Share

Panggil Mas Rei, Ziea!

Seperti yang Ziea katakan pada Mommynya, hari ini Ziea memberanikan diri untuk menemui Reigha di Mansion keluarga Azam. Agar tidak terlalu menonjol, Ziea beralasan menemani Kakaknya– seperti semalam.

Padahal sekarang, murni Ziea yang ingin ikut-- tanpa dipaksa atau ditipu oleh Kakaknya lagi. 

Setelah melihat-lihat kondisi, Ziea memberanikan diri untuk menghampiri Reigha dan berbisik pada pria itu.

"Aku ingin bicara dengan Kak Rei," bisik Ziea sembari berjinjit– berusaha menggapai telinga Reigha.

Pria ini sangat tinggi, dan tingginya tidak normal bagi Ziea. Bagi Ziea dia sudah tinggi– 163 cm itu sudah termasuk tinggi yang ideal untuk wanita di tanah air. Laki-laki di negri ini pada umumnya, rata-rata punya tinggi kurang lebih 175 cm. Tetapi tidak dengan Reigha dan para sepupu pria ini. Reigha punya tinggi 193 cm, lebih tinggi satu centi meter dari Kakaknya, Rafael.

Jadi, Ziea begitu pendek jika di sebelah Reigha.

Sedangkan tinggi Kakaknya, Haiden, hanya 185 cm. Itu saja sudah membuat Ziea bagai tenggelam di danau. Apalagi Reigha bukan?! Ziea seperti tenggelam di samudera!

"Silahkan," ucap Reigha dengan santai, mengambil susu kotak di lemari pendingin kemudian segera menutup pintu kulkas.

"Tidak di sini," ucap Ziea, mendongak ke arah Reigha dengan raut muram bercampur gugup. Jantungnya sebenarnya melaju dengan cepat, hampir meledak dalam sana. 

Jujur saja, ada sedikit perasaan takut pada pria ini yang menyelimuti diri Ziea. Aura Reigha sangat mengerikan dan tatapannya membius serta menghipnotis.

"Humm." Reigha berjalan lebih dulu, diikuti oleh Ziea.

Reigha membawanya ke rooftop, mengunci pintu dan hanya mereka berdua yang ada di sana. Ziea semakin gugup dan deg deg kan. Tetapi, Reigha tak mungkin melakukan hal-hal aneh padanya karena ini masih di kediaman Azam.

"Duduk," titah Reigha yang sudah lebih dulu duduk di sebuah kursi santai.

Ziea menganggukkan kepala dan memilih duduk di kursi sebelah Reigha.

"Kau ingin mengatakan jika kau sudah memutuskan hubunganmu dengan pacarmu?" dingin Reigha, tanpa menoleh ke arah Ziea.

Ziea menggelengkan kepala. "Aku datang ke sini untuk meminta Kak Reigha membatalkan pernikahan kita. Maaf sebelumnya, Kak, tapi aku baru tahu jika Daddy meminta Paman supaya aku yang menjadi pendamping Kak Reigha. Itu kesalahanku karena dulu aku terus mendesak Daddy untuk berusaha menjodohkan kita. Maaf, dulu aku memang kekanak-kanakan. Ulahku mungkin membuat Paman tak enak hati pada Daddy, jadi mungkin Paman menekan Kak Reigha agar bersedia menikahiku. Tapi sekarang tak akan ada yang membebani Kak Reigha lagi, karena sekarang aku tidak berharap menjadi istri Kak Reigha lagi dan … dan aku juga tidak akan mengusik Kakak lagi. Kakak bisa membatalkan pernikahan kita."

"Kau pikir mudah membatalkan pernikahan ini? Undangan sudah disebar," geram Reigha tiba-tiba, menatap tajam dan marah ke arah Ziea.

"Tapi--" Ziea mendadak kaku.

'Aku bahkan tidak tahu kapan tanggal pernikahannya. Kenapa undangan sudah disebar saja? Tadi malam, Daddy baru memberikan contoh undangan. Apa-apaan?'

"Sekarang kau lebih kekanak-kanakan! Setelah membuat Paman Kenzie memohon demi dirimu, kau tetap keukeh membatalkan pernikahan ini?!"

Ziea meneguk saliva dengan kasar. "Karena itu aku datang untuk meminta maaf dan mengakui kesalahanku."

"Kau punya otak?!" sarkas Reigha, seketika membungkam mulut Ziea, "dada busa palsumu sama sekali tidak bisa membuatmu untuk bersikap dewasa. Lebih baik copot saja!"

