Share

BAB 1

Author: Ditafeb
last update Huling Na-update: 2024-07-24 14:10:38

Pintu kamar terbuka menampilkan pria yang tengah memandang minat sang pujaan hati. Alvarez memerhatikan kekasihnya masih setia memejamkan mata. Tidak ingin bangun sepertinya, pikir Alva.

Dia melangkahkan kakinya mendekati sang pujaan hati. Berhenti di tepi ranjang, Alva mendudukkan dirinya di samping gadis itu. Tangannya hendak terulur, menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajah gadisnya. Namun, dia urungkan karena pergerakkan kecil yang dilakukan gadisnya.

Alva mengira Kylie terbangun, tapi nyatanya tidak. Gadisnya itu hanya memperbaiki posisi tidurnya, membuatnya menjadi senyaman mungkin.

Kekehan kecil tersungging di bibir Alva. Sungguh manis sekali melihat tingkah lucu gadisnya itu. Cukup lama Alva memandang wajah polos itu, dirinya menggeram ketika tatapan matanya beralih ke bibir ranum milik Kylie. Ingin sekali rasanya ia melumat bibir itu, membelitkan lidah mereka dan berbagi saliva bersama.

Sungguh mesum sekali otakmu Alva, tutur batinnya.

Lagi. Alva terkekeh kecil membayangkan otak mesumnya itu. Pasti akan terasa beda sekali jika pagi hari mereka diawali dengan bercinta.

Alva menggeleng-gelengkan kepala. Dia kembali memandang wajah polos Kylie dalam tidurnya.

“Wajahmu terlihat cantik, Baby. Bahkan dalam keadaan tidur pun kecantikanmu tidak pernah luntur. Betapa beruntungnya diriku yang sebentar lagi akan memilikimu seutuhnya,” gumam Alva di depan wajah Kylie.

Seperti tidak ingin mengusik ketenangan tidur bidadarinya. Alva mengecup hangat kening Kylie lalu keluar.

Saat itulah dua pasang mata yang sedari tadi terpejam kini terbuka. Dia mendengar semua pembicaraan dan perilaku laki-laki tadi di dalam tidurnya. Well, pagi-pagi sekali sebenarnya Kylie sudah terbangun. Hanya saja dirinya malas beranjak dari tempat tidur. Lebih tepatnya malas untuk bertemu calon suaminya. Aneh sekali.

Saat ingin bangun untuk yang kedua kalinya, barulah Kylie hendak membuka pejaman matanya lantas terdengar bunyi suara pintu yang terbuka. Saat itulah semua pembicaraan Alvarez kepada dirinya secara samar serta cara Alvarez memperlakukan dirinya di dalam tidur, semua Kylie rasakan dalam keadaan sadar tanpa si pelaku mengetahuinya.

“Kau tau Alvarez, kenyataannya semua terasa hampa bagiku,” gumam Kylie. Sorot matanya tidak memancarkan kebahagiaan tidak juga kesedihan. Hanya tatapan datar.

Kylie beranjak dari tidurnya dan menghubungi seseorang.

“Ada apa, Kylie?” tanya seseorang di seberang sana.

“Alvarez. Pria itu sudah benar-benar jatuh di pelukanku,” jawab Kylie.

“Kau sangat pintar, Kylie. Tidak salah aku memberikanmu tantangan ini. Kini sang mafia besar itu sudah tunduk di hadapanmu, lalu apa yang akan kau lakukan setelahnya?”

“Entahlah, akibat ulahmu aku harus menghadapi sebuah tantangan besar yang ada di depan mata.”

“Apa maksudmu?”

“Sebuah pernikahan.”

“What!! Are you serious!! Bagaimana bisa?” Terdengar pekikan keras dari ujung panggilan itu.

Kylie bahkan harus menjauhkan ponsel dari telinganya suara melengking dari orang yang bicara padanya.

“Bisa kau tidak berteriak. Nanti akan kujelaskan semuanya.”

“Baiklah.”

Lantas Kylie mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Kylie memilih keluar dari kamar. Sudah cukup dia mendekam di dalam kamarnya. Menuju dapur, Kylie dikejutkan oleh pelukan seseorang dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Alvarez.

“Sudah bangun, baby,” sapa Alvarez.

Dengan tersenyum Kylie menjawab.

“Kau mengagetkanku, Sayang,” ucap Kylie dengan senyum semanis mungkin membuat siapapun pasti akan terpesona melihatnya.

