Home / Young Adult / Sentuhan Panas Senior Galak / Bab 2. Menghapus Jejaknya

Share

Bab 2. Menghapus Jejaknya

Author: Asri Faris
last update Last Updated: 2025-01-13 12:33:14

Sungguh kehilangan yang paling berharga dalam dirinya itu sangat menyakitkan. Nada tidak punya keberanian untuk speak up. Berharap kejadian itu tidak meninggalkan jejak yang akan membuatnya semakin hancur.

"Astaghfirullah ...," ucap Nada mengingat sesuatu. Bergegas bangkit dari pembaringan lalu segera menyambar ponsel dan juga kunci motornya.

Hal pertama yang dia lakukan adalah ke apotik. Membeli pil kontrasepsi darurat untuk berjaga-jaga. Sudah jatuh, jangan sampai ketiban tangga. Setidaknya dia tidak ingin ada jejak apa pun setelahnya. Apakah ini efektif? Lebih baik berusaha lebih dulu daripada kebanyakan mikir.

Tunggu, Nada menghentikan langkahnya di depan pintu kosan. Dia kembali berbalik karena merasa ada yang harus disembunyikan. Ya, penampilan dirinya terlalu kentara. Gadis itu kembali masuk, mengenakan hodie dan masker untuk menutupi penampilannya.

Tentu saja tidak boleh ada yang tahu kalau dia membeli pil kontrasepsi darurat.

"Ya begini lebih baik," batin gadis itu menerjang rintik gerimis sore itu. Sepanjang melajukan motornya, Nada tidak tenang sekali. Beberapa kali beristighfar karena merasa tidak fokus membawa motornya.

"Ya Tuhan ... kenapa aku sekacau ini. Apakah keputusanku lari kemarin sudah benar."

Nada yang merasa dirugikan, dia juga yang harus memikirkan konsekuensi setelahnya. Bukankah seharusnya pria itu bertanggung jawab? Nada justru tidak yakin Saga tahu kalau itu dirinya. Bisa saja pria itu menganggap semua itu hal biasa yang tidak menarik untuk diingat.

Sesampainya di depan apotik yang paling dekat dengan kosan. Justru Nada ragu untuk masuk ke dalam. Ada ketakutan mana tahu ada orang yang mengenalnya. Suasana di apotik juga terlihat ramai. Nada semakin tidak percaya diri untuk membelinya.

"Harusnya aku online saja. Tapi kan aku butuhnya sekarang. Apakah efektif menundanya beberapa hari setelah kejadian," batin Nada galau.

Menimbang dari semua kemungkinan, Nada akhirnya memberanikan diri untuk tetap membeli barang itu.

Kepalanya celingukan sejenak, lalu turun setelah merasa aman. Walaupun agak canggung menyebutnya merk sesuai petunjuk yang dia dapatkan dari mbah g****e. Akhirnya mengumpulkan keberanian untuk menebusnya sebagai bentuk pencegahan.

Brak!

Tanpa sengaja gadis itu menabrak seseorang akibat jalannya menunduk kelewat serius.

"Maaf," ucap Nada tak melihatnya dengan jelas. Dia ingin segera melesat dari sana.

"Nggak jelas banget tuh cewek," batin pria itu berlalu. Menatap punggung mungil yang menjauh di depan pintu masuk.

Nada langsung meninggalkan halaman apotik. Sebelum pulang sekalian membeli makanan mumpung sudah di luar. Saat tengah menunggu pesanan, bukan gerimis lagi, melainkan hujan cukup besar hingga membuatnya tertahan di sana. Sempat berniat untuk makan di sana saja, tetapi terbesit dalam hati untuk menerjangnya. Seolah tidak peduli dengan derasnya air yang mengguyur tubuhnya.

Motor Nada melaju pelan, membiarkan air hujan itu membasahi seluruh tubuhnya. Seolah tengah membersihkan diri dari sisa-sisa noda kotor yang menempel di tubuhnya. Menghapus jejaknya yang sulit dilupakan.

Sesampainya di kosan, seluruh tubuh Nada basah tak tersisa. Dia hanya sedang merasa putus asa. Marah dengan takdir yang membuatnya kehilangan sesuatu yang paling dia jaga.

