Share

Bab 137. SPSG

Author: Asri Faris
last update Last Updated: 2025-10-02 22:19:40

Nada dan Saga menunggunya dengan cemas. Waktu terasa berjalan lambat sedangkan Zea terdengar kesakitan di IGD.

"Sakit, sakit," jerit bocah tiga tahun itu tak karuan. Nada yang mendengar itu serasa tak kuat. Cemas sendiri dengan derai tangis yang tiba-tiba keluar. Hatinya ikut pilu merasakan kesakitan anaknya.

Seorang perawat yang baru saja memeriksa menyibak tirai, lalu berusaha menghubungi dokter yang bertugas. Adik kecil ini mengalami patah tulang hasta sehingga harus ditangani serius. Setelah diobservasi ke ruangan radiologi untuk dilakukan tindakan rontgen baru bisa dilakukan tindakan pada tulang yang patah.

"Udah, jangan nangis terus, Zea pasti kuat. Sedang ditangani dokter," ucap Saga menenangkan Nada yang terlihat cemas.

Nada tidak menyahut, pikirannya langsung macam-macam dengar kemungkinan Zea patah tulangnya. Sudah bisa dibayangkan pasti sakit sekali.

Keduanya langsung berdiri begitu dokter yang memeriksa Zea keluar. Nada dan Saga menghampiri dengan rasa takut yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Ida Nur
rujuk srkaluan Nad kasihan Saga dan Zea
goodnovel comment avatar
moms Jastin
Alhmdulillah up jg.. udh nad rujuk z
goodnovel comment avatar
Fatiya Hasna
Mungkin setelah pulang dari RS, Nada bisa mempertimbangkan untuk hubungan kedepannya harus bagaimana dan segera mengambil keputusan memberikan jawaban yang bisa membuat Saga, keluarga, dan readers senang.. tentunya atas kesadaran sendiri bukan krn sebuah paksaan dan tekanan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 174. SPSG

    "Masya Allah tabarakallah ... adik cantik, maaf kalau El nakal ya. Ini anaknya udah mau minta maaf nih," ucap Mom Ayra berjongkok mensejajarkan tubuh Zea. El kecil padahal sudah mau meminta maaf, tetapi malah Zea yang malu-malu mau. Memberengut sembari bersedekap dada, ujungnya ngumpet dibalik punggung ibunya. "Sayang, ini loh El-nya udah mau minta maaf," bujuk Bunda Nada pada putrinya. "Nggak mau," jawab Zea menggeleng pelan. Masih ngumpet dibalik tubuh ibundanya. "Mam, dia yang nggak mau," adu El tak mendapat respon baik dari dedek Zea. El yang jahil malah mengintip menggodanya, jadinya Zea semakin erat memeluk ibunya. "El, jangan digituin, kamu nih kalau dibilangin malah kesenengan." "El nggak nakal loh, cuma ini Zea-nya yang malu. Abang El udah ya," kata Bunda Nada tersenyum menginterupsi keduanya. "Aduh ... maaf ya Zea, El suka iseng." Mam Ayra sampai melotot ke arahnya. "Tidak apa, besok juga akur lagi." Bunda Nada menanggapi dengan senyuman, begitu pun deng

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 173. SPSG

    "Pelan-pelan Mas," lirih Nada memejam. Entah ini perasaan Nada saja atau bagaimana, suaminya sepertinya malam ini terlalu bersemangat hingga membuatnya sedikit kewalahan mengimbanginya. Apakah karena efek cemburu juga, jadi sedikit brutal. Atau memang karena baru absen sepekan makanya begini. "Maaf, apa aku menyakitimu?" tanya pria itu menatap lembut. Nada menggeleng, kembali memejam merasakan hujamam cinta darinya. Malam ini keduanya melakukan dengan penuh semangat dan lama. Sampai Nada nampak kesulitan berjalan paginya. Wanita itu kaget sendiri kala melihat gambar dirinya di cermin, banyak sekali sisa-sisa gemes suaminya semalam. Dia baru menyadari pagi ini ketika hendak membersihkan diri. Sepertinya Nada juga terlalu terlena menikmatinya. "Mandi Mas, gantian sana!" titah Nada setelah keluar dari bilik kamar mandi menemukan suaminya masih berbaring malas di ranjang. "Ya, tunggu aku Dek, kita jamaah," jawab Saga sedikit terlambat. Pagi ini tubuhnya begitu ringan dan nyaman. Efe