Alva terlihat gemas akan tingkah Kylie. Dia pun menarik hidung Kylie hingga muncul semburat merah di hidungnya.

“Kau sangat menggemaskan, Baby,” kata Alva.

Bibir Kylie mengerucut yang terlihat semakin menggemaskan di mata Alva.

“Kapan kamu datang?” tanya Kylie sambil membuat kopi karamel kesukaanya.

“Pagi sekali.” jawab Alva.

“Kenapa tidak membangunkanku?”

“Bagaimana bisa aku sampai hati membangunkanmu yang terlihat nyenyak sekali tidur, Baby.” Kylie ber oh-ria.

“Mau kubuatkan juga satu untukmu,” tawar Kylie.

“Boleh, tapi rasa cappuccino.” Kylie mengangguk, kemudian tangannya membuatkan kopi untuk Alva. Alva tidak terlalu suka rasa karamel, berbeda dengan dirinya.

Selesai membuat kopi Kylie membawanya ke sofa santai dekat pantry.

“Bagaimana persiapannya?” tanya Kylie.

“Tinggal sedikit lagi,” jawab Alva.

Alva mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Di buku tersebut, terlihat gambaran beberapa gaun pengantin yang terlihat cantik dan elegan. Alva menunjukkannya kepada Kylie.

“Bagaimana menurutmu?”

“Bagus dan cantik,” ujar Kylie sambil membolak-balikkan lembaran buku tersebut.

“Hari ini kita akan fitting baju pernikahan,” kata Alva.

“Secepat itu?”

“Yups, Baby. Setelah fitting kita akan langsung membeli cincin.”

Kylie mangangguk-angguk. Dirinya tampak berpikir keras.

“Pernikahan kita akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang. Jadi bersiap-siaplah untuk itu,” ucap Alva. Melihat gadisnya diam tak bersuara, membuat Alvarez khawatir.

“Baby, ada sesuatu yang terjadi?” tanya Alva cemas.

Kylie nampak menggeleng, tapi hal itu tidak cukup membuat Alvarez percaya. Lantas dengan tindakan nekat, Kylie mengecup bibir manis Alva.

“Percayalah, tidak ada sesuatu yang terjadi,” ucap Kylie menatap dalam manik mata milik Alva.

Sementara Alva, mendapatkan aksi nekat dari gadisnya masih merasa terkejut. Walau tidak dipungkiri jika dia juga merasa bahagia dengan hal itu.

“Kau rupanya sudah mulai nakal, Baby,” ucap Alva menyeringai.

“Nakal. Nakal seperti apa maksudmu?” tanya Kylie dengan nada sensual.

“Berhenti memancingku, Baby atau aku tidak menjamin akan berhenti setelahnya,” ancam Alva.

“Aku tidak melakukan apa-apa, Honey. Jadi mengapa aku harus berhenti jika aku sendiri belum memulainya,” ucap Kylie mantap disertai dengan kedipan mata.

“Baiklah, Baby. Karena kau sudah memancingku, maka jangan menyesal. Biar aku yang memulainya.”

Tanpa menunggu respon dari lawan bicaranya, Alvarez segera menarik tengkuk Kylie, lalu membawanya ke dalam ciuman panas dan bergairah. Setidaknya untuk kali ini, Alva ingin melepas gairah yang sedari tadi di tahannya terhadap gadis itu. Kylie sendiri menyambutnya dengan terbuka. Lidah mereka saling bertukar saliva. Mengecap dalam-dalam dan mengeksplor segala yang berada didalamnya.

Alva merebahkan Kylie ke sisi sofa tanpa melepaskan pagutan mereka. Tangan Kylie sendiri sudah di kalungkannya ke leher Alva. Mereka masih sama-sama saling mengecap satu sama lain. Cumbuan Alva beralih ke leher jenjang milik Kylie. Memberikan tanda kepemilikan di sana. Kylie mendesah tanpa bisa ditahan.

Tidak begitu lama, Alva menyudahi aksinya. Napas mereka sama-sama naik turun, dan Alva mengakhirinya dengan ciuman singkat yang sudah menjadi kebiasaan di kening Kylie.

“Aku masih berpikir jernih untuk berhenti, Baby. Karena aku tidak ingin melakukannya sebelum dirimu sudah sah menjadi milikku,” kata Alva. Dia menjauhkan tubuhnya dari Kylie. Merapikan sedikit kemejanya yang terlihat berantakan.