Tubuh dinginnya tak lagi dirasa, seolah tidak peduli dampak dari kelakuannya setelah ini. Tiba-tiba dia merasa sangat lapar setelah mandi.

Usai menghangatkan tubuhnya dengan pakaian panjang dan minuman yang baru saja dibuat, Nada langsung meminum obat yang tadi dibeli dengan penuh perjuangan. Tentu saja sesuai petunjuk setelah banyak membaca. Berharap setelah ini baik-baik saja. Karena sudah kelewat sehari sejak kejadian itu.

"Bismillah," batin gadis itu dengan perasaan was-was. Jangan sampai menyesal untuk kehidupan setelahnya. Masa depannya masih panjang, tidak boleh membuat kedua orang tuanya bersedih atas nasibnya yang malang.

Sedikit lebih baik walaupun hatinya tidak pernah tenang. Merasa berdosa dengan Tuhan, kedua orang tua, dan diri sendiri. Sungguh dia tidak ada niatan untuk melakukan perbuatan itu. Bagaimana pun dia hanyalah korban, dari pria tidak bertanggung jawab itu.

Nada mencoba melupakan kejadian naas itu. Berdamai dengan keadaan dirinya yang sekarang tidak baik-baik saja. Ke mana dia harus mengadu hal semenyakitkan ini. Malu, marah, bingung sendiri pastinya.

"Tidur Da, ingat, besok kamu ada pertemuan di kampus," batin gadis itu tidak lupa dengan schedule yang sudah diagendakan oprec kepanitiaan.

Dalam hati ada ketakutan untuk pergi ke kampus, tetapi optimis tidak bertemu dengan pria itu mengingat area kampus yang cukup luas.

Hingga larut malam, matanya tidak mengantuk sama sekali, tetapi dia memaksakan untuk terpejam. Agar besok cukup punya tenaga memulai hari.

Bolak-balik Nada memposisikan tidurnya tetapi tidak menemukan kenyamanan. Hatinya dirundung gelisah sejak kejadian itu. Entah gadis itu terlelap di jam berapa, dia terjaga oleh alarm ponsel yang membangunkannya.

Pagi ini ada second gath, pertemuan seluruh panitia Ospek Universitas yang pertama setelah liburan semester kemarin. Dia yang sebenarnya masih malas bangun mencoba menyemangati diri untuk ke kampus dan berjibaku dengan aktivitas yang akan memberikannya pengalaman baru.

"Tenang Nada, tidak ada yang berubah dari diri kamu. Kamu tetap cantik, manis, dan menawan. Lakukan sesuatu yang membuat harimu bahagia," batin Nada menyemangati diri. Walaupun dalam hati ada ketakutan yang besar. Bagaimana kalau ternyata Kak Saga mengingat kejadian malam itu.

Nada tidak tahu apakah pria itu melakukannya dengan sadar. Atau justru sama seperti dirinya yang menjadi korban. Nada tidak punya keberanian untuk menemuinya. Berharap di kampus nanti tidak pernah melihat sosoknya. Jujur, dia takut membayangkan itu semua.

Setelah merapihkan rambutnya serta memberikan make up tipis di wajahnya, Nada segera bergegas meninggalkan kosan. Mengendarai si kuda matic kesayangannya yang sudah menemaninya selama setahun ini menjadi mahasiswi.

Pagi itu langganan macet, entah bagaimana ceritanya dia memilih jalan utama daripada yang biasa dia lewati untuk mempersingkat jarak.

Tepat di lampu merah, saat dia tengah menunggu lampu traffic light berganti hijau, tak sengaja menoleh ke samping kiri yang ternyata malah dipertemukan dengan sosoknya yang dingin.

"Kak Saga," batin Nada menatapnya dengan amarah yang menyala. Bagaimana bisa dia setenang itu setelah melakukan pelecehan terhadap dirinya. Apakah pria itu tidak mengingat apa pun yang terjadi di antara mereka. seketika Nada menyadari betul siapa dirinya. Mereka memang sebelumnya tidak saling mengenal sama sekali.

Tatapan dingin itu saling bertaut tanpa ada yang berniat untuk menghentikannya. Sampai lampu traffic light berganti warna dan menyisakan kemacetan karena tak kunjung melajukan mobilnya.

