Share

Bab 92. SPSG

Penulis: Asri Faris
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-30 12:46:33

Mau tidak mau Nada tetap menemui ke depan. Apalagi di sana ada kedua mertuanya yang begitu baik. Walaupun berbanding terbalik sekali dengan sikap Saga selama menjadi suami. Padahal sedang tidak badan, tetapi terpaksa harus terlihat baik-baik saja.

Begitu Nada menampakan diri, pandangan Saga langsung tertuju pada wajahnya yang pucat. Pria itu terlihat khawatir, tetapi menahan diri sampai Nada menghampiri. Menyalim kedua orang tuanya, tetapi mengabaikan dirinya.

"Astaga ... segede gini bahkan tidak terlihat di matanya sama sekali," batin Saga terlewat begitu saja.

Nada mengambil duduk setelah menyapa kedua mertuanya dengan santun. Bahkan masih sempat tersenyum walaupun sebatas basa-basi. Tubuhnya terlalu lemah untuk kompromi saat ini.

"Kamu sakit Nad?" tanya Mama Zee sangat mewakili Saga yang sedari tadi gatal ingin berkata-kata.

"Masuk angin, Ma."

"Sudah minum obat? Aku antar ke rumah sakit ya. Atau aku panggilin dokter saja," timpal Saga tidak tahan juga hanya berdiam diri tanpa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (23)
goodnovel comment avatar
ndha windh
up ka please.........
goodnovel comment avatar
Ziechumaira
bagaimana kelanjutan nya,kmrin libur gk up,,,apakah hri ini juga masih libur.........
goodnovel comment avatar
Puji Ciput
kok gk up lagi ya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 106. SPSG

    "Masih sakit?" tanya Saga masih mengusap lembut puncak kepalanya. Beberapa hari ini tidak bertemu, bukan berarti tidak peka lagi, tetapi menahan diri untuk memberikan ruang pada Nada berpikir. Sama-sama menepi untuk kemudian saling intropeksi diri. Netra keduanya bertemu, diam beberapa detik hingga seketika Nada tersadar ada rasa yang tidak nyaman. Dia bergerak menjauh hingga membuat Saga menarik tangannya. "Nggak, cuma kaget aja." Tadinya lumayan berdenyut, hanya beberapa detik dan sekarang sudah tidak terasa sakit lagi. Nada segera menormalkan ekspresinya. Berhadapan dengan pria ini selalu membuatnya tidak nyaman. "HPnya Kak," pinta Nada setelah pria itu mengambilnya tadi. Nada harus segera turun dari mobil Saga, dia tidak ingin terjebak di sana. "Kemarin ke mana?" tanya pria itu lagi ingin tahu. Menyerahkan ponsel di tangannya yang langsung diterima. "Nenangin diri," jawab Nada jujur. Memang benar begitu, di rumah terlalu berisik, tetapi dia sadar tengah menumpang pad

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 105. SPSG

    Saga menyempatkan menutup pintu agar pembicaraan mereka tidak ada yang dengar. Dia tahu sikapnya hari ini mungkin akan menimbulkan pertanyaan banyak orang. "Lain kali mengabari, setidaknya sama orang tua kamu. Mereka cemas sampai hampir buat laporan kehilangan ke kantor polisi." Rencananya begitu kalau sampai dua kali dia puluh empat jam belum ada kabar. Saga marah seperti ini karena cemas. Sayangnya yang dikhawatirkan tidak mau tahu. "Iya nanti aku pulang, nanti aku kabari papa sama mama," jawab Nada mengalihkan tatapannya. Padahal Saga sudah mati-matian menahan diri untuk tidak meninggikan suaranya. Tetap saja dia merasa kesal dengan respon Nada yang begitu santai. Pria itu masih berdiri menatapnya, perasaannya sulit ditafsirkan. Antara kesal, marah, khawatir, dan rasa entah. Campur aduk tanpa bisa mendefinisikan. "Terus kenapa Kak Saga masih di sini? Sana keluar, main usir anak-anak lain sesukamu. Tahu ini kampus keluargamu, tapi jangan arogan. Mereka bayar juga di