“Bersiap-siaplah, Baby. Kita akan pergi ke butik hari ini,” ucap Alva kemudian beranjak dari duduknya.

“Kamu mau ke mana?” tanya Kylie.

“Karena dirimu, aku ingin menenangkan Alva junior terlebih dahulu,” jawab Alva santai lalu melenggang pergi.

Kylie pun demikian. Dia bersiap-siap untuk pergi ke butik.

Tanpa Kylie sadari jika apa yang dilakukannya bersama Alva tadi bukan hanya sebatas gairah semata. Itu sudah membuktikan jika dirinya pun telah jatuh dan larut ke dalam jurang yang dibuatnya sendiri.

o0o

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 16

    Kylie terbangun, semalam dirinya begitu hanyut oleh untaian kata dari suaminya. "Namamu akan selalu berdetak disini mengikuti jantungku. Dan akan terus mengalir bersama darahku." Kalimat yang membuat dirinya terbangun seakan terus terngiang di kepalanya. Ia meraba sebuah tangan diatas perutnya. Mengelusnya kemudian menggenggam jarinya. Sesaat semuanya kembali hening begitupun dengan pikirannya.Apa yang harus kulakukan? Bisikan hati kecilnya tiba-tiba muncul.Ini salah! Dan Kylie tahu itu. Tidak, lebih tepatnya ini tidak boleh terjadi. Ia tidak mungkin mempunyai perasaan itu. Tangannya meraba dadanya, jantung ini selalu berdetak. Debarannya kembali terasa saat dirinya berada di pelukan suaminya. Kylie tau ia sudah mulai jatuh ke dalam neraka yang di buatnya, bahkan sebelum neraka itu di mulai."Ini tidak boleh terjadi... Tidak! Ini tidak boleh terjadi..." Kylie terus melafalkan kalimat tersebut berulang-ulang."Apa yang tidak boleh terjadi?"Rasa terkejut membuat tubuhnya bergetar.

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 15

    Kylie keluar dari kamar mandi dan langsung duduk di meja rias depan cermin. Dia mengambil pengering rambut dan melepaskan handuk kecil di kepalanya lalu mulai mengeringkan rambutnya. Suatu kebiasaan yang sering dia lakukan sejak mengenal dunia kecantikan. Waktu itu umurnya masih lima tahun ketika melihat sang ibu melakukan hal ini di setiap keramas. Dibandingkan bermain Kylie lebih suka menirukan gaya ibunya. Mengingat masa kecilnya membuatnya lagi-lagi tersenyum. Kylie meletakkan pengering rambut pada tempatnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin di depannya. Tidak lama, kemudian tangannya mengambil sebuah cream dan mengusapnya di wajahnya. Kebiasaan rutin yang selalu Kylie lakukan. Tidak hanya pada wajah hingga ke bagian leher dan area punggung tangannya turut di berikan.Bel kamarnya berbunyi. Kylie beranjak dari duduknya manisnya. "Siapa?" tanyanya dari dalam. Tidak mungkin ia membukakan pintu begitu saja. Kylie adalah gadis yang sudah mempunyai suami, sangat tidak pantas j

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 14

    "Al, kemarilah! Lihat pasirnya putih sekali." Seru Kylie dengan wajah sumringahnya. Kakinya menghentak diatas pasir itu sesekali bermain. Tak jarang tingkahnya menjadi sorotan oleh semua orang. Berbeda dengan Alva yang saat ini menekuk wajahnya. Bagaimana tidak, istri cantiknya itu memamerkan tubuhnya di bawah paparan sinar matahari. Yah, mereka saat ini tengah berada di sebuah pantai bernama Lake MacKenzie. "Al kemarilah dan temani aku. Kamu tega membiarkanku bermain sendiri." kesal Kylie karena merasa di abaikan oleh suaminya itu. Alva hanya melirik tidak minat. Niat ingin bermesraan dengan istrinya itu gagal karena pasir putih yang menarik seluruh perhatian Kylie. "Bermain saja sendiri aku tidak minat," ucapnya. "Baiklah terserah saja," abai Kylie. Ia nampak menikmati keindahan pasir putih itu. Mengabaikan suaminya yang terserang dongkol karena ucapan istrinya. Keindahan pasir putih itu memang menyorot penuh seluruh perhatiannya. Ia jadi teringat sewaktu bersama kakaknya du