"Woi, jalan dong!" seru pengendara lain tak sabar sembari mengklakson bersautan dari pengemudi di belakangnya.

Menyadari itu, Saga langsung terhenyak menginjak gas untuk meninggalkan arus kemacetan yang dibuatnya. Disusul Nada dengan kecepatan sedang sembari menghafalkan rubicon di depannya.

"Apakah pria itu mau ke kampus?" gumam Nada was-was. Takut sekali setelah ini malah mendapatkan masalah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Fatiya Hasna
Semoga tidak meninggalkan jejak ya, Nad... Apakah Saga juga korban sama seperti Nada? atau mlh sengaja, ntahlah masih menjadi teka teki misteri???
goodnovel comment avatar
jihandwiannisa110
jangan jangan Saga ingat kejadiannya..
goodnovel comment avatar
Ida Nur
nada jelas jelas itu kamu yg rugi kenapa kamu malah menyembunyikan...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 108. SPSG

    "Makasih Kak," ucap Nada berniat langsung turun tanpa menawarkan bertamu. "Nggak usah turun, nanti kusampaikan pada mama papaku kalau Kak Saga yang nganter." "Kamu lagi ngusir aku? Setidaknya bikin alasan yang masuk akal dikit kalau tidak mau menawarkan bertamu." "Kupikir Kak Saga sibuk, mau langsung pulang." "Lama-lama kamu ngeselin, untung aku udah belajar sabar. Kalau masih kaya dulu udah pasti panas tuh bibir." "Kok bisa?" "Iya lah aku cium." "Ck, nggak sopan. Mana boleh begitu, apa-apa yang dipaksakan tuh nggak baik." "Kalau nggak maksa kamu nggak mau. Giliran dipaksa merasa terdzolimi. Aku bingung tapi aku masih sabar. Aku yakin kedua orang tuamu saat ini juga mau ketemu sama aku." "Jangan lama-lama, nggak usah drama juga." "Siap sayang, kurang lebih tiga ratus enam puluh ribu detik." "Itu mah lama, jangan menyusahkan kalau bertamu." "Biasanya juga kamu nggak nemenin. Nad, cincin pernikahan kita mana? Kalau mau pisah aturannya harus dibalikin," kata Saga

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 107. SPSG

    "Nggak usah sayang, sayangan, nggak suka dengernya," protes Nada melirik kesal. "Hmm, kalau sayang beneran gimana? Ada pertimbangan nggak buat rujuk." "Nggak usah bahas itu mulu kenapa sih. Mau nganter atau mau drama, aku males nih dengernya." "Iya iya, aku anterin sampai tujuan. Mau ke mana dulu juga boleh, mumpung aku lagi ada banyak waktu." Saat ini sebenarnya selalu ada waktu. Bahkan dia rela mengesampingkan urusannya demi waktu bersama Nada. Sekarang baru berasa sekali, beberapa hari tidak bertemu rasanya tersiksa, padahal kemarin dia enjoy saja ngadep orangnya setiap hari, orangnya malah tidak dihargai. Pantas saja Nada ngamuk, sakit hati berujung minta pisah. Mobil Saga keluar dari area kampus, lebih dulu mengantar Nada ke kosan temannya, lalu rencananya kembali ke rumah. "Jadi di sini kamu ngumpet kemarin?" tanya pria itu ikut turun di depan kosan. "Kakak tunggu di sini saja, aku cuma ambil barang." "Aku harus mastiin biar kamu nggak belok, salah-salah kabur l

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 106. SPSG

    "Masih sakit?" tanya Saga masih mengusap lembut puncak kepalanya. Beberapa hari ini tidak bertemu, bukan berarti tidak peka lagi, tetapi menahan diri untuk memberikan ruang pada Nada berpikir. Sama-sama menepi untuk kemudian saling intropeksi diri. Netra keduanya bertemu, diam beberapa detik hingga seketika Nada tersadar ada rasa yang tidak nyaman. Dia bergerak menjauh hingga membuat Saga menarik tangannya. "Nggak, cuma kaget aja." Tadinya lumayan berdenyut, hanya beberapa detik dan sekarang sudah tidak terasa sakit lagi. Nada segera menormalkan ekspresinya. Berhadapan dengan pria ini selalu membuatnya tidak nyaman. "HPnya Kak," pinta Nada setelah pria itu mengambilnya tadi. Nada harus segera turun dari mobil Saga, dia tidak ingin terjebak di sana. "Kemarin ke mana?" tanya pria itu lagi ingin tahu. Menyerahkan ponsel di tangannya yang langsung diterima. "Nenangin diri," jawab Nada jujur. Memang benar begitu, di rumah terlalu berisik, tetapi dia sadar tengah menumpang pad

