Share

5. Perempuan Gila

Author: Gallon
last update Last Updated: 2023-01-15 21:36:24

"Ya ampun, Jo," pekik Kaluna panik dengan cepat ia mendekati Jonathan yang sudah terduduk di trotoar di samping sepedanya. "Astaga ... Jojo maaf." Kaluna dengan cepat mengeluarkan botol minum dari tasnya.

"Gila kamu Kaluna! Argh ... apa ini, panas!" teriak Jonathan sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas bukan main.

Kaluna dengan cepat mengguyur wajah Jonathan dengan air lalu menyekanya dengan celemek yang selalu ia bawa di tasnya, sesekali dia meniup-niup wajah Jonathan entah untuk apa, berharap tiupannya bisa meredakan rasa panas yang Jonathan rasakan.

"Kaluna, ini apa?" tanya Jonathan lagi sambil mengambil celemek dari tangan Kaluna dan mengusap wajahnya, berusaha mengenyahkan rasa panas di wajahnya. "Kamu semprotin air apa?"

"Merica," bisik Kaluna pelan dengan wajah bersalah dan mengambil botol semprotannya lalu memasukkannya sedalam mungkin ke dalam tasnya, mencoba menghilangkan barang bukti.

"Bullshit!" seru Jonathan tidak percaya, "Kalau cuman merica nggak mungkin sepanas ini, Kaluna!"

"Sama cabe burung 5 biji, cabe merah 5 biji dan aku kasih minyak kayu putih terus aku gerus dan campur," bisik Kaluna sepelan mungkin berharap Jonathan tidak mendengarnya.

"Gila kamu Kaluna!" teriak Jonathan kaget dengan apa saja bahan racikan dari semprotan yang Kaluna pakai. "Kamu mau bikin orang buta, hah?" tanya Jonathan sambil merebut botol minuman dari tangan Kaluna dan mengguyur wajahnya berusaha untuk menghilangkan rasa panas yang berangsur-angsur menghilang.

"Ya, maaf," bisik Kaluna dengan wajah polos sambil mengipasi wajah Jonathan, "salah kamu ikutin aku! Bukannya kamu tadi udah pulang?"

Jonathan berdecap kesal, "Gila kamu, sumpah ini masih panas! Ada air lagi?" tanya Jonathan sambil melemparkan botol minuman ke arah Kaluna.

"Ih, nggak usah lempar-lempar," gerutu Kaluna kesal sambil mengambil botol minumannya dan memasukkan ke tasnya, "nggak ada lagi airnya, kalau mau kita bisa beli di sana," ucap Kaluna sambil menunjuk ke minimarket 24 jam yang sudah sangat dekat.

"Aku nggak bisa jalan, penglihatan aku masih nggak bener," ucap Jonathan sambil berusaha berdiri dan meraba-raba di mana sepedanya.

Kaluna dengan sigap merangkul pinggang Jonathan bermaksud untuk memapah Jonathan. "Sini aku bantuin," ucap Kaluna yang merasa bersalah.

"Ayo," ucap Kaluna sambil mendorong tubuh Jonathan yang membuat tubuh mereka mau tidak mau saling bergesekkan.

"Nggak usah, aku bisa sendiri," tolak Jonathan sambil mendorong badan Kaluna hingga wanita itu sedikit terhuyung ke samping.

"Aduh ...," seru Kaluna kesal karena niat baiknya ditolak oleh Jonathan. "Ini monyet satu, emang bagusnya aku tendang aja ampe nyungsep di gorong-gorong!" maki Kaluna di dalam hati.

"Terserah kamu, aku tunggu di mini market," ucap Kaluna sambil menepuk-nepuk pahanya dan berjalan melewati Jonathan dengan mengentakkan kakinya.

Brak!

Dengan cepat Kaluna menolehkan kepalanya melewati bahunya dan kaget saat mendapati Jonathan jatuh bersama sepedanya.

"Nah ... kan, kerasa! Keras kepala sih, kepala batu." Kaluna berlari ke arah Jonathan sambil melihat tubuh lelaki yang pernah menjadi kekasihnya itu, melihat apakah ada luka atau cedera, "dari dulu nggak rubah, susah bener dikasih tau! Omongan aku kaya yang masuk dari kuping kiri keluar dari kuping kanan, dah macam angin aja," cerocos Kaluna tanpa jeda saat memarahi Jonathan.

Cara Kaluna memarahi Jonathan bahkan tidak berubah sama sekali, rasanya 7 tahun perpisahan mereka seolah tidak pernah ada.

"Ayo, berdiri ... udah kaya anak kecil aja sampe bisa jatuh segala," ucap Kaluna sambil membantu Jonathan sambil memeriksa lutut lelaki itu.