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 13

    Perth International Terminal, nama terpajang besar saat mereka menginjakkan kaki di Ausralia. Alvarez mengandeng tangan istrinya Kylie selama perjalanan. Kylie yang bergelayut manja di lengan suaminya. Dan Alva yang setia merangkul pinggang rampinh istrinya membuat mereka tanpa sengaja telah menjadi sorotan pasang mata yang berlalu lalang itudi sekitar.Alvarez berhenti tepat di pinggir jalan, matanya celingukan ke samping kanan kiri menjadikan sebuah tanda tanya bagi Kylie. Lalu selang beberapa detik kemudian tangan Alva terulur keatas dan melambai. Kylie menatap kearah dimana Alva melambaikan tangannya. Lalu datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Kylie memandang suaminya penuh tanya bercampur penasaran Alva hanya membalasnya dengan tersenyum lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah!"Kylie memandang suaminya seolah bertanya 'kau yakin?'Alva membalasnya dengan tersenyum, "untuk istri tercintaku, jadi masukla

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 12

    Nikmatin lagunya yah guys😂Song : Ed Sheran-How would you feel❤❤~~~Penerbangan mereka jatuh pada malam hari. Usai melewati beberapa prosedur memasuki pesawat. Kylie bersama Alva tengah duduk nyaman di kursi kelas atas. Mereka akhirnya berangkat bulan madu sesuai perencanaan mereka. Alva memberitaunya jika tujuan bulan madu mereka adalah di sebuah pulau berada di Australia bernama Lake Mckenzie.  Masih terngiang di ingatakan Kylie waktu ia mencari informasi tentang pulau tempat dimana mereka akan menikmati bulan madu.Lake McKenzie, AustraliaLake McKenzie adalah salah satu danau yang airnya murni berasal dari hujan. Tidak dialiri oleh sungai dan tak bermuara ke laut. Selain itu, pasir yang ada di dasar maupun di tepi danau berwarna putih, tidak hanya indah tapi juga lembut saat sedang  bersama pasangan berjalan di atasnya. Danau ini juga dikenal memiliki perpaduan warna air biru dan hijau yang jernih serta mempesona. Sangat layak bagi

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 11

    ~Mansion's Houston~Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu s

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 10

    "Baby! Sayang! Honey! Cinta!!" Kylie memutar bola matanya jengah. "SAYANG! BABY!" Ini tidak bisa di biarkan. Kylie mulai menyerukan suaranya. "Aku disini sayang. Di belakang taman rumah." Tidak mendengar tanggapan suaminya, Kylie berpikir mungkinkah suaminya mendengarnya atau tidak. Tanda tanya di kepalanya akhirnya terjawab saat merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhnya. Tubuhnya bersandar dan bersentuhan di dada bidang yang tegap dan kokoh. Siapa lagi pemiliknya jika bukan Alva, suaminya. "Pagi-pagi aku melihatmu tidak ada di sampingku. Rasanya duniaku runtuh." "Dan sekarang aku berada di pelukanmu." Alva terkekeh. "Sudah semestinya begitu. Kamu berada di pelukanku." "Ya..ya..ya., terserahlah." Kylie melepaskan pelukan suaminya. Tetapi Alva tidak membiarkannya begitu saja. Dia malah semakin mempererat pelukannya.

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 09

    Bagi Kylie memasak bukanlah hal yang sulit. Memasak baginya adalah hal yang mudah. Namun kenapa banyak sekali kaum wanita yang tidak suka dengan hal memasak. Seperti saat ini, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu tengah melakukan kewajibannya di dapur. Memasak makanan untuk dirinya dan suaminya. Usai tadi menyusun bahan belanjaanya ke dalam kulkas, sekarang waktunya untuk menyiapkan makanan. Di tengah kesibukannya suaminya datang, apalagi jika bukan untuk mengganggu kegiatannya. Entah bagaimana ceritanya hal ini sudah masuk ke dalam list pria itu setiap harinya. Alva datang dengab kedua tangan berada di saku kanan dan kiri celananya. Niat untuk mengganggu sekaligus menggoda istrinya malah dia yang tergoda dengan penampilan istrinya saat ini. Memakai baju santai selengan di sertai celana pendek diatas lutut. Belum lagi rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. Kylie membalikkan tubuhnya kemudian bersitatap kepada suaminya.

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 08

    Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran. Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu me

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status