Kaluna punya ribuan kenangan manis bersama Jonathan, pacar semasa SMAnya. Kenangan itu disimpannya dengan rapi selama bertahun-tahun. Ada keinginan untuk kembali menjalin kasih dengan pria yang ia tinggalkan akibat perceraian orangtuanya. Ya, mungkin ini adalah kisah cinta yang belum terselesaikan. Sayangnya, hidup selalu penuh kejutan. Pekerjaan membawanya bertemu dengan Jonathan. Baru saja harapannya membumbung tinggi, Jonathan sudah membumihanguskannya dengan satu kalimat. "Maaf, apa kita pernah kenal?" Demi Tuhan! Apa yang ada di kepala pria itu? Apa dia benar-benar sudah melupakan Kaluna? Apa yang sebenarnya terjadi?! Tidak mungkin Jonathan amnesia! Ini bukan sinetron! Kaluna tidak punya pilihan. Dia harus menguak alasan Jonathan pura-pura tidak mengenalinya sebelum percikan gairah yang sudah lama ia kubur di hati Kaluna membesar dan membakar dirinya juga ... Jonathan
view more“Mampus ... mampus,” maki Kaluna sambil memberikan uang kepada sopir taksi dan dengan cepat berlari seperti dikejar setan ke dalam restoran tempat ia bekerja.
“Nah ... kan, mampus udah mulai pula acaranya,” bisik Kaluna sambil melirik ke arah pojok tempat parkir, “sepeda siapa pula itu? Tumben ada sepeda di sana? Udah soksoan pola hidup sehat kurasa karyawan di sini,” lanjut Kaluna sambil membuka pintu restoran secepat mungkin.
Telinganya mendengar suara tepuk tangan di dalam ruangan yang menandakan dia sudah sangat terlambat, “Beneran mampus ini! Aku nggak ada waktu lagi buat naruh semua ini ke loker,” maki Kaluna dengan suara pelan karena takut ketahuan karyawan lain kalau dirinya terlambat.
Matanya melihat sekelilingnya dan entah ide dari mana, Kaluna langsung memasukkan semua barangnya ke bawah meja kasir, “Masuk kamu, masuk ... nanti aku ambil, aku harus cepet. Si Raka pasti udah di sana. Duh ... Gusti selamatkanlah hambamu ini dari terpaan amukan Raka yang walau ganteng tapi kalau marah udah mirip perempuan datang bulan!” Kaluna terus berkomat-kamit bak merapal mantra sambil berjalan ke arah pintu.
Dengan cepat ia memanjangkan lehernya untuk melihat sudah sampai di mana acaranya berlangsung, “Sial, udah selesai pula,” bisik Kaluna miris sambil membuka pintu ruangan dan menundukkan tubuhnya serendah mungkin.
Detik ini Kaluna bersyukur dirinya pendek hingga bisa bersembunyi dari tatapan Raka yang entah bagaimana terasa menghunjamnya. Kaluna akhirnya berdiri di belakang salah satu teman sejawatnya.
“Telat Lun?” tanya Okhe teman sejawatnya di dapur sambil menggeserkan tubuhnya, membuat Kaluna bisa terlihat oleh Raka.
Detik itu juga Kaluna ingin menancapkan salah satu pisau di dapur miliknya ke leher Okhe karena pria itu membuat dirinya terekspose, Raka pasti akan memanggilnya dan memarahinya habis-habisan karena terlambat lagi.
“Itu siapa di belakang Pak Raka?” tanya Kaluna saat ia bisa melihat ke arah depan, ia melihat seorang pria yang sedang berbalik dan berbincang dengan Raka.
“Itu Head Chef baru yang udah dipilih sama restoran pusat di Singapura,” terang Okhe sambil berjalan ke arah pintu keluar karena acara perkenalannya sudah selesai.
Kaluna hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mengikuti Okhe, untuk apa dia di sana? Lebih baik dia ke dapur dan melakukan prepare untuk servise karena sejam lagi restoran akan buka. Saat Kaluna selangkah lagi keluar dari pintu keluar ia mendengar suara panggilan.
“Kaluna.”
“Mampus, kan, mampus udah,” ringis Kaluna sambil menatap wajah Okhe yang saat ini seolah mengejeknya. “Jangan bilang yang manggil gue Raka,” bisik Kaluna dan ia langsung merasakan kecewa karena Okhe tersenyum dan mengucapkan kata good luck tanpa suara yang membuat Kaluna menghela napas.
“Kaluna,” panggil Raka.
Kaluna dengan mengumpulkan semua keberanian yang ia miliki langsung berbalik dan memasang senyuman ramah terbaik miliknya, “Iya, Pak Raka.”
“Sini kamu, saya kenalkan sama Head Chef baru di restoran ini dan perlu kamu tanamankan di pikiran kamu kalau Head Chef baru kita ini tidak suka orang yang ter-lam-bat.” Raka menekannya kata terlambat hingga membuat Kaluna salah tingkah.
