เข้าสู่ระบบ"Astagfirullah ... apaan sih, siapa yang kirim daleman seperti ini. Apa Mas Saga yang beli, tapi kenapa atas nama aku segala," batin Nada memungut kembali. Perempuan itu menatap dalaman wanita dan pria yang isinya berubah berantakan. Ada benda lainnya juga yang terselip di sana, sepertinya itu benda keramat pria. Apakah suaminya mengirim demikian? Nada benar-benar dibuat kaget plus bingung. Menggelikan sekali kalau itu kiriman orang lain. Nada terpaksa menelfon Saga yang mungkin saat ini sedang sibuk mengajar. Dia harus segera mengkonfirmasi kiriman ini. Kalau memang Saga dia bisa memaklumi walaupun agak menggelikan. Karena panggilannya tidak dijawab sama sekali. Wanita itu pun akhirnya membiarkan saja sampai jelas siapa yang mengirim. Di dalam kemasan, tidak tertera jelas, hanya ada alamat tokonya saja. Nada jelas merasa curiga mengingat dia tidak memesan barang-barang keramat wanita dan pria seperti ini. Setelah menunggu beberapa menit tak kunjung ada jawaban, ponsel Nada be
"Tidak ke mana-mana, bunda mau ke kamar mandi," jawab Nada dengan senyuman. "Ayah juga?" tanya Zea lagi beralih ke ayahnya. "Ya, ayah mau keluar ambil minum. Zea bobo ya, ini kan sudah malam." "Lapar Bun," adu anak itu malah meminta makan. Makluk saja, tadi belum sempat makan malam, sepertinya Zea memang lapar. "Eh, Zea mau makan? Sebentar ya, bunda ambilin dulu." Gadis kecil itu mengangguk, membuat Nada bergegas menyiapkan untuknya. "Ayo keluar, makan di luar!" Nada menginterupsi agar putri kecilnya tidak makan di kamar. Saga mengikutinya, menemani keduanya di ruang keluarga. Nada menyuapinya sembari menonton tayangan televisi. Pria itu memilih siaran olahraga. "Udah," tolak Zea menjauhkan piringnya setelah beberapa suapan. "Habisin dikit lagi," bujuk Nada tinggal beberapa suapan. Sesekali dia bersin-bersin, hawa dingin serasa menyapa tubuhnya. "Kenyang," jawab gadis kecil itu kini beralih ke pangkuan ayahnya. Zea memang lengket sekali dengan bapaknya, m
"Ayo angkat, aku pingin tahu kenapa Aksa hubungi kamu. Jangan lupa diloudspeaker," kata Saga penasaran. Kenapa mantan pacar istrinya terus-terusan menghubungi Nada. Apakah ada yang penting? Atau justru belum selesai dengan masa lalunya. Nada dengan perasaan ragu mengangkatnya, dia juga meloudspeker yang jelas terdengar oleh suaminya. Perempuan itu sebenarnya mempunyai firasat tidak enak, tetapi semoga saja Aksa tidak berulah. Apalagi dia sebentar lagi mau nikah. Kasihan Raisa kalau sampai Aksa main-main saja. *** "Hallo ... assalamu'alaikum," ucap Nada menerima panggilan seperti biasa. Menenangkan diri lantaran suaminya menyimak dengan tatapan serius. "Waalaikumsalam ... syukurlah ... akhirnya kamu angkat juga Nad. Dari kemarin kenapa sih." "Ada apa Kak?" "Tentu saja ada perlu. Ayo kita ketemuan, jangan sampai Saga tahu. Aku ingin meluruskan masalah kita." Saga yang jelas-jelas mendengar langsung meradang mendengar istrinya diajak ketemuan sang mantan. Aksa ini lan
Saga turun dari mobil sembari membawa payung, menghampiri istrinya yang tengah berteduh bersama Nimas. Demi apa terjebak hujan begini. "Ayo sayang!" seru Saga mengulas dengan senyuman. "Nim, aku duluan ya, nanti berkabar," ucap Nada melambaikan tangannya. "Ya, hati-hati Nad," balas Nimas masih terkaget-kaget. Apa dia tidak salah dengar. Sagara Alvarez yang cool itu sekarang terlihat begitu care dengan pasangannya. Bahkan kalau tidak salah dengar tadi Saga memanggilnya sayang. Terlihat so sweet sekali pasangan ini. Sepayung berdua, bikin tangan Nimas gatal saja untuk mengambil fotonya. "Ini kah yang dinamakan setelah badai ada pelangi," gumam Nimas mendadak baper sendiri. Ikut bahagia melihat sahabatnya harmonis rumah tangganya. Sudah banyak luka yang Nada lalui, saatnya dia menjemput kebahagiaannya sekarang. Semoga bukan hanya gimmick, mengingat dulu pernah diprank dengan hubungan mereka yang terselubung. "Setelah badai ada hujan Mbak, bukan ada pelangi. Salam waras,
"Selamat belajar anak cantik, nanti bunda jemput," ucap Nada mencium pipi Zea sebelum berangkat bersama ayahnya. "Zea doang yang dicium aku enggak nih," protes Saga mengandung keirian yang haqiqi. "Ish, ayahnya nanti saja, jangan di luar, malu nanti ada tetangga lewat. Berangkat Mas, nganternya sampai dalam ya. Pastiin Zea sudah masuk bersama gurunya." "Siap cinta," jawab Saga mengiyakan. Setelah pamitan romantis, langsung melajukan mobilnya. Nada menutup pintu rumah plus menguncinya. Serasa terbebas dari urusannya sejenak. Bukan mulai beberes atau bersiap pergi, melainkan menuju kamar untuk melanjutkan tidur lagi. Rasanya dia masih begitu lelah dan mengantuk, tetapi sudah dituntut dengan kewajiban paginya yang seabrek. Setelah urusan suami dan putrinya beres, waktunya memanjakan diri sejenak. Saat tengah memainkan ponselnya sembari tiduran, ada panggilan masuk yang justru membuatnya kembali bertanya-tanya. "Ini Aksa ngapain sih nelfonin aku terus. Mau ngapain nih oran
Saga langsung menemui putrinya di kamar, penasaran ngambeknya gadis kecilnya seperti apa. Apakah seperti bundanya atau justru lebih tantrum dari Nada. "Assalamu'alaikum ... ayah pulang!" seru Saga masuk ke kamarnya. Gadis kecil yang tengah sibuk itu langsung menoleh, lalu tersenyum bahagia didekati ayahnya. "Wah ... Zea sedang apa ini?" tanya Saga berjongkok di dekatnya. "Ayah ayo main, bunda terlalu sibuk," adu Zea mengingat tadi. "Bunda sibuk?" Seketika pikiran Saga loading. Nada sibuk apa, ia dia tahu pekerjaan ibu rumah tangga itu begitu melelahkan, tetapi apakah Zea terabaikan sampai tidak ada waktu menemani. "Ya, nanti ayah temani. Ayah mandi dulu ya, ayah baru pulang kerja, masih bau acem." "Em, setelah mandi Ayah ke sini ya," pinta gadis kecil kembali sibuk dengan dunianya. Saga beranjak ke kamarnya, terlihat di atas ranjang sudah disiapkan ganti. Nada memang istri yang pengertian, bisa-bisanya dia dulu sempat tidak mengakuinya. Bahkan mengabaikan perasaa