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 104. SPSG

    Sayangnya Saga tidak mempunyai nomor teman-temanya Nada. Dia memang tidak terlalu dekat dengan adik tingkat. Apalagi perihal nomor ponselnya, tentu dia tidak menyimpan kalau yang tidak penting-penting amat. Pria itu terus mencari kontak nomor yang mungkin saja bisa memberikan petunjuk. Salah satu teman Nada pasti tahu keberadaannya. Feelingnya mengatakan, Nada tidak mungkin jauh ke mana-mana mengingat dia sedang hamil dan terikat dengan pendidikannya. "Bagaimana Ga? Apa sudah ada kabar?" tanya Nyonya Hira cemas. Khawatir mengingat beberapa hari ini Nada kena omelan terus. Takutnya malah berontak karena merasa tidak nyaman di rumah. "Saga tidak punya nomor temannya Nada, Ma, ini lagi usaha minta sama teman Saga, mana tahu punya. Mama tenang ya, Saga bantuin nyari sampai Nada ketemu." Saga menghubungi Zian, mana tahu sahabatnya itu tahu nomor telepon Nimas atau Raisa. Mengingat keduanya yang paling dekat dengan Nada. Sayang sekali Zian juga tidak punya. Tetapi pria itu bisa men

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 103. SPSG

    "Kenapa jam segini Nada belum pulang?" tanya Pak Arya khawatir. "Nggak tahu Pa, mungkin sebentar lagi." "Ini hampir petang, memangnya dia tidak mengabari kalau tadi pergi ke mana." Pak Arya khawatir, karena beberapa hari ini hubungan dengan putrinya tidak terlalu baik. Beliau cenderung menasihati bernada marah-marah yang mungkin saja membuat putrinya tidak nyaman. Bukan maksud hati demikian, hanya saja beliau tidak suka masalahnya berlarut. Sebagai orang tua, Pak Arya terus kepikiran akan nasib Nada nantinya. Cita-cita dia sudah berantakan sejak terjadi insiden itu. Dia merasa nama putrinya diselamatkan walaupun Saga jelas pelakunya. Bukan memaklumi, tetapi akhirnya berdamai mengingat Saga juga tidak ada niatan. Keduanya dalam masalah sebab kelalaian menjaga diri dan atas campur tangan orang lain. "Tadi Nada hanya pamit ke kampus, mungkin ada tugas kelompok. Biar mama telfon dulu." Bu Hira tidak sepanik dulu, membuat Pak Arya sedikit menaruh curiga. Biasanya beliau ya

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 102. SPSG

    Bujukan dari kedua orang tuanya tak mampu meluluhkan hatinya yang membatu. Beliau sebenarnya tidak ingin menyaksikan perceraian putrinya. Berusaha mendamaikan sebisa mungkin, asalkan Saga sungguh-sungguh ingin memperbaiki, mereka juga merestui untuk bersama lagi. Dalam sebuah hubungan, pasti ada kesalahan dan masa lalu. Mereka yang mau berjuang, patut diberikan kesempatan. Tidak ada satu rumah tangga pun yang luput dari ujian. Semua pasti akan mengalaminya dengan porsi masing-masing. "Apa yang membuatmu tidak ingin memberikan kesempatan kedua. Selama ini papa perhatikan Saga begitu sabar membujukmu. Malah terkesan kamu yang tidak jelas begini. Pria itu kalau sudah minta maaf, membujuk sampai segitunya, dia rela menurunkan harga dirinya. Tapi kalau kamu bersikap dingin seperti ini terus ya lama-lama bisa capek juga." "Nanti kalau Saga sudah menyerah, tidak mau berjuang lagi, terserah, baru kamu yang akan menyesal." Saking gemas dengan putrinya, Pak Arya sampai mengatakan demikia

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 101. SPSG

    "Ayo keluar, udah dijemput tuh, cie ... yang katanya mau pisah malah bucin." Nimas menyikut Raisa sambil mengerling. Niat sekali menggoda sahabatnya. Habisnya hubungan mereka terlihat tidak seperti orang berantem. "Ish, ngapain sih tuh orang pakai nungguin di sana segala," sahut Nada mencebik kesal. Setelah melongok keluar ternyata Saga benar-benar menunggunya. Sudah dibilangin tidak usah dijemput, ternyata nekat juga. Nada yakin sekali seandainya dia tidak hamil, Saga tidak mungkin berubah seratus delapan puluh derajat begini. Bukannya keluar, Nada malah berdiam di kelas menunggu sampai semua anak keluar. Jujur, dia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Kenapa juga Saga harus mode smooth dan aneh di saat Nada sudah benar-benar muak. "Siang Kak, jemput Nada ya?" sapa Nimas dan Raisa terdengar ramah di telinga Nada. Dia tidak cemburu, lebih ke bodo amat sekarang. Hanya kesal saja kenapa pria ini malah nekat menghampiri. "Iya, Nada masih di dalam kan?" balas Saga belum mendap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status