Share

Bab 3. Shock

Penulis: Asri Faris
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 13:05:01

Ratusan panitia ospek sudah berkumpul di lapangan kampus tengah menanti dibukanya acara pagi ini. Nada yang sedikit terlambat langsung berlari bergabung menyambung barisan. Untung saja belum dimulai, dan sialnya dia dibarisan belakang yang sekitarnya tidak ada yang mengenalnya.

"Nad, telat? Tumben di belakang?" tanya Rani malah baru bergabung setelahnya. Napasnya masih tersengal seperti sehabis lari maraton saja. Itu artinya, dia tidak sendirian di barisan paling belakang yang isinya hampir cowok semua.

"Dikit, baru nyampai juga tadi terjebak macet di jalan," jawabnya sembari mengarah depan. Sepertinya acara akan segera dimulai setelah Pak Rektor nampak memasuki area.

Suasana hiruk pikuk pagi ini sudah kental terasa. Walaupun hawa-hawa liburan akhir semester masih belum sepenuhnya menghilang. Tetapi para panitia sudah stay di sana berjibaku dengan teman-teman yang saat ini tengah berjuang mensukseskan untuk ospek tahun ini.

Acara dimulai dengan sambutan pihak petinggi kampus, kemahasiswaan, presma BEM dan terakhir ketua panitia pelaksana sebagai koordinator umum.

"Nad, Zian," bisik Rania mengerling. Saat Mas Presma idaman sejuta mahasiswi normal tengah memberikan sambutan. Auranya langsung awur-awuran. Membuat yang lainnya menatap dengan semangat jatuh cinta terkagum-kagum dengan prestasinya pastinya.

"Hmm, jauh Ran, takut nggak nyampai kalau ketinggian," jawabnya berseloroh.

Siapa sih yang tidak kenal Mas Zian ini, sejak didapuk menjadi Presma BEM KM, sosoknya menjadi idola ciwik-ciwik seantero kampus. Belum lagi perawakannya yang tampan dan humble. Membuat nilai plus tersendiri bagi standarisasi cowok keren masa kini.

"Haha ... tahu diri itu perlu nggak sih," bisik gadis itu kembali fokus melihat podium.

Pidato didepan sudah berganti dari devisi PSDM yang sedang menjelaskan presentasi kinerja mereka. Progress apa saja yang telah mereka lakukan selama kurun waktu social project hingga pertemuan hari ini.

Acara ditutup dengan pengumuman agar seluruh panitia berkumpul sesuai subdivisi masing-masing. Nada langsung bergabung dengan teman-teman panitia di salah satu sudut lapangan. Mereka tengah menunggu agenda pembagian cluster yang sebelumnya sudah ditentukan dari pihak penyelenggara.

"Yes," batin Nada setelah lembaran fotocopyan dibagi sampai di tangannya ada nama dirinya di cluster shosum. Sejak awal mengikuti open recruitmen, dia sudah berharap di cluster shosum. Gadis itu tersenyum sembari bersiap membubuhi tandatangan.

"Eits, jangan ditandatangani dulu," seru Rania membuatnya terkesiap dengan tatapan tanda tanya.

"Apa Ran, bikin kaget orang saja," protes Nada mencebik kesal.

"Kamu di cluster apa?" tanya Rania tidak sesuai dengan harapan.

Nada dengan senang hati menunjukkan lembar fotokopiannya tanpa harus menjawab.

"Wah ... tukeran yuk! Aku bayar berapa pun deh kalau mau," ujarnya mendrama. Lebay tingkat provinsi memang satu temannya ini.

"Emang bisa? Sorry tapi aku nggak minat. Haha ... tidak apa-apa di cluster teknik, mana tahu di sana dapat pengalaman baru yang lebih seru." Nada memberikan semangat sembari mengepalkan tangannya.

"Oh my ... aku aminin dulu lah walau agak berat ini. Biasanya cenderung mimpin anak-anak cowok semua." Dia sudah membayangkan moving yang berat menyapa di depan mata.

"Sabar Buk, jalani prosesnya ini masih hari pertama," ujar Nada menyemangati temannya. Padahal diri sendiri juga sedang down akibat mentalnya diuji habis gegara insiden kemarin. Mengingat itu, dia serasa tidak ingin bertemu dengan hari esok.

