Seragam Bekas Milik Keluargaku

Seragam Bekas Milik Keluargaku

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-19
Oleh:  Jingga AmeliaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
65Bab
48.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Harga diri keluargaku diinjak-injak hanya karena kemiskinan kami. Bahkan keluargaku tak mendapatkan seragam saat acara pernikahan saudara kami, dan disitulah puncak dari amarahku.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Maaf, Na. Jatah seragamnya habis, gimana kalau pakai bekas waktu nikahan Sofia dulu itu? Masih bagus, kan? Atau sudah usang gara-gara sering di pakai?" ucap Tante Gina, saudaraku yang akan menikahkan anaknya yang kedua.

Aku hanya pasrah ketika semua anggota keluarga mendapatkan seragam baru berwarna pastel sedang keluargaku tak mendapatkannya. Ayah, Ibu dan aku hanya mengiyakan perkataannya karena biasanya memang seperti itu. Kami selalu dinomor sekiankan dari seluruh keluarga karena kami paling miskin.

"Iya nggak apa-apa, Tante. Seragamnya masih, kok."

"Mbak Na, tapi aku pengen yang kaya itu. Warnanya bagus," celoteh Arum, adik perempuanku.

Aku hanya menatapnya sendu, lalu mengelus puncak kepalanya. Sedangkan Tante Gina terlihat pura-pura tak mendengar dengan sibuk mengemasi seragam-seragam milik keluarga yang lain.

"Sudah, nggak apa-apa. Seragam yang itu kan masih bagus. Yuk kita lanjutkan beres-beres, terus pulang," kataku menenangkan Arum, lalu kembali membantu beberapa asisten rumah tangga Tante Gina membereskan ruangan bekas rapat keluarga.

Meskipun kami saudara, tapi jika ada acara atau rapat keluarga, keluargaku hanya mendapatkan bagian memasak dan membereskan sisa-sisanya saja. Kami hanya terima jadi atas semua keputusan yang mereka bicarakan.

Tak jarang aku protes pada ayah ataupun ibu, tapi mereka hanya menjawab agar aku dan Arum bersabar. Katanya, pekerjaan ini justru akan membuat kami lebih mandiri dan lebih berjasa karena membantu saudara yang sedang kerepotan.

"Nana, Arum. Sudah? Ayo kita pulang, Nak. Hari sudah semakin sore," ucap ibu dari arah dapur, ia baru saja membantu beberapa asisten rumah tangga Tante Gina cuci piring.

Aku dan Arum hanya mengangguk, lalu mendekat ke arahnya. Ayah pun juga terlihat baru saja datang dari arah belakang rumah, sepertinya ia baru saja membuang semua sampah yang telah kami kumpulkan.

Hatiku miris ketika melihat semua anggota keluarga pulang ke rumah mereka masing-masing menggunakan mobil dan sepeda motor, sedangkan kami memilih jalan kali ke jalan raya depan dan menunggu angkutan umum. Tak ada satupun dari mereka yang memberikan kami tumpangan meski kendaraan mereka tak penuh.

"Sudah, nggak usah diliatin. Yuk kita jalan," kata ayah yang seolah paham dengan yang kupikirkan.

Kami lantas jalan berempat setelah berpamitan dengan Tante Gina dan suaminya. Langkah kaki kami selalu di dahului oleh para keluarga yang lain hingga berangkat paling awal pun pasti akan sampai rumah paling akhir.

Sesampainya di rumah, wajah Arum masih saja tak berubah. Masih masam. Aku tahu dia sangat kesal karena lagi-lagi keluarga kami tak dianggap oleh mereka, padahal ayah adalah saudara kandung Tante Gina.

"Yah, seharusnya Ayah bisa protes. Kenapa kita selalu tak mendapatkan jatah apapun, bahkan kita juga selalu mendapatkan tugas masak dan bersih-bersih. Memangnya kita itu pembantu?" tutur Arum terlihat jengkel, sedangkan ayah hanya memilih diam dan mendudukkan tubuhnya di ruangan yang kami sebut ruang tamu.

"Sudahlah, Nduk. Itu bukan perkara sulit, kan? Tak apa, yang penting kita sudah membantu saudara kita yang sedang kerepotan."

"Apa karena kita paling miskin?" ungkap Arum spontan membuat kami menatap seketika ke arahnya.

"Arum, jaga bicaramu. Bagaimanapun keadaan kita, kita tetap sama di mata Tuhan. Jangan membawa kata-kata miskin atau kaya," tuturku dengan nada sedikit tinggi.

Kuakui memang kami paling miskin, tapi aku tidak ingin melihat kedua orangtuaku bersedih dengan keadaan kami. Aku yakin mereka sudah berusaha sekuat tenaga untuk membuat kehidupan kami jauh lebih baik. Namun apa boleh dikata jika takdir Tuhan memang mengharuskan kita seperti ini?

"Tapi, Mbak ... Itu adalah hal yang memang terjadi. Mereka membandingkan kita karena kita miskin. Seharusnya mereka bisa adil, atau setidaknya Tuhanlah yang adil, membuat kita kaya juga seperti mereka!"

Plak!

Kutampar adik kesayanganku itu. Kata-katanya sungguh membuatku marah. Aku tahu dia sedang terbawa emosi, tapi tidak seharusnya menyebut Tuhan seperti itu.

Arum menangis, lalu berlari menuju kamar yang ia tempati bersamaku. Sedangkan aku hanya terdiam dan ikut duduk di samping ayah. Kedua orangtuaku terlihat sedih dengan apa yang baru saja terjadi ini, terlebih ibu, ia menangis sesegukan dengan sikap kedua anaknya.

Kami memang miskin, tapi tak seharusnya menyalahkan Tuhan.

...

[Assalamualaikum, Nana. Ijinkan saya untuk meminangmu. Besok, saya dan keluarga akan datang ke rumahmu untuk meminta restu kepada kedua orangtuamu. Mohon niat baik kami di terima. Terimakasih]

Kedua mataku membulat ketika membaca pesan dari Zaki, anak dari Tuan Muh, pemilik ladang terbesar di daerah kami. Kami memang sering bertukar pesan, tapi hanya sekedar untuk membahas jadwal pengajian yang kami ikuti bersama.

Apakah pesan ini nyata, atau hanya aku saja yang terlalu berharap bahwa ini nyata? Atau mungkin, ini memang jawaban Tuhan atas semua doa adikku kemarin. Dia mendoakanku untuk segera menikah, dan dengan orang yang sangat kaya dan terpandang. Aku tak sengaja mendengarnya berdoa beberapa malam yang lalu, tepat di sepertiga malam.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
widha.87
kolom komentar di tiap bab gak diaktifin thor..?? rasa hati ingin mencaci maki Zaki.... lanjut kilat yukzz... makin seru nehh...
2023-05-19 16:45:19
0
user avatar
Agus Irawan
hai kak mampir juga ke Novelku. judul" Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan" sudah tamat dan semoga suka ya kak
2023-05-02 11:07:41
0
65 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status