Share

Bab 44

Author: Mommy_Ar
last update Huling Na-update: 2025-08-31 08:21:42

‘’Aaahh!’’

Ciuman mereka semakin membara. Ara tak lagi menahan diri ia tahu rasa bersalah, marah, dan kecewanya hanya bisa luluh ketika bersama Aga.

Tangannya menarik kemeja Aga, meremas kuat seakan ingin memastikan pria itu benar-benar nyata.

Aga mengangkat tubuh Ara, membawanya perlahan ke kamar. Tanpa melepaskan bibir dari milik Ara, ia merebahkan gadis itu di atas ranjang. Pandangan mereka bertemu, saling bicara tanpa kata.

"Aku butuh kamu, Ga…" suara Ara bergetar, tapi matanya penuh keyakinan.

Aga mengusap pipinya lembut, "Aku selalu ada buat kamu, sayang. Malam ini, biar aku yang sembuhin semua sakit kamu."

Ara mengangguk kecil, lalu menarik wajah Aga kembali. Tak ada lagi keraguan. Hanya ada keinginan untuk saling memiliki, lagi dan lagi.

Pakaian mulai terlepas satu per satu, meninggalkan desahan dan sentuhan yang semakin panas. Suasana kamar dipenuhi bisikan lirih mereka, panggilan sayang yang terus terucap di antara kecupan.

Aga mencumbu le
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
enur .
Ara ,, lupakan masa lalu , tanpa kamu menikah dengan Rafi pun,kamu bakal tetep di sayang tante Hera
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 46

    Dokter itu menatap mereka satu per satu, lalu menurunkan suaranya, “Ara.”Seisi ruangan mendadak hening. Mama Indri membelalak, menutup mulutnya dengan tangan gemetar. Mata Rafi melotot, antara kaget sekaligus tidak percaya. Sedangkan Ana yang dari tadi pura-pura lemah menunduk pelan, lalu menatap mereka dengan mata berkaca-kaca penuh rekayasa.“Mama… Papa…” suaranya parau, hampir tak terdengar. “Aku gak akan minta Kak Ara ngelakuin itu buat aku. Aku tahu… Mama Papa pasti lebih milih Kak Ara, karena dia anak kandung Mama Papa. Tapi aku… aku takut mati… aku masih pengen hidup…”Rafi yang duduk di sisi ranjang langsung menggenggam tangan Ana, panik. “Tenang, Ana, kamu kuat. Aku gak akan biarin kamu apa-apa. Aku janji.”Mama Indri menutup mulutnya, tangis pecah tak tertahan. Ia menunduk, bahunya berguncang hebat. “Ya Tuhan… cobaan apa ini… kenapa harus seberat ini?”Papa Umar akhirnya duduk di samping istrinya, wajahnya kelabu penuh tekanan. Ia meraih tangan M

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 45

    Ara menghela napas panjang, menatap kosong ke arah lantai. “Enggak juga,” jawabnya lirih, seakan ada beban berat di tenggorokannya.Aga mengerutkan dahi, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Lalu?”“Aku masih perlu waktu untuk bicara dengan tante Hera,” suaranya pelan, nyaris seperti bisikan. Ara menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca. “Ra,” Aga memegang tangan Ara erat, suaranya mulai meninggi, penuh frustrasi. “Kenapa sih kamu harus mikirin tante Hera? Sementara anak dia sendiri gak mikirin ibunya.”Deg!Kata-kata Aga menusuk. Ara langsung terdiam, matanya membesar, dada terasa sesak. Ingatannya seketika kembali pada semua yang terjadi. Benar… Rafi tidak memikirkan ibunya. Dia tega berselingkuh di belakang Ara, mengkhianati janji yang pernah mereka buat. Dan tadi, di pesta itu… Rafi terang-terangan menyerangnya di depan semua orang, lalu dengan bangga menggandeng Ana, seolah-olah Ara bukan siapa-siapa.Air mata Ara perlahan jatuh, membasah