Setelah menandatangani surat pernyataan kesanggupan, mereka langsung mengumpulkan dan bergabung dengan cluster masing-masing. Saling berkenalan satu sama lain. Apalagi di antara mereka akan menjadi tim yang solid untuk anggota dari masing-masing gugus yang nantinya akan dipandu.

"Gue Sindu, management, salam kenal," ucap seorang pria mengulurkan tangannya.

"Nada, Ekonomi," jawab gadis itu sembari menyambut uluran tangan Sindu.

Mereka bercakap-cakap nampak akrab dengan anak-anak lainnya juga. Sindu adalah kakak tingkat satu angkatan di atasnya dan kebetulan menjadi subkoor cluster shosum. Dia langsung membuat jaringan komunikasi kelompok di grub WA agar memudahkan sesama anggotanya berkomunikasi di mana pun.

"Nanti habis dzuhur kita kumpul ya! Lebih detailnya chek grub WA masing-masing. Ada yang belum masuk grub!" seru Sindu memastikan.

"Sudah," jawab teman-teman hampir bersamaan.

Sindu terlihat sibuk mengetik pesan, lalu mengirim beberapa point ke dalam grub WA yang baru saja dibentuk. Mengkoordinir anggotanya agar berkumpul kembali untuk pertemuan pertama sekaligus sesi perkenalan serempak.

Berhubung masih ada waktu, Nada menyempatkan diri untuk sholat dzuhur lebih dulu. Ia bergegas menuju masjid kampus yang tempatnya tidak begitu jauh dari lapangan.

"Nim, mau nitip nggak?"

"Seblak cuy, laper banget, kantin yuk!"

"Aku tinggal aja, mau curhat dulu, nanti nyusul. Kantin fakultas, 'kan?" sahut Nada mendahulukan kewajibannya lebih dulu.

"Ya, jangan lupa doain kita ya."

"Siap lah, nanti aku selipin doa yang paling baik buat kalian."

"Terbaik, doain Nimas biar tidak jomblo lagi."

"Dih ... yang punya pacar, percaya deh, percaya."

Mereka semua terdengar berisik yang tidak ditanggepi sama sekali. Pacar? Dia bahkan tidak percaya diri lagi menjalin hubungan dengan siapa pun setelah kejadian kemarin.

Entah suatu kebetulan atau tidak, sebatas dalam ingatan seperti melihat punggungnya yang jangkun. Sepertinya Nada sudah mulai gila karena di mana-mana dihantui sosoknya yang dingin dan menyebalkan itu. Bayangan Kak Saga seolah mengintai dirinya.

"Fokus, Nad, tujuan kamu ke sini apa coba?" batin gadis itu mengomel. Rasanya kenapa dia semakin susah menghilangkan ingatannya bahkan setelah sholat sekali pun. Sampai-sampai dia hampir lupa rakaat akibat terlalu banyak pikiran.

"Nad, udah?" sapa Sindu dari tempat yang sama. Nada tengah duduk di undakan tangga masjid sedang memakai sepatunya.

"Iya, baru sholat juga?" Pertanyaan yang sudah pasti tahu jawabannya. Membuatnya nyengir sendiri karena memang sebatas basa-basi.

"Sudah makan? Bareng yuk!" ajak Sindu ramah. Sepertinya dia akan menjadi teman yang baik di cluster shosum.

"Ini mau ke kantin Kak, sudah ditunggui teman-teman," jawab Nada mengingat tadi sebelumnya telah membuat janji. Mereka berjalan bersama sambil mengobrol.

Kedatangannya yang bersamaan langsung membuat beberapa anak lainnya menatap dengan godaan.

"Du, belum ada sehari loh," seloroh yang lainnya nampak heboh.

Mereka menanggapinya dengan santai dan datar. Ikut bergabung bersama teman-temannya mengisi perutnya di salah satu kantin favoritnya.

Dari kantin langsung berkumpul di gedung fakultas. Mereka ada pertemuan setelah kelompok terbentuk tadi. Sindu lebih dulu membuka forum lalu memperkenalkan diri. Saling mengakrabkan dengan masing-masing panitia.

Sesi selanjutnya diisi materi oleh kakak tingkat yang sudah didapuk menjadi pemateri tetap selama workshop di cluster shosum ini berlangsung.

"Teman-teman saya akan memperkenalkan pemateri kita, pastinya kakak senior ya, dan beliau ini sangat terkenal di kampus kita. Kalian semua pasti tahu orangnya. Beliau ini sudah malang melintang di dunia kepanitiaan, BEM dan sekarang Senat. Masuk Bang, langsung saja!" seru Sindu menginterupsi.

