Share

Bab 3

Author: Era
Inilah alasan dia menyuruhku memanggilnya bibi selama lima tahun.

Pertunjukan kembang api dilanjutkan, tidak ada yang memperhatikanku lagi.

Namun, cuaca kurang baik, tiba-tiba hujan deras.

Josh segera membubarkan penonton. "Livy kurang sehat, nggak boleh terkena hujan. Semuanya, tolong minggir."

Dia membawa Livy ke mobil dengan hati-hati.

Meninggalkanku sendirian di tempat semula.

Hujan sangat deras, tetapi aku sama sekali tidak merasa dingin.

Mungkin setelah lima tahun menikah, aku sudah terbiasa dengan situasi ini.

Sesampai di rumah, aku mandi air panas.

Ketika keluar, aku bertemu dengan Josh yang berada di ruang tamu.

Setelah ragu-ragu sejenak, dia berterima kasih padaku. "Tadi, terima kasih sudah membantuku."

"Kita ... bagaimanapun pernikahan kita dirahasiakan. Kalau diumumkan di depan umum, nggak baik untuk reputasi Livy."

"Lain hari ... aku akan mencari kesempatan untuk mengumumkan hubungan kita."

Aku tidak memberitahunya bahwa hubungan ini tidak perlu diumumkan lagi.

Hubungan ini sudah berakhir, anggap saja tidak pernah ada.

Ini adalah akhir terbaik untukku dan dia.

Dia tiba-tiba bertanya, "Tapi, kenapa kamu berada di sana?"

Aku tersenyum dan menatapnya tanpa mengucapkan sepata kata pun.

Ketika dia hendak menghindari tatapanku, aku berkata, "Yudi yang menyuruhku pergi ke sana."

Kemudian, dia ingat bahwa awalnya pertunjukan kembang api hari ini disiapkan untukku.

Namun, karena terlalu menikmati momen kebersamaannya dengan Livy, dia melupakan hal ini.

"Maaf. Minggu depan ... minggu depan nggak bisa, aku mau dinas. Bulan depan, aku pasti akan mengajakmu pergi menonton kembang api."

Aku menggelengkan kepala sambil berkata, "Nanti kita bicarakan lagi."

Josh sangat puas dengan tanggapanku, dia memelukku dengan lembut.

Ini adalah pertama kalinya aku merasa pelukannya sangat dingin.

Keesokan harinya, Josh pergi dinas.

Namun, dia membawa Livy.

Ketika memiliki waktu senggang, mereka akan menikmati makan malam romantis, mengunjungi museum di sekitar dan makan di warung makanan laut yang tidak pernah dikunjungi bersamaku.

Dia berkata padaku, "Sebagai seorang CEO, makan di tempat seperti itu hanya akan menurunkan statusku."

Namun, di hadapan Livy, Josh tidak memiliki status apa pun. Dia hanyalah pria biasa yang sangat mencintai Livy.

Tersisa 3 hari.

Akhirnya, Josh pulang.

Selama dua minggu dia dinas, aku tidak pernah mencarinya satu kali pun.

Dia memandang vila yang bersih, dia seolah-olah menyadari pengorbananku selama lima tahun ini. Dia berkata padaku, "Sayang, kamu sudah bekerja keras."

Lima tahun ini, aku tidak dapat mengingat kapan terakhir kalinya dia memanggilku dengan begitu mesra.

"Tadinya, lusa aku mau membawamu pergi menonton kembang api, tapi tiba-tiba ada larangan menyalakan kembang api ...."

Aku memahami maksudnya, dia hanya tidak ingin membawaku pergi menonton kembang api.

Mungkin Livy mengatakan sesuatu padanya.

"Lupakan saja."

Josh tertegun. Dia tidak menyangka bahwa aku akan mengakhiri masalah ini begitu saja.

"Kamu ... nggak marah?"

Dulu, aku pasti akan marah dan mengeluh karena dia tidak menepati janjinya.

Namun sekarang, aku sudah tidak peduli dengan janji palsunya. "Cuma pertunjukan kembang api, bukan apa-apa."

Sama halnya seperti Josh, aku bisa hidup tanpanya.

Setelah terdiam untuk cukup lama, Josh kembali berkata, "Kalau begitu, lusa aku akan menemanimu pergi melihat vila di pinggiran Barat."

"Kudengar ada festival lampion apung. Kita bisa melihatnya dari vila itu."

Aku memeriksa ponselku, kalender menunjukkan lusa adalah Hari Kasih Sayang.

Dia akan menemuiku di hari yang begitu penting?

Dia hanya ingin menghiburku.