Kaluna hanya bisa pasrah, dengan bersusah payah Kaluna menyeret kakinya untuk mendekati Raka. Ia langsung berdiri di belakang lelaki yang sedang membelakangi dirinya.
“Ini orang titisan tiang listrik atau waktu bayi kebanyakan zat besi apa, ya? Tinggi bener,” batin Kaluna sambil memperhatikan tubuh pria itu dan dia yakin seratus persen kalau dibalik seragam chef berwarna putih yang pria itu kenakan pasti terdapat tubuh yang mampu membuat semua kaum hawa tergila-gila, termasuk dirinya.
“Kaluna ini sous chef, yang menggantikan sous chef kita yang sedang cuti hamil, Kaluna kenalkan ini ....”
Lelaki itu berbalik lalu detik itu juga Kaluna dan Raka mengucapkan nama yang sama, “Jonathan.”
“Kaluna ini Jonathan,” ucap Raka yang tidak sadar dengan perasaan Kaluna, “kenapa kamu, Kaluna? Kok pias begitu mukanya? Belum makan?” tanya Raka bingung saat mendapati perubahan air muka Kaluna.
“Hah?” Kaluna mengalihkan pandangan matanya dari tatapan tajam Jonathan yang seolah menghunjam dirinya tanpa ampun. Tuhan ... dia ingat sorot mata itu, dia kenal lelaki di hadapannya itu!
“Kamu sakit atau sekarat mungkin?” tanya Raka yang kesal pada Kaluna yang terlihat pelenga-pelongo, “kamu sampai keringatan begitu.”
“Oh, nggak saya cuman ....” Kaluna menggosok-gosok kedua tangannya di paha dan bersikap senormal mungkin. “Masih untung aku nggak pingsan di tempat karena aku ketemu sama mantan pacar,” batin Kaluna.
“Jonathan,” ucap Jonathan tak acuh sambil mengalihkan pandangannya dari Kaluna seolah melihat Kaluna lebih lama akan membuat dirinya terjangkit virus yang mematikan.
“Hah?” Kaluna kaget saat melihat Jonathan yang seolah-olah tidak mengenali dirinya? Apa-apaan ini? Kenapa Jonathan pura-pura tidak mengenali dirinya? Apa dirinya berubah sebanyak itu sampai-sampai mantan pacarnya itu tidak mengenali dirinya?
“Lo yakin dia nggak budek, kan?” tanya Jonathan sambil memandang sinis pada Kaluna dan mengambil tablet miliknya.
Raka melihat Kaluna bingung, “Kaluna, kamu kenapa?” tanya Raka.
“Ah ... nggak, aku nggak apa-apa, Pak, saya cuman ....” Kaluna menggantungkan kalimatnya, “berpikir Kaluna, saya cuman apa? Nggak mungkin kamu bilang, kalau saya kaget karena mantan pacar saya pura-pura nggak kenal sama saya! Saya salah apa?” batin Kaluna sambil memandang Jonathan dan Raka bergantian.
“Haduh, udah deh ... saya banyak kerjaan, lebih baik kalian berdua ngobrol aja. Kalian coba lebih mengenali diri karena kalian akan banyak kerja di kitchen,” ucap Raka sambil pergi meninggalkan Kaluna dan Jonathan.
Sepeninggalan Raka, Kaluna masih fokus melihat wajah Jonathan. Kaluna berjuang untuk mencari hal lain yang bisa memperkuat dugaannya kalau pria di hadapannya itu ada Jonathan mantan kekasihnya, “Jojo?” Kaluna gembling dengan memanggil Jonathan dengan panggilan kesayangannya dulu.
Hening ....
Lagi, Kaluna melihat Jonathan dari ujung kaki hingga ujung rambut mencoba meyakinkan dirinya kalau lelaki di hadapannya adalah lelaki yang sama. Lelaki yang penuh dengan kelembutan, senyuman yang manis dan belaian yang selalu Kaluna ingat.
Tiba-tiba saja Jonathan menyimpan tabletnya dan menggulung lengan bajunya hingga ke siku. Ekor mata Kaluna dengan cepat melihat sesuatu yang tidak asing di lengan Jonathan, sebuah bekas luka yang tidak asing lagi bagi Kaluna. Bekas luka itu ada karena Kaluna.
"Hai, Jojo?" bisik Kaluna lagi berharap mendapatkan respons yang baik dari Jonathan.
Hening ....
Lelaki di hadapan Kaluna sama sekali tidak bergeming bahkan saat ini Kaluna hanya bisa menahan napasnya karena Jonathan hanya melihatnya dengan tatapan dingin yang sangat menusuk dan Kaluna bersumpah kalau suhu ruangan di sana seolah berubah menjadi lebih dingin.
"Jo ... jo?" ulang Kaluna takut-takut.
Terdengar helaan napas Jonathan, "Maaf, apa kita kenal?"
***
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments