Dengan sedikit membusungkan dada aku melewati kedua sahabat yang masih berdiri di sebelah meja yang kududuki tadi. Alika tampak melirikku tajam sedang Erina melihatku dan Alika secara bergantian ketika aku melewatinya. Entah, apa yang sebenarnya mereka pikirkan, yang jelas aku tidak ingin jika mereka berdua berfikiran jika aku ini adalah wanita lemah yang akan mengalah begitu saja.I"Permisi. Saya duluan," ucapku sopan, karena bagaimanapun aku tetap mengedepankan rasa sopan santunku meski salah satu diantara mereka telah menyakitiku."Tunggu ...." Langkahku terhenti ketika salah satu dari mereka meneriakiku.Aku berhenti tanpa membalikkan badan, Alika sepertinya mendekat ke arahku setelah menyuruhku untuk berhenti. Kulirik jam di pergelangan tangan, sudah lewat Maghrib dan Zaki pasti sudah menungguku."Apa kamu tidak bisa membaca pesanku? Jauhi Zaki!" katanya dengan penuh penekanan.Tanpa menjawab, aku hanya tersenyum lalu melanjutkan langkah. Bukannya takut, aku hanya tidak ingin be
Aku melirik Zaki, dan dia pun menunjukkan ekspresi tidak tahu dengan perkataan orangtuanya. Apa semua ini ada hubungannya dengan hubungan kami? Tapi sejauh ini aku maupun Zaki selalu berusaha menunjukkan keharmonisan ketika di hadapan kedua orangtua kami."Em, bi-bicara apa, Pak, Bu?" tanyaku pada mereka berdua karena mereka pun terlihat sangat serius.Jujur saja jantungku berdetak sangat cepat saat ini, karena berhadapan dengan mereka dalam keadaan serius seperti ini terlihat sangat menyeramkan. Mereka dulunya adalah orang yang paling aku segani, bukan berarti sekarang tidak, hanya saja dulu aku menganggap mereka dalah orang yang tak bisa kujangkau. Berpapasan dengannya saja rasanya sangat sungkan, tak pernah terbayangkan jika saat ini aku bisa duduk di hadapan mereka dengan status sebagai seorang menantu."Kemarin ada seorang wanita datang ke rumah, katanya temanmu, Zaki. Dia bilang kamu menjanjikan sesuatu padanya. Apa itu benar?" tanya Tuan Muh, ayah mertuaku.Zaki melepas tangann
Setelah kejadian semalam aku memilih diam. Hampir semalam suntuk pun aku tidak tidur. Rasanya ingin cepat berganti hari dan matahari kembali menyinari dunia yang penuh dengan sandiwara ini.Zaki terlihat pulas di sampingku, sedangkan aku sama sekali belum bisa memejamkan mata. Kejadian demi kejadian akhir-akhir ini sangat menggangguku. Bagaimana tidak, pernikahanku baru berjalan beberapa bulan. Aku pun baru bersedia menyerahkan kesucianku padanya, dan dia ternyata membohongiku.Aku hanya menghela nafas panjang, lalu membalikkan badan memunggungi Zaki. Rasanya aku ingin tak memikirkan mengenai hal ini, tapi tetap saja kepikiran.Harapan indah yang kususun sedemikian rupa nyatanya tak bisa berjalan sesuai yang kumau. Mungkin memang beginilah. Kita tidak boleh terlalu berharap pada manusia, karena mereka bisa saja berubah dan mengecewakan kita. Satu-satunya tempat berharap yang paling baik adalah Allah Yang Maha Kuasa.Hanya kepada-Nya lah kita wajib berharap, karena siapapun di dunia in
"Nana nggak salah dengar, Yah?" tanyaku pada Ayah ketika kudengar kabar mengenai Tante Gina.Ayah menggeleng, raut wajahnya terlihat sangat sendu. "Tidak. Dia baru saja di tipu orang, semua tabungannya ludes. Sepertinya dia kena hipnotis, soalnya waktu kejadian dia sama sekali tidak ingat apa-apa. Modusnya mau menawarkan beberapa produk rumah tangga, tapi setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi. Dia ingat waktu sudah sore, Sofia menanyakan soal perhiasan yang ia pakai dan Gina baru ingat kalau siang tadi dia menyerahkan semuanya pada dua orang lelaki."Aku mengelus dadaku sendiri. Miris sekali ceritanya. Jaman sekarang justru banyak orang yang ingin kaya dengan cara cepat, yaitu membohongi orang lain seperti itu."Lalu sekarang kondisi Tante Gina gimana, Yah?""Ibu dan Ayah baru dari sana. Mereka masih sangat terpukul. Tapi semoga saja segera membaik, karena bagaimanapun rejeki itu hanya titipan, kan?" sahut Ibu, dengan diikuti anggukan kepala oleh Ayah.Tak kupungkiri, Tante Gina da
