Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila

Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila

last updateLast Updated : 2025-10-23
By:  Ainulmardhiah Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
8views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Tubuhmu begitu menggoda," bisik seorang pria yang kini sedang bersama dengan seorang gadis di sebuah kamar. Malam itu, Tamara dijadikan wanita penghibur, ia akan dinikmati oleh pria yang menghadiri pesta tertutup di sebuah mansion milik pria kaya raya yang membeli Tamara. Namun, malam itu yang mendatangi Tamara bukanlah pria tua, melainkan seorang pria bertubuh kekar dan berparas tampan. Tamara yang bekerja sebagai pengasuh Tuan muda gila di mansion itu, tidak mengetahui siap pria tersebut. Ia bekerja sebagai pengasuh tuan muda Abidzar yang memiliki gangguan mental dan juga buruk rupa, padahal usianya sudah 30 tahun. Sejak kejadian malam itu, Tamara merasa ia telah jatuh cinta kepada pria yang telah menghabiskan malam bersamanya. Siapakah pria itu? Akankah Tamara kembali bertemu dengan pria tersebut? Atau, justru pria itu adalah laki-laki yang sering bersamanya setiap hari?

View More

Chapter 1

1. Gadis 1,5 Miliar

“Berapa harganya?” tanya seorang pria bertubuh kekar yang kini sedang berada di sebuah rumah sederhana yang terletak di daerah Bandung.

“Dua M,” jawab seorang wanita paruh baya dengan lantang.

“Bibi mau jual apa? Bukannya semua tanah dan sawah peninggalan Bapak sudah habis dijual buat biaya kuliah Diana?” tanya seorang gadis berambut panjang yang baru saja keluar dari kamarnya.

Gadis berusia dua puluh satu tahun itu bernama Tamara Mustika.

Ia adalah seorang yatim piatu, ibunya meninggal sejak ia duduk di bangku SD, sedangkan ayahnya meninggal ketika ia kelas tiga SMP.

Sejak itu juga, Tamara tinggal bersama dengan adik dari ayahnya yang bernama Pratiwi.

Namun, sejak tinggal bersama bibinya yang berstatus sebagai janda itu, Tamara malah diperlakukan layaknya seorang pembantu.

Semua harta peninggalan kedua orang tuanya sudah habis dijual oleh Pratiwi dengan alasan biaya hidup Tamara.

Padahal, semua uang itu ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan ia dan juga putrinya yang bernama Diana.

Usia Tamara dan Diana hanya beda satu tahun saja, Tamara lebih tua dari Diana.

Akan tetapi, sejak lulus SMA, Tamara tidak melanjutkan pendidikannya.

Harta peninggalan kedua orang tuanya yang seharusnya digunakan untuk biaya pendidikan Tamara, malah diambil alih oleh Pratiwi untuk biaya kuliah Diana.

Hingga saat ini, semua harta peninggalan orang tua Diana habis, sementara Diana butuh biaya besar untuk melanjutkan kuliah sampai selesai serta ikut kursus modeling.

Karena gadis itu bercita-cita ingin menjadi model dan artis. Sehingga Pratiwi harus mengeluarkan uang banyak untuk membiayai putrinya agar bisa menggapai cita-citanya itu.

Diana selalu merasa lebih cantik dari Tamara, bahkan gadis itu tak segan-segan menghina Tamara.

Terlebih lagi, Diana memiliki kulit yang lebih putih dari Tamara.

Padahal, Tamara adalah gadis yang manis, ia memiliki rambut panjang lebat dan sedikit bergelombang, Tamara juga memiliki kulit sawo matang dengan bola mata bulat, alis tebal tertata rapi, bulu mata lebat, serta hidung yang tidak terlalu mancung dan juga tidak terlalu pesek.

Tubuhnya tinggi ramping, ia memiliki lesung pipi jika sedang tersenyum.

Akan tetapi, Diana selalu meledek Tamara dengan sebutan dekil, ikal, dan juga kerempeng, karena ia sendiri memiliki tubuh yang cukup berisi.

Saat ini, Tamara berdiri di depan pintu kamarnya, ia melihat ke arah ruang tamu yang terdapat dua orang pria bertubuh kekar yang sedang berbicara bersama dengan bibinya dan juga Diana.

“Ini orangnya?” tanya seorang pria bertubuh kekar sambil menunjuk ke arah Tamara.

“Iya, dia adalah gadis yang lugu dan bodoh. Dia akan menurut saja diperlakukan seperti apapun,” jawab Tiwi dengan wajah angkuh.

Tamara yang mendengar itu, sontak membulatkan kedua matanya.

“Maksud Bibi apa? Bibi mau jual rumah ini?” Tamara masih terlihat bingung.

“Diam jangan banyak bicara! Saya akan menjual kamu kepada mereka!” jawab Tiwi dengan lantang.

“Apa? Bibi sudah gila?” Tamara benar-benar terlihat syok.

“Kamu yang gila! Saya sudah capek mengurus kamu dari dulu sampai sekarang. Ini saatnya saya melepas kamu. Anggap saja, ini adalah bentuk balas Budi kamu kepada saya, karena saya telah mengurus kamu selama ini. Silahkan bawa dia pergi dari rumah ini. Saya jual dia kepada kalian dengan harga dua M!” tutur Tiwi dengan wajah jutek dan nada bicara yang terdengar angkuh.