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 105. SPSG

    Saga menyempatkan menutup pintu agar pembicaraan mereka tidak ada yang dengar. Dia tahu sikapnya hari ini mungkin akan menimbulkan pertanyaan banyak orang. "Lain kali mengabari, setidaknya sama orang tua kamu. Mereka cemas sampai hampir buat laporan kehilangan ke kantor polisi." Rencananya begitu kalau sampai dua kali dia puluh empat jam belum ada kabar. Saga marah seperti ini karena cemas. Sayangnya yang dikhawatirkan tidak mau tahu. "Iya nanti aku pulang, nanti aku kabari papa sama mama," jawab Nada mengalihkan tatapannya. Padahal Saga sudah mati-matian menahan diri untuk tidak meninggikan suaranya. Tetap saja dia merasa kesal dengan respon Nada yang begitu santai. Pria itu masih berdiri menatapnya, perasaannya sulit ditafsirkan. Antara kesal, marah, khawatir, dan rasa entah. Campur aduk tanpa bisa mendefinisikan. "Terus kenapa Kak Saga masih di sini? Sana keluar, main usir anak-anak lain sesukamu. Tahu ini kampus keluargamu, tapi jangan arogan. Mereka bayar juga di

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 104. SPSG

    Sayangnya Saga tidak mempunyai nomor teman-temanya Nada. Dia memang tidak terlalu dekat dengan adik tingkat. Apalagi perihal nomor ponselnya, tentu dia tidak menyimpan kalau yang tidak penting-penting amat. Pria itu terus mencari kontak nomor yang mungkin saja bisa memberikan petunjuk. Salah satu teman Nada pasti tahu keberadaannya. Feelingnya mengatakan, Nada tidak mungkin jauh ke mana-mana mengingat dia sedang hamil dan terikat dengan pendidikannya. "Bagaimana Ga? Apa sudah ada kabar?" tanya Nyonya Hira cemas. Khawatir mengingat beberapa hari ini Nada kena omelan terus. Takutnya malah berontak karena merasa tidak nyaman di rumah. "Saga tidak punya nomor temannya Nada, Ma, ini lagi usaha minta sama teman Saga, mana tahu punya. Mama tenang ya, Saga bantuin nyari sampai Nada ketemu." Saga menghubungi Zian, mana tahu sahabatnya itu tahu nomor telepon Nimas atau Raisa. Mengingat keduanya yang paling dekat dengan Nada. Sayang sekali Zian juga tidak punya. Tetapi pria itu bisa men

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 103. SPSG

    "Kenapa jam segini Nada belum pulang?" tanya Pak Arya khawatir. "Nggak tahu Pa, mungkin sebentar lagi." "Ini hampir petang, memangnya dia tidak mengabari kalau tadi pergi ke mana." Pak Arya khawatir, karena beberapa hari ini hubungan dengan putrinya tidak terlalu baik. Beliau cenderung menasihati bernada marah-marah yang mungkin saja membuat putrinya tidak nyaman. Bukan maksud hati demikian, hanya saja beliau tidak suka masalahnya berlarut. Sebagai orang tua, Pak Arya terus kepikiran akan nasib Nada nantinya. Cita-cita dia sudah berantakan sejak terjadi insiden itu. Dia merasa nama putrinya diselamatkan walaupun Saga jelas pelakunya. Bukan memaklumi, tetapi akhirnya berdamai mengingat Saga juga tidak ada niatan. Keduanya dalam masalah sebab kelalaian menjaga diri dan atas campur tangan orang lain. "Tadi Nada hanya pamit ke kampus, mungkin ada tugas kelompok. Biar mama telfon dulu." Bu Hira tidak sepanik dulu, membuat Pak Arya sedikit menaruh curiga. Biasanya beliau ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status