Hatiku berbunga setelah bertemu dengan Adit. Bukan karena Adit, tapi karena ia bersedia untuk bertemu dengan Zaki dan keluarganya untuk memberikan saksi bahwa apa yang dikatakan Alika adalah suatu kebohongan. Jika memang Alika masih mencintai Zaki, seharusnya ia tak menerima pernikahannya dengan Adit, karena jika sudah seperti ini semua juga pasti terluka.Kuparkirkan mobilku dengan manis, lalu masuk ke dalam rumah dengan perasaan bahagia. Semoga saja, orangtua Zaki pun bersedia bertemu dengan Adit sehingga masalah ini akan cepat selesai."Lho, kok kamu udah di rumah, A?" tanyaku ketika melihat Zaki sudah membaca koran di ruang tamu.Dia mengalihkan pandangannya ke arahku, lalu tersenyum. "Sudah, urusanku tidak banyak jadi cepat pulang. Sini, duduk," jawabnya dengan menepukkan sebelah tangannya ke sofa kosong di sampingnya.Meskipun hatiku sedikit retak akibat masalah yang datang pada kami, tapi aku selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik. Terlebih jika aku belum mengetahui kebe
Detak jantungku bertalu-talu ketika sampai di kediaman Tuan Muh, orang yang dulu sama sekali tak kusangka akan menjadi mertuaku. Mereka sangat baik kepadaku, bahkan jika kurasakan mereka sudah menganggapku seperti anak kandungnya sendiri.Meskipun beliau adalah orang kaya tapi sikap rendah hati dan penyayangnya jelas terlihat. Buktinya mereka tak segan mengangkatku menjadi menantunya meski aku datang dari keluarga yang tak sepadan dengan mereka.Namun, semakin jauh aku melangkah dan mengarungi bahtera rumah tangga dengan Zaki. Aku merasakan ada begitu banyak kepribadian Zaki yang tak kuketahui. Orangtuanya boleh baik kepadaku, tapi jika sikap Zaki saja berulang kali menyakitiku, maka kebahagiaan yang kudapatkan kemarin seakan sirna begitu saja.Kulihat Zaki tengah menunggu seseorang karena ia tak langsung masuk ke dalam rumah. Sudah kupastikan ia sedang menunggu Alika. Ada rasa panas di dalam hatiku sana, tapi aku tak bisa berbuat banyak karena rasa-rasanya semua sudah percuma.Sekuat
MENJADI BUDAK SUAMIKUBagian 1"Kamu serius mau nyusulin mereka ke Bali?"Kata-kata itu yang kuingat keluar dari mulut Erina ketika aku mengutarakan niatku untuk mengikuti Zaki dan istrinya ke Bali. Ya, Zaki mantan pacarku dulu yang sampai saat ini aku belum bisa move-on dibuatnya.Kisah cintaku dengan Zaki benar-benar membuatku mabuk kepayang. Namun sayang, semua harus berakhir karena kebodohanku sendiri.Aku bodoh dengan meninggalkan Zaki demi lelaki lain. Dan sekarang aku menyesal, benar-benar menyesal. Rasanya aku ingin sekali memutar waktu dan tak akan kulakukan kebodohan itu lagi.Namun sayang, semua sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur, dan aku hanya perlu menikmatinya saja. Saat seperti ini aku merasa tak pantas menyalahkan Tuhan, karena rupanya aku sendiri yang bodoh.Awalnya aku berfikir bahwa menikah dengan Alex akan membuat hidupku jauh lebih bahagia ketimbang bersama Zaki. Dia adalah pria penguasaha, hidupnya sama-sama mapan seperti Zaki. Namun ada satu nilai plus ya
Kisah AlikaBagian 2Perkataan Dea masih mengganggu pikiranku meski sudah sampai di rumah. Dea mengatakan jika tempo hari ia bertemu Alex dan Alex pun berniat mengajakku keluar negeri. Apa itu benar? Namun, bahkan kita sudah tak saling berhubungan lagi. Jadi bagaimana bisa Alex berkata jika ia akan membawaku keluar negeri. Lagipula untuk apa?Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam kepalaku. Sampai pukul setengah sebelas aku belum berhasil memejamkan mata meski segala cara telah kulakukan. Pertemuanku dengan Dea siang tadi benar-benar membuatku berfikir keras.Saat ini aku tinggal disebuah rumah yang memang sudah kutinggali dengan Alex dari awal menikah. Ini merupakan rumah yang kami beli hasil dari uang tabungan kami sewaktu masih bujang. Namun entah kenapa selang beberapa saat setelah menikah Alex justru berubah, suka memukuliku, dan sekarang dia pergi dari rumah ini tanpa kabar.Tokk tokk tokkSayup kudengar suara pintu depan di ketuk oleh seseorang. Seketika jantungku berdebar, karen