“Dua M terlalu mahal untuk gadis desa seperti ini. Kami akan membayar dengan harga satu koma lima M, bagaimana?” Pria bertubuh kekar itu menawar.

“Baiklah, tidak masalah turun lima ratus juta, yang penting dia laku.” Tiwi bersedekap dada.

“Baikkah, kami sudah menyiapkan uangnya.” Pria berkepala botak itu memberi isyarat kepada anak buahnya yang berdiri di depan pintu.

Tak lama kemudian, pria tersebut masuk ke dalam rumah sambil membawa dua koper uang.

“Ini uangnya!” ucap pria itu seraya membuka dua koper yang berisi uang tunai.

Seketika kedua mata Pratiwi dan Diana terbuka lebar, bahkan bola mata kedua orang itu hampir keluar dari tempatnya saat mereka melihat tumpukan uang itu.

“Banyak banget uangnya, Bu,” ucap Diana dengan kedua mata yang hampir tak berkedip.

“Iya, Sayang. Kamu bisa langsung jadi artis terkenal dengan uang ini,” balas Pratiwi dengan bangga.

“Sudah deal ya! Gadis ini akan segera kami bawa.” Dua orang pria bertubuh kekar mendekat ke arah Tamara yang masih mematung di depan pintu kamarnya.

“Iya, silahkan bawa dia!” Pratiwi mempersilahkan dengan senang hati.

“Nggak! Aku nggak mau dijual. Bibi … Bibi sedang bercanda kan? Bibi nggak mungkin menjual aku.” Tamara berusaha melakukan penolakan.

“Kalian, cepat bawa dia ke dalam mobil! Jangan lupa, ringkus kaki dan tangannya. Matanya juga ditutup!” titah seorang pria yang langsung dilaksanakan oleh anak buahnya.

Mereka terus mendekat ke arah Tamara yang akan melarikan diri lewat pintu belakang.

Namun, kedua orang bertubuh kekar itu segera menahannya dan meringkus kaki serta tangan Tamara sampai membuat gadis itu tidak bisa bergerak.

“Tolong … tolong jangan bawa aku! Bibi … tolong aku Bibi … Bibi boleh mempekerjakan aku seperti apapun, tapi tolong jangan jual aku ke mereka, aku takut Bi …” teriak Tamara sambil menangis kencang. Ia benar-benar merasa takut.

Namun, Pratiwi dan Dania hanya menatapnya dengan wajah angkuh.

Kedua orang itu masih duduk santai di atas sofa sambil menghadapi tumpukan kertas berwarna merah yang membuat ibu dan anak itu lupa segalanya.

Tamara diseret paksa dan dimasukkan ke dalam sebuah zeep berwarna hitam.

“Tolong … Bibi … Diana … tolong aku …” teriak Tamara yang kini sudah berada di dalam mobil.

Air mata langsung mengalir deras, ia menatap nanar ke arah rumah yang ditempati oleh Pratiwi dan Diana.

Sebenarnya itu adalah rumah Tamara, rumah peninggalan ayahnya dan juga rumah masa kecilnya bersama dengan kedua orang tuanya.

“Bapak … Ibu …” teriak Tamara dengan suara yang mulai terdengar serak, karena ia telah beberapa kali berteriak.

“Tutup mata dan mulut gadis itu!” titah seorang pria yang langsung dilaksanakan oleh anak buahnya.

Kedua mata Tamara ditutup dengan sebuah kain tebal, begitupun dengan mulutnya.

Gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia hanya bisa meringkuk di kursi belakang.

Dalam hatinya, Tamara meminta kepada sang kuasa agar tetap melindunginya.

Ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tetapi dalam benaknya ia berpikir anggota tubuhnya akan diambil.

Begitu yang ada di dalam pikiran Tamara, sesuai apa yang sering ia dengan tentang jual beli manusia.

Tamara hanya bisa pasrah dan berdoa.

Kedua matanya tak bisa melihat, entah kemana arah mobil yang kini sedang ditumpanginya itu melaju.

Tamara menangis dalam diam, air matanya yang keluar langsung diserap oleh kain hitam yang menutupi kedua mata indahnya itu.

Tamara tak bisa melihat apapun, semuanya benar-benar gelap.

Ia merasa perjalanan itu cukup jauh, bahkan kedua tangan dan kakinya yang diikat kuat, semakin terasa sakit.

‘Ya Tuhan, mungkinkah ini akhir dari hidupku?’ batin Tamara sendiri.

Jika memang ini sudah waktunya ia meninggalkan dunia, Tamara akan jauh lebih tenang daripada ia harus melewati siksaan dari manusia kejam itu.

Karena selama ini, di dalam hidupnya tidak ada yang spesial, ia hanya dijadikan babu oleh bibinya sendiri.

Babu tanpa upah, begitu sebutannya bagi Tamara. Sudah sangat lama ia diperlakukan seperti itu, hal yang membuat Tamara untuk tetap semangat melanjutkan hidup, yaitu ia yakin suatu saat nanti ia akan bertemu dengan seseorang yang menjadikannya spesial.

Namun, Tamara sendiri tidak tahu siapa orang itu, yang jelas ia pernah beberapa kali bermimpi didatangi oleh sosok pria tampan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status