Berita kemudian beralih ke kasus pembunuhan ibu pejabat. Morgan menyaksikan berita itu tanpa berkedip. Terlihat beberapa wartawan yang tengah mewawancarai pria kekar di usia senjanya yang tak lain adalah Santo.
Morgan tahu kalau perbuatannya telah mencoreng muka Santo. Orang yang paling berjasa dalam hidupnya. Meski pembawaannya keras, tapi aslinya sangat baik dan disiplin. Santo jugalah yang menjadi penyelamatnya di masa lalu.
"Saya tidak tahu menahu mengenai kasus Morgan. Yang saya tahu selama ini dia bekerja dengan baik di bengkel saya," begitu ucapnya dengan nada tinggi khas orang Batak. Morgan tahu ada gurat kekecewaan di sana.
"Lebih baik kalian pergi dari sini! Jangan ganggu saya bekerja di bengkel saya," usir Santo dengan kasar. Memang sudah wataknya. Keras dan cuek, tidak banyak kamera yang menyorotnya.
Morgan menghempaskan tubuh besarnya di sandaran kursi. Nafasnya terdengar berat. Kinerja polisi sungguh luar biasa. Mampu mengungkap dirinya seba
Rani tidak menjawab. Dia gelisah sambil melihat pentungan Morgan yang mengangguk-angguk, seakan memanggil dirinya."Kok diam? Emangnya kenapa sama Anton? Apa dia kurang memuaskan mu?" tanya Morgan yang langsung menohok hati Rani. Wanita itu terlihat menyembunyikan wajahnya yang memerah.Morgan jengah. Dia hendak memperbaiki letak pentungan di tempat yang semestinya. Tapi, Rani buru-buru mencegahnya."Jangan!""Jangan apa?""Jangan ditutup Morgan. Aku masih ingin merasakannya.""Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi."Rani menghela nafas. Dia adalah wanita dengan ego yang tinggi. Pantang baginya memohon kepada orang lain, terutama lelaki. Namun sekarang, Rani harus menekan egonya demi bisa memenangkan tombak besar yang pasti sesak sekali. Bagian bawah Rani sampai berkedut-kedut membayangkannya."Iya, Morgan. Aku kurang dipuaskan oleh Bang Anton," ucap Rani setelah sekian lama terdiam."Lalu?"Tenggorokan Rani teras
"Dasar pembantu bebal! aku minta sandwich malah kamu kasih roti biasa. Punya otak enggak sih!" cecar Wulan.Dewi terkesima dengan makanan yang berserakan di lantai. Sudah sangat sering dia diperlakukan seperti ini. Entah itu Anton maupun kedua istrinya. Dia selalu menjadi sasaran empuk untuk disalah-salahkan meskipun dia sudah melakukan hal yang benar.Plak!Tamparan keras mengenai pipi Dewi. Dia mengerang tatkala rambutnya dijambak oleh wanita yang lebih muda darinya itu."Kamu sudah bosan hidup hah! mau kamu adukan sama Bang Anton supaya membuangmu ke tempat pelacuran hah!"Dewi hanya menangis. Sebagai istri pertama dia tidak punya daya apa-apa semenjak kedua istri muda Anton berkuasa di rumah ini.Dia diperlakukan dengan tidak adil. Apalagi Anton yang cenderung mengistimewakan kedua istri mudanya dibandingkan dengan dia."Woi! lepaskan tanganmu dari Dewi sekarang!"Suara bass membahana. Siapa lagi kalau bukan Morgan.
Dari atas sana, dia bisa melihat dengan jelas gerombolan para preman yang tampak begitu hormat dengan seorang pria bertubuh tambun yang berdiri dengan seorang wanita. Morgan tercekat saat menyadari siapa mereka."Rencana kita berhasil, Tuan. Saya juga sudah menyekap perampok bodoh itu di sini.""Bagus, kalau begitu pertemukan aku dengannya sekarang," pinta sang tuan yang tidak lain adalah Fatur.'Apa-apaan ini? Jadi mereka bersekongkol?' gumam Morgan. Pemimpin preman itu ternyata mempunyai hubungan dengan Fatur. Apa mungkin pembunuh ibu pejabat itu adalah Anton atas suruhan Fatur.Morgan tidak sempat berpikir lebih lama karena terdengar suara puluhan langkah kaki menaiki tangga. Segera dia berlari menuju balkon. Berniat melompat dari lantai dua."Woi! Jangan kabur!" teriak salah seorang di antara mereka. Morgan dengan gesit berlari menuju balkon.Sialnya di depan juga ada puluhan preman. Adalah hal yang mustahil kalau melewati mereka begitu
Morgan mendarat dengan sempurna di atas tanah. Dia mengerjapkan mata menyesuaikan dengan lampu jalan, tatkala melihat sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan."Morgan! Buruan masuk! Kamu lama banget sih!" seru Luna yang sepertinya menunggu lama. Melihat sosok Morgan di samping mobilnya, wanita centil itu terlihat excited."Kamu kok bisa ada di belakang rumah, bukannya janjinya di depan?"Luna memutar mata jengah, "Makanya punya hp jangan kantongin doang. Aku sudah kirim pesan sama kamu kalau aku posisi di belakang rumah, karena aku lihat banyak preman masuk rumah itu. Makanya aku berasumsi kalau kamu akan kabur lewat belakang."Morgan tersenyum sambil menjawil dagu nyantisnya. Luna memekik manja. Menggemaskan.Dari dulu, Luna memang sangat pemberani dan cerdik. Makanya Morgan sangat nyaman menjadi partner in crime-nya. Sebatas itu, tidak lebih."Buruan masuk! sebelum ketahuan mereka!" ujar Luna tidak sabaran."Iya, iya bawel. Ya