"Cerewet," bisik Jonathan sambil melihat seluruh tubuhnya dan saat yakin kalau tidak ada luka sama sekali Jonathan bernapas lega.

"Apa?" tanya Jonathan saat menyadari Kaluna sedang memperhatikan dirinya, "udah sana jalan,” usir Jonathan.

Kaluna mengepalkan kedua tangannya sambil memuntahkan semua kata-kata makian yang ia tahu di dalam hatinya, rasa kesalnya sudah mencapai batas maksimum. Ia sadar kalau terlalu lama bernapas di dekat Jonathan dia akan kembali meledak atau bahkan dia bisa saja melemparkan sepeda yang saat ini sedang Jonathan tuntun. "Sabar Kaluna!" desis Kaluna di dalam hati.

"Bisa jalan nggak?" tanya Kaluna yang mencoba menahan emosinya karena dia sadar kalau kesulitan Jonathan bermuara dari dirinya.

"Aku bukan orang lumpuh, Kaluna, aku bisa jalan," ucap Jonathan dingin sambil berjalan dengan mendorong sepedanya.

"Ampuni aku Gusti!!! Kenapa aku dulu bisa suka dan cinta sama cowok gila ini! Dan kenapa ini cowo walau nyebelin masih keliatan ganteng? Kayanya dikasih baju terbuat dari karung goni juga masih ganteng," gerutu Kaluna di dalam hati sambil berjalan beriringan dengan Jonathan.

Setelah mereka berjalan dan Kaluna membelikan dua botol air mineral, mereka duduk di salah satu kursi yang disediakan minimarket. Kaluna terdiam melihat Jonathan yang membasuh wajahnya.

Entah karena Kaluna terlalu emosi atau sambungan otaknya sudah terputus tapi, melihat Jonathan yang sedang mencuci mukanya seolah sedang melihat salah satu model yang ada dilayar kaca. Tubuh Kaluna menegang saat melihat guratan-guratan halus urat di tangan Jonathan yang terlihat setiap lelaki itu menggerakkan tangannya.

Tanpa sadar Kaluna menahan napasnya sendiri mengingat di mana tangan itu pernah menyentuhnya, "Sadar Kaluna!" maki Kaluna di dalam hati sambil mengalihkan pandangannya.

Sesekali Kaluna mencuri-curi pandang ke arah wajah Jonathan yang entah kenapa terlihat lebih tampan daripada terakhir kali mereka bertemu, wajahnya lebih tegas, kulit lelaki itu masih bersih, rambutnya yang berantakkan malah menambah daya tariknya, rahangnya terlihat lebih maskulin dan sumpah demi apa pun juga guratan halus di tangan Jonathan membuat Kaluna kembali merinding. Satu kata untuk Jonathan, lelaki itu tampan.

"Mulut kamu nggak bisa nutup? Nggak takut ada nyamuk masuk?" tanya Jonathan membuyarkan lamunan Kaluna.

Perkataan Jonathan sontak membuat Kaluna menutup mulutnya, ia bahkan tidak sadar kalau saat ini mulutnya terbuka. Memalukan.

"Udah nutup," ucap Kaluna sambil melipat tangannya di dada lalu membuang mukanya, berusaha untuk mengenyahkan semua daya tarik Jonathan yang masih mematikan untuk dirinya.

"Gimana kabar ibu?" tanya Jonathan tiba-tiba memecahkan keheningan.

"Baik, dia baik ... bahkan dia lebih bahagia sekarang," ucap Kaluna sambil mengalihkan pandangannya melihat wajah Jonathan.

"Syukurlah ayah kamu udah sadar," ucap Jonathan yang tahu dengan apa yang terjadi di keluarga Kaluna.

Kaluna tersenyum simpul sambil menengadahkan kepalanya ke langit, "Orang tua aku cerai, Jonathan."

••

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Dyah Murtiningsih
enak dibaca
goodnovel comment avatar
Jenia DCris
bagus ....
goodnovel comment avatar
Latifa Putri
mmmhm bagus..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sepanas Belaian Chef Jonathan    347. Keputusan Final?

    "Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua

  • Sepanas Belaian Chef Jonathan    346. Ogah

    "Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah

  • Sepanas Belaian Chef Jonathan    345. Kabar Dari Raka

    "Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng

  • Sepanas Belaian Chef Jonathan    344. Desah di Balik Baju Baru

    Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w

  • Sepanas Belaian Chef Jonathan    343. Baju Baru

    "Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p

  • Sepanas Belaian Chef Jonathan    342. Kegelisahan Kaluna

    "Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status