"Kak Rei!" jerit Ziea, marah bercampur malu. Ucapan Reigha bukan hanya sarkas, tetapi membully serta body shaming juga. Jujur saja, Ziea sakit hati karena ucapan sarkas tak senonoh Reigha, tetapi dia lebih dominan malu.

Faktanya … di--dia memakai bra busa. Ucapan Reigha mengenai dadanya yang kecil, membuat Ziea tidak pede. Karena itu dia memakai bra busa untuk membantu memperbesar ukuran dadanya.   

"Bisa tidak, nggak usah mempermasalahkan dadaku?! Dari dulu, selalu itu saja yang Kak Rei singgung. Apa masalahnya kalau dadaku kecil?!" marah Ziea. Sebenarnya dia ingin sekali menangis, tetapi dia malu.

Ya kali dia menangis hanya karena ukuran dadanya yang kecil?! Astaga! Memalukan sekali.

"Cih." Reigha berdecis pelan, menatap ke arah dada Ziea dan membuat perempuan itu sontak menyilangkan tangan di depan dada.

"Baiklah, tetapi jika kau tetap ingin membatalkan pernikahan ini, itu bukan masalah besar bagiku, Zie."

Ziea menatap ragu-ragu ke arah Reigha, masih menampilkan air muka malu dan pipi memerah– sisa-sisa efek perkataan Reigha sebelumnya. Nada pria ini kembali santai, tetapi entah kenapa itu malah menambah kesan horor dan bahaya. Ziea semakin takut! Pria ini terlalu misterius, dan Ziea tak bisa menebaknya.

"Aku sudah merasakan tubuhmu," ucap Reigha santai, "dan jika kau masih ingin membatalkan pernikahan ini-- it's ok! Tapi saat kau sudah hamil nanti, jangan harap aku akan bertanggung jawab. Dan satu lagi, jangan menyeret namaku!"

Deg deg deg

Bak diremas, jantung Ziea seperti akan pecah dan meledak, terasa ngilu serta sakit. Tubun Ziea menengang dan membeku, dia tertampar mendengar perkataan Reigha.

Pria ini benar-benar memanfaatkan tragedi malam itu. Ziea tak bisa berkutik!

"Tapi jika kau setuju menikah denganku, maka mulai detik ini kau harus memanggilku dengan sebutan Mas," ucap Reigha selanjutnya.

Ziea meremas tangannya sendiri– dia cemas dan gelisah. Reigha mengancamnya dan sekarang bersikap semaunya pada Ziea. Tapi --

Sebenarnya apa tujuan Reigha begitu keukeh untuk menikahinya? Reigha sangat anti serta risih padanya. Ziea sudah meminta maaf jua pada pria ini mengenai masalah Daddynya yang memohon agar Reigha menikahinya. Reigha sudah bebas!

Apa Reigha suka padanya? Tidak mungkin! Jika dia menyukai Ziea, dia akan melamar baik-baik, atau minimal mengutarakan perasaan. Bukan memperkosa Ziea dan menjadikan alat untuk menundukkan Ziea. Reigha kesannya … bastard!

Apa Reigha punya dendam padanya?! Nah, itu lebih masuk logika bagi Ziea.

"Ma--Mas Reigha," cicit Ziea. Terpaksa! Karena dia takut hamil dan jika dipikir-pikir dia sangat egois jika menolak pernikahan ini. Daddy-nya sudah berkorban banyak untuk ini!

Sebenarnya … Reigha berhasil mengancamnya dengan memanfaatkan tragedi itu.

"Tidak buruk," gumam Reigha pelan, menyender santai ke kursi sembari menatap lurus ke arah depan.

"Tapi kita sepupu, Ka--Mas Rei. Kita tidak bisa menikah."

"Agama tidak menyalahi," singkat Reigha, "secepatnya putuskan kekasihmu."

Ziea hanya menganggukkan kepala. 'Mungkin Kak Reigha tidak tega melihat Daddy terus memohon padanya agar dia bersedia menikah denganku. Kak Reigha dan Daddy kan dekat. Jadi mungkin itu alasan kenapa Kak Reigha mengotot menikahiku. Atau … balas dendam?'

Comments (78)
goodnovel comment avatar
Nurhana Reyemce Tajuddin
ceritanya menarik. temanya baru
goodnovel comment avatar
ita constani
penasaran kelanjutannya
goodnovel comment avatar
Alfonso Proprey
mantap dan bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status