasan itu?” bentak Rose dengan suara bergetar. Air matanya mengalir di pipinya. “Kalau Papa benar-benar laki-laki terhormat, Papa seharusnya bisa menahan diri! Aku ini menantu Papa!”“Rose!” Suara Arthur meninggi. Dia tidak terima jika hanya dia yang disalahkan. “Jangan bicara seakan-akan aku satu-satunya yang salah. Kamu juga…. kamu juga yang membuat pertahananku runtuh!”Wajah Rose memerah karena marah sekaligus malu. “Jadi sekarang salahku? Papa tega menyalahkan aku setelah semua yang terjadi semalam? Papa pikir aku sengaja menyerahkan diriku?!”Ar

  • Sentuhan Panas Papa Mertua   Bab 4

    Rose merasa tubuhnya terbakar. Napasnya mulai tercekat, dadanya naik turun tak karuan. Rasa panas yang tidak hanya menyiksa Rose tapi juga memunculkan rasa gairah di tubuh Rose.“Rose” suara Arthur terdengar di telinga Rose.Lengan kokohnya mengendong Rose dan membawa ke kamar mandi. Rose merintih dipelukan Arthur. Rose berusaha untuk tetap sadar. Wangi tubuh Arthur menyusup ke hidung Rose yang bisa membuat Rose semakin menggila.Pintu kamar mandi terbuka keras. Arthur menurunkan Rose ke dalam bathub lalu memutar keran. Air dingin memercik deras dan membanjiri tubuh Rose.“Aaaaahhhh...” Rose berdesah. Tubuhnya semakin bergetar hebat.Air sedingin es itu yang menguyur tubuh Rose tidak menghilangkan rasa panas, tapi justru membuat rasa panas itu semakin liar.Arthur menekuk lututnya, kedua tangannya menahan bahu Rose agar tetap dibawah guyuran air.“Bertahanlah, Rose. Kamu harus bisa melawan rasa itu. Air dingin ini akan membantu kamu,” ucap Arthur."Masih panas, Papa. Aaaaahhh. Aku gak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status