Seketika seluruh isi ruangan langsung tertuju pada seseorang yang baru masuk. Suasana ruangan langsung heboh melihat sosok pria yang berdiri gagah di depan sana. Dia berdiri tenang mengedarkan pandangan ke seluruh anak-anak dengan senyuman.

"Terima kasih Sindu," ucap pria itu menunduk ramah. Kembali mengalihkan tatapannya kepada seluruh panitia.

"Siang semuanya!" sapa pria itu terdengar ramah.

"Siang!" koor anak-anak seluruh isi ruangan menyambutnya antusias.

Berbeda dengan Nada yang sedari tadi nampak shock melihat orang yang baru saja datang seraya menebar senyuman ke seluruh peserta.

"Kak Saga," batin gadis itu sangat mengingatnya dengan baik. Dia terdiam kaku saat tatapannya bertemu. Apakah pria itu tahu kalau Nada wanita malam itu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Ida Nur
semoga Saga bertanggung jawab atas perbuatannya pada Nada
goodnovel comment avatar
Rosyidah Ulya Arrosyid
nahhhh....berharap bisa menghindar , eehhh malah dipertemukan ......
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
nah... kan... kan... Nada dah ditandai Saga...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 7

    Nada tidak berani mendahului, tetap fokus pada jalanan dengan kecepatan sedang. Jalanan sekitar kampus malam ini lumayan sepi, mungkin karena habis hujan, jadi pada malas keluar. Ditambah hari sudah malam. Gadis itu dibuat salah fokus ketika tiba-tiba motor Saga berhenti begitu saja tepat beberapa meter di depannya. Niatnya Nada mau mengabaikan pria itu dengan tetap melajukan motornya. Tetapi alangkah terkejutnya Nada ketika menyalip mendapati sesuatu yang melintas di depannya. "Astaghfirullah ...," ucap Nada kaget, gesit mengerem motornya. Akibat rem dadakan, motor Nada oleng hingga rubuh. Dia benar-benar merutuki kebodohannya lantaran tidak ikut berhenti tadi. Hingga harus berujung naas begini. "Aww ...," keluh gadis itu ambruk di jalanan. Untungnya motor Nada tidak mengenai tubuhnya. Namun, tangan Nada jelas luka akibat membentur aspal. Melihat itu, Saga yang masih bertengger di atas motor langsung menurunkan standarnya. Berjalan mendekat mengabaikan Nada, tetapi lebih d

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 6. Bengkel Asmara

    Materi selesai menjelang sore hari. Nada langsung memasukkan buku agendanya yang sudah penuh coretan penting ke dalam tasnya. Sebelum perpisahan, tak lupa nyanyian yel-yel semangat untuk kelompoknya didengungkan dengan penuh gembira. Nada mengikutinya hingga terbawa suasana. "Seru juga ya," ucap Nimas saat keluar dari ruangan. Mensejajarkan langkah Nada seraya menggandeng tangannya. "Iya, lumayan," jawab Nada tersenyum datar. Ice breakingnya lumayan membuatnya lupa sejenak akan masalahnya. "Apalagi kalau yang kasih materi Kak Saga, berasa mau dilama-lamain. Hehe ...." Nimas nyengir, sementara Nada menatap malas. Kakak Senior itu memang tampan, sayangnya minus akhlak. "Naksir?" tanya Nada dengan intonasi sedikit mencibir. Bisakah sehari saja tidak membahas topik tentangnya. Muak sekali rasanya, apalagi melihat wajah arogannya. "Semua cewek normal harusnya sih iya, emang kamu nggak?" "Jangan sampai," jawab Nada sembari membatin amit-amit. "Dih ... tahu deh, udah puny