DUAR!Suara ledakan kuat berasal dari belakang. Salah satu personil terpental terluka parah. Segera personil lain berhamburan mendekatinya.Morgan memanfaatkan kesempatan itu dengan berlari sekuat mungkin melalui pintu depan. Dia tidak tahu tujuan pasti. Yang terpenting sekarang, dia harus terbebas dari mereka.Suara tembakan mengudara, memancing perhatian orang-orang yang ada di Syahbandar. Morgan harus segera mencari tempat bersembunyi, karena melarikan dari sana adalah hal yang mustahil.Sampai akhirnya dia sampai di suatu tempat yang dipenuhi oleh container yang bermuatan barang. ditata sedemikian rupa hingga membentuk labirin.Morgan menempelkan punggung lebarnya di balik salah satu container. Sambil pandangannya yang terus mengintai ke segala arah."Bagaimana polisi bisa cepat menemukan keberadaan ku? Apa mungkin ini kerjaan Fatur?"Tiba-tiba samar-samar, Morgan menangkap perbincangan antara dua orang. Satu di antara adalah suar
Luna menjulurkan lidahnya yang langsung disambar oleh amukan bibir Morgan. Mulut mereka beradu rapat dengan lidah yang saling membelit kuat.Dengan sekali raup, Morgan mengangkat area bawah Luna sampai naik ke atas kuda-kudanya. Menghimpit Luna ke badan kontainer dan menyerangnya begitu intens. Tubuh Luna begitu ringan bagi Morgan yang besar dan berotot."Morgan, jangan lupakan malam ini sampai kapanpun ya," pinta Luna yang terengah. Sedangkan Morgan masih sibuk membenamkan kepalanya di dada Luna yang terbuka. Dasar lelaki, kalau sudah nafsu lupa akan segalanya.Detik berikutnya terdengar suara erangan yang samar karena berbaur dengan suara mesin pengangkat kontainer malam itu. Seseorang yang tengah mengintip mereka terkesima, hingga tidak sadar menjatuhkan senjatanya.Morgan dan Luna langsung menoleh ke sumber suara. Terlihat bayang-bayang seseorang di tengah kontainer itu. Morgan langsung menurunkan tubuh Luna. Mata tajamnya berusaha melihat sosok itu d
Dan sebuah pemandangan yang tidak biasa terlihat di sana. Terlihat wanita itu sudah dalam keadaan telanjang bulat sambil melakukan pemuasan diri dengan jarinya."Tolong," rintih Wanita itu. Dia menggelinjang seiring dengan gerakan tangannya yang semakin cepat di bawah sana.Morgan terkesima dengan apa yang dia lihat. Polwan cantik itu terangsang! Mungkin itu adalah alasan kenapa dia membiarkan Morgan bercinta dengan Luna, karena wanita itu juga ingin merasakannya keperkasaan Morgan yang besar.Terlihat pandangan wanita itu terus tertuju ke bagian pangkal pahanya, di mana terdapat sesuatu yang raksasa yang menjadi pusat nafsu wanita. Wanita yang kurang terpuaskan pasti memimpikan keperkasaan seperti milik Morgan.Morgan menyeringai. Setegas apapun wanita, mereka pasti mempunyai sisi lemah yang bisa dimanfaatkan, termasuk polwan ini."Minta tolong apa, Bu. Apa yang saya bisa lakukan untuk Bu polwan?""Tolong, puaskan saya Morgan.""Kena
Morgan terbangun saat merasakan kontainer bergerak. Sepertinya kontainer itu dipindahkan dengan alat bernama crane ke sebuah truk trailer.'Yes, ini pasti sudah sampai di pulau seberang,' gumamnya bersemangat. Dia yang sudah tidur selama dua malam pun berdiri sambil memegang sisi kontainer. Rasa lemas karena tidak mendapatkan asupan makanan berhari-hari tidak dia hiraukan. Dia begitu excited karena terlepas dari kota terkutuk itu.Morgan bisa merasakan goncangan ketika kontainer itu sudah dipindahkan ke truk trailer. Tidak berapa lama, truk mulai bergerak. Meninggalkan area pelabuhan untuk di antar ke tempat tujuan."Sial, bagaimana caranya aku keluar dari sini?"Kini, Morgan dipusingkan bagaimana caranya keluar. Kalau dilihat dari barang-barang yang ada di dalam container sepertinya truk ini akan mengarah ke pabrik. Tidak mungkin dia akan turun di sana yang pasti akan menimbulkan keributan.Deru kendaraan terdengar di luar sana. Menandakan truk se