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 44

    ‘’Aaahh!’’ Ciuman mereka semakin membara. Ara tak lagi menahan diri ia tahu rasa bersalah, marah, dan kecewanya hanya bisa luluh ketika bersama Aga. Tangannya menarik kemeja Aga, meremas kuat seakan ingin memastikan pria itu benar-benar nyata.Aga mengangkat tubuh Ara, membawanya perlahan ke kamar. Tanpa melepaskan bibir dari milik Ara, ia merebahkan gadis itu di atas ranjang. Pandangan mereka bertemu, saling bicara tanpa kata."Aku butuh kamu, Ga…" suara Ara bergetar, tapi matanya penuh keyakinan.Aga mengusap pipinya lembut, "Aku selalu ada buat kamu, sayang. Malam ini, biar aku yang sembuhin semua sakit kamu."Ara mengangguk kecil, lalu menarik wajah Aga kembali. Tak ada lagi keraguan. Hanya ada keinginan untuk saling memiliki, lagi dan lagi.Pakaian mulai terlepas satu per satu, meninggalkan desahan dan sentuhan yang semakin panas. Suasana kamar dipenuhi bisikan lirih mereka, panggilan sayang yang terus terucap di antara kecupan.Aga mencumbu le

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 43

    Aga menatap wajah Ara yang masih penuh air mata. Hatinya mencubit keras melihat gadis itu larut dalam luka yang tak seharusnya ia tanggung sendirian. Perlahan, Aga mengangkat kedua tangannya, menangkup lembut wajah Ara yang dingin karena terlalu lama basah oleh air mata."Ra… cukup, ya," bisiknya lirih, seolah suaranya saja sudah bisa jadi obat. Dengan gerakan hati-hati, ia mengusap butiran air mata yang jatuh di pipi Ara. Jempolnya menghapus perlahan, seolah tak ingin menyakiti kulit halus itu.Ara menatapnya sebentar, lalu kembali menunduk. Dadanya sesak, pikirannya penuh, dan ia tak tahu lagi harus bagaimana. Tapi ketika Aga mendekat, menempelkan keningnya di dahi Ara, tubuhnya melemah."Aga…" suaranya nyaris bergetar, antara ragu dan pasrah.Aga mengecup lembut kening Ara. Satu kali… lalu dua kali. Ciuman itu bukan sekadar sentuhan, melainkan doa tanpa suara yang ingin ia titipkan: agar Ara tidak lagi merasa sendirian.Ara menutup mata rapat-ra

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 42

    "Kamu lihat kan, Ga? Seberapa berharganya dia buat orang tua ku?" Gumam Ara getir, nyaris seperti bisikan yang pecah bersama isak tertahan. Tatapannya kosong menembus jendela mobil, mengikuti cahaya lampu jalanan yang berkelebat. Suara Ara bergetar, seakan-akan setiap kata yang keluar adalah serpihan luka yang menekan dadanya.Aga melirik ke arahnya. Hatinya diremas perih melihat perempuan itu, yang biasanya berdiri tegar, kini begitu rapuh. Ia meraih tangan Ara, hangatnya genggaman itu seperti usaha untuk mengingatkan, Ara tidak sendirian. "Kita pulang aja, ya?" ucap Aga lembut, suaranya rendah dan penuh kesabaran.Ara menoleh sekilas. Tatapannya samar, matanya masih sembab, wajahnya lelah. Ada rasa bingung dalam dirinya, antara ingin melawan kenyataan atau menyerah. Perlahan ia mengangguk, pasrah mengikuti alur yang Aga tentukan.Sepanjang perjalanan pulang, hening mendominasi. Hanya suara mesin mobil dan hiruk-pikuk jalan raya yang terdengar, tapi itu pun terasa jauh. Ara bersan

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 41

    Di sebuah ruangan rumah sakit yang remang dengan aroma obat-obatan, Ana duduk di atas brankar. Tangannya memeluk perut, seolah sedang menahan sakit, padahal wajahnya sama sekali tak menunjukkan penderitaan, hanya ekspresi kesal yang dibuat-buat. Seorang dokter paruh baya berdiri di hadapannya, mengenakan jas putih yang sudah sedikit kusut. Ia menghela napas berat sambil menatap catatan medis kosong yang seharusnya terisi data pasien sebenarnya. “Kenapa lagi sekarang?” tanya dokter itu dengan suara lelah, jelas-jelas sudah terbiasa dengan ulah Ana. Ana memanyunkan bibir mungilnya, memainkan jarinya di tepi brankar. “Darurat! Nanti kamu bilang aja aku kritis,” katanya ringan, seolah permintaan itu hal sepele. Dokter itu mengerutkan kening, tatapannya menajam. “Kamu yakin masih mau main drama ini? Berapa kali kamu sudah minta aku bikin rekayasa hasil tes, rekam medis palsu, laporan kritis? Kamu nggak capek, Ana?” Ana menegakkan tubuhnya, matanya berbinar penuh ambisi, bukan k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status