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 5. Senior Meresahkan

    Sesampainya di kost, Nada langsung melempar tubuhnya ke ranjang. Terbayang kejadian tadi yang membuat hatinya semakin tidak nyaman. Ada hasrat untuk tidak melanjutkan kepanitiaan, apalagi selama workshop harus terus-menerus bertemu dengan Saga yang jelas-jelas menjadi pemateri tetap di cluster shosum."Duh ... bisa mundur nggak sih," batin perempuan itu tidak bersemangat pastinya. Membayangkan hari-hari berat bersama terus melihat wajahnya yang dingin. Namun, jelas-jelas dia sudah menandatangani surat pernyataan kesanggupan. Galau pastinya untuk melanjutkan. Drdrdrtt! Ponsel Nada bergetar ada panggilan masuk. Perempuan itu langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya. Seseorang yang sudah dua hari ini tidak memberi kabar. Padahal Nada ingin sekali menceritakan risalah hatinya.***"Assalamu'alaikum ... Nad, maaf baru ngabarin," ujar seseorang di sebrang sana."Waalaikumsalam ... nggak apa, aku tahu kamu sibuk." Mereka berdua tengah menjalani LDR dalam satu kota. Nada dan Aksa memang

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 4. Tatapan Menghanyutkan

    Luka tak berdarah, membawanya melesak dalam lamunan. Tidak salah lagi, memang Kak Saga yang tengah menatapnya. Tapi kenapa dia bisa ada di sini. Apa katanya? Menjadi pemateri di sini? Sungguh hari-hari yang buruk bagi Nada. Bagaimana pria brengsek itu bisa dipilih mengisi workshop. Arkhhk ... sialan! Nada tidak mendengarkan sama sekali ketika pria itu tengah memberikan sambutan. Dia hanya mengingat point pentingnya dan langsung membuatnya muak seketika mengingat peristiwa kemarin. Mendadak perut Nada mules mengingat itu semua. Wajahnya nampak pucat dan tidak berkonsentrasi sama sekali. "Da, kamu kenapa?" tanya Nimas memperhatikan wajahnya yang memucat. Sementara pria di depannya masih terus berbicara dengan bahasa yang jelas bisa diterima dengan menarik. Mereka tidak menyangka sekali kalau Kak Saga yang didapuk mengisi materi. "Nggak apa-apa," jawabnya mencoba tenang. Tidak mau terlalu terlihat di matanya yang jelas-jelas tidak diinginkan. Nada ingin sekali keluar dari ruan

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 3. Shock

    Ratusan panitia ospek sudah berkumpul di lapangan kampus tengah menanti dibukanya acara pagi ini. Nada yang sedikit terlambat langsung berlari bergabung menyambung barisan. Untung saja belum dimulai, dan sialnya dia dibarisan belakang yang sekitarnya tidak ada yang mengenalnya. "Nad, telat? Tumben di belakang?" tanya Rani malah baru bergabung setelahnya. Napasnya masih tersengal seperti sehabis lari maraton saja. Itu artinya, dia tidak sendirian di barisan paling belakang yang isinya hampir cowok semua. "Dikit, baru nyampai juga tadi terjebak macet di jalan," jawabnya sembari mengarah depan. Sepertinya acara akan segera dimulai setelah Pak Rektor nampak memasuki area. Suasana hiruk pikuk pagi ini sudah kental terasa. Walaupun hawa-hawa liburan akhir semester masih belum sepenuhnya menghilang. Tetapi para panitia sudah stay di sana berjibaku dengan teman-teman yang saat ini tengah berjuang mensukseskan untuk ospek tahun ini. Acara dimulai dengan sambutan pihak petinggi kampus,

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 2. Menghapus Jejaknya

    Sungguh kehilangan yang paling berharga dalam dirinya itu sangat menyakitkan. Nada tidak punya keberanian untuk speak up. Berharap kejadian itu tidak meninggalkan jejak yang akan membuatnya semakin hancur. "Astaghfirullah ...," ucap Nada mengingat sesuatu. Bergegas bangkit dari pembaringan lalu segera menyambar ponsel dan juga kunci motornya.Hal pertama yang dia lakukan adalah ke apotik. Membeli pil kontrasepsi darurat untuk berjaga-jaga. Sudah jatuh, jangan sampai ketiban tangga. Setidaknya dia tidak ingin ada jejak apa pun setelahnya. Apakah ini efektif? Lebih baik berusaha lebih dulu daripada kebanyakan mikir.Tunggu, Nada menghentikan langkahnya di depan pintu kosan. Dia kembali berbalik karena merasa ada yang harus disembunyikan. Ya, penampilan dirinya terlalu kentara. Gadis itu kembali masuk, mengenakan hodie dan masker untuk menutupi penampilannya.Tentu saja tidak boleh ada yang tahu kalau dia membeli pil kontrasepsi darurat. "Ya begini lebih baik," batin gadis itu menerjan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status