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 172. SPSG

    "Maaf ya, tadi lumayan antri, ini pesanan kamu sayang," ucap Saga mengingat tadi lama. Pria itu dari rumah ibunya langsung pulang mengingat sudah malam dan meninggalkan istrinya di rumah yang sedang tidak enak badan sendirian. Dia hanya mampir membeli pesanan Nada, tetapi berhubung antri jadinya lama. "Aku pikir ke mana, lama banget," keluh Nada masih mengganjal perasaannya. Gegara kiriman keramat tadi Nada jadi parnoan. "Ayo makan dulu, Zea mau nggak!" tawar pria itu mengingat putrinya baru selesai makan di rumah neneknya. "Nggak, kenyang Yah," tolak anak itu menggeleng sembari beranjak. Zea sudah makan dan berganti pakaian. Di sana Zea sangat diurusin, jadi tidak usah khawatir sama sekali kalau anaknya kenapa-napa. Oma Zee sangat menyayangi Zea dari lahir. "Zea sudah makan?" tanya Nada memastikan. "Sudah, tadi pas aku datang lagi disuapin mama. Malah tadi nggak mau pulang, tapi nanti takutnya kamu kepikiran. Besok kalau kamu masih belum vit biar mama yang jemput lagi, ng

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 171. SPSG

    "Astagfirullah ... apaan sih, siapa yang kirim daleman seperti ini. Apa Mas Saga yang beli, tapi kenapa atas nama aku segala," batin Nada memungut kembali. Perempuan itu menatap dalaman wanita dan pria yang isinya berubah berantakan. Ada benda lainnya juga yang terselip di sana, sepertinya itu benda keramat pria. Apakah suaminya mengirim demikian? Nada benar-benar dibuat kaget plus bingung. Menggelikan sekali kalau itu kiriman orang lain. Nada terpaksa menelfon Saga yang mungkin saat ini sedang sibuk mengajar. Dia harus segera mengkonfirmasi kiriman ini. Kalau memang Saga dia bisa memaklumi walaupun agak menggelikan. Karena panggilannya tidak dijawab sama sekali. Wanita itu pun akhirnya membiarkan saja sampai jelas siapa yang mengirim. Di dalam kemasan, tidak tertera jelas, hanya ada alamat tokonya saja. Nada jelas merasa curiga mengingat dia tidak memesan barang-barang keramat wanita dan pria seperti ini. Setelah menunggu beberapa menit tak kunjung ada jawaban, ponsel Nada be

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 170. SPSG

    "Tidak ke mana-mana, bunda mau ke kamar mandi," jawab Nada dengan senyuman. "Ayah juga?" tanya Zea lagi beralih ke ayahnya. "Ya, ayah mau keluar ambil minum. Zea bobo ya, ini kan sudah malam." "Lapar Bun," adu anak itu malah meminta makan. Makluk saja, tadi belum sempat makan malam, sepertinya Zea memang lapar. "Eh, Zea mau makan? Sebentar ya, bunda ambilin dulu." Gadis kecil itu mengangguk, membuat Nada bergegas menyiapkan untuknya. "Ayo keluar, makan di luar!" Nada menginterupsi agar putri kecilnya tidak makan di kamar. Saga mengikutinya, menemani keduanya di ruang keluarga. Nada menyuapinya sembari menonton tayangan televisi. Pria itu memilih siaran olahraga. "Udah," tolak Zea menjauhkan piringnya setelah beberapa suapan. "Habisin dikit lagi," bujuk Nada tinggal beberapa suapan. Sesekali dia bersin-bersin, hawa dingin serasa menyapa tubuhnya. "Kenyang," jawab gadis kecil itu kini beralih ke pangkuan ayahnya. Zea memang lengket sekali dengan bapaknya, m

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Nab 169. SPSG

    "Ayo angkat, aku pingin tahu kenapa Aksa hubungi kamu. Jangan lupa diloudspeaker," kata Saga penasaran. Kenapa mantan pacar istrinya terus-terusan menghubungi Nada. Apakah ada yang penting? Atau justru belum selesai dengan masa lalunya. Nada dengan perasaan ragu mengangkatnya, dia juga meloudspeker yang jelas terdengar oleh suaminya. Perempuan itu sebenarnya mempunyai firasat tidak enak, tetapi semoga saja Aksa tidak berulah. Apalagi dia sebentar lagi mau nikah. Kasihan Raisa kalau sampai Aksa main-main saja. *** "Hallo ... assalamu'alaikum," ucap Nada menerima panggilan seperti biasa. Menenangkan diri lantaran suaminya menyimak dengan tatapan serius. "Waalaikumsalam ... syukurlah ... akhirnya kamu angkat juga Nad. Dari kemarin kenapa sih." "Ada apa Kak?" "Tentu saja ada perlu. Ayo kita ketemuan, jangan sampai Saga tahu. Aku ingin meluruskan masalah kita." Saga yang jelas-jelas mendengar langsung meradang mendengar istrinya diajak ketemuan sang mantan. Aksa ini lan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status