"Lusa, kamu nggak perlu menemani Livy?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Seratus Pengampunan   Bab 10

    Dia pergi ke luar negeri.Lalu, kamu datang mencariku.Aku terkekeh. "Josh, kamu mencariku karena dia nggak akan kembali lagi?"Josh segera menggelengkan kepalanya. "Tentu saja bukan, karena aku menyukaimu!""Aku mengatakan semua itu padanya karena aku menyukaimu, aku nggak ingin menyakitimu lagi ....""Lusi ... aku menyukaimu ... aku mencintaimu ...."Ungkapan cinta memang terdengar manis.Kalau dia mengungkapkan hal seperti ini beberapa waktu yang lalu, bahkan ketika dia sudah menyakitiku sebanyak 99 kali, aku mungkin akan memaafkannya.Namun sekarang, aku sudah memaafkannya sebanyak 100 kali dan dia tidak memiliki kesempatan lagi.Memangnya kenapa kalau ucapannya tulus?Aku sudah memberinya 100 kesempatan."Tapi, aku nggak butuh cintamu lagi, Josh.""Hanya karena kamu mencintaiku, aku harus membalas cintaimu?"Josh meneteskan air mata.Hari ini, aku melihat banyak sisi baru Josh.Pertama kali melihatnya terpuruk, pertama kali melihatnya menangis.Namun, semua tindakannya membuatku m

  • Seratus Pengampunan   Bab 9

    "Tapi, aku merasa dia melakukan semua ini karena kamu suka, makanya aku tetap membawamu datang."Ariel menjelaskan panjang lebar.Aku mengetahui bahwa dia peduli padaku.Mungkin cinta pada pandangan pertama atau percakapan singkat pada malam itu membuatnya tertarik padaku.Namun, ketika mengucapkan kalimat terakhir, dia menjadi agak gugup dan tidak berani menatapku.Aku merasa aku tidak perlu menyalahkannya.Dia tidak melakukan kesalahan apa pun.Dia hanya cemburu.Setelah dilema untuk cukup lama, Ariel mengangkat kepalanya dan matanya berkaca-kaca.Dipadukan dengan wajahnya yang lembut, air matanya tampak sangat menyedihkan."Pasti dia yang memakai kostum kelinci itu. Kalau kamu mencarinya sekarang, masih sempat."Tatapanku membuat sekujur tubuhnya gemetaran.Dia menyuruhku pergi dengan tegas.Namun, dari lubuk hati terdalamnya, dia tidak berharap aku pergi.Aku pernah menceritakan kisahku dengan Josh, dia tahu aku adalah seseorang yang baru bercerai dan sedang mencari kebebasan.Namu

  • Seratus Pengampunan   Bab 8

    Bartender itu mengangkat bahu, lalu mengambil minum alkohol bernama Hidup itu dan menukarnya dengan segelas jus asam plum.Penyanyi sudah selesai menyanyikan lagu Tak Elok dan sedang menyanyikan lagu bahasa asing yang tidak pernah kudengar sebelumnya.Suaranya sangat merdu, aku mendengarnya bernyanyi untuk sangat lama.Ketika aku sedang menatap penyanyi itu, aku tidak menyadari bahwa bartender itu diam-diam memperhatikanku.Keesokan harinya, bartender itu tiba di penginapanku tepat waktu.Aku menanyakan bagaimana bisa dia mengetahui lokasi penginapanku, dia menjawab, "Orang-orang yang datang ke sini hanya akan menginap di sini."Terlihat jelas, mobil yang dia kendarai bukanlah mobil sewaan, melainkan mobil pribadinya.Aku memberikan upah yang cukup besar untuk menjadi pemandu wisataku dan memintanya untuk mengajakku bersenang-senang.Bartender itu agak kesal. "Bisakah kamu berhenti memanggilku bartender? Nama lengkapku Ariel Vinly."Aku refleks berkata, "Kedengarannya seperti nama pere

  • Seratus Pengampunan   Bab 7

    Akhirnya, setelah aku memindai pas naik dan melewati gerbang pemeriksaan keamanan, dia memanggilku."Lusi.""Kita nggak mungkin bersama lagi?"Aku tidak menghentikan langkahku.Ini adalah jawaban yang jelas untuknya.Perjalanan dari Kota Bara menuju Kota Tusam hanya memerlukan waktu tiga jam.Aku tidak pernah datang ke Kota Tusam.Cuacanya lebih dingin dari dugaanku.Bagaimanapun, sekarang masih bulan Agustus.Kota yang terletak di Utara cukup hangat.Aku bergegas menuju penginapan yang sudah kupesan sebelumya.Aku tidak memesan hotel mewah agar suasanya lebih ramai.Kota Tusam tidak mengecewakanku, pemilik penginapan bertanya padaku dengan ramah, "Kenapa jauh lebih lama dari waktu yang sudah kita sepakati? Apa kamu mengalami masalah?"Aku menggelengkan kepala sambil menjawab, "Sudah teratasi.""Baguslah kalau begitu. Kamu datang sendirian, kalau ada masalah, beri tahu Bibi!"Aku mengangguk dan berterima kasih atas keramahannya.Dia juga menanyakan apakah aku sudah makan, lalu merekome

  • Seratus Pengampunan   Bab 6

    "Sebaiknya kamu menemani Livy. Dia sudah menunggumu selama bertahun-tahun, sekarang kamu sudah seutuhnya menjadi miliknya.""Seharusnya kamu senang."Namun, Josh malah tertegun, dia mengabaikan soal Livy.Dia bertanya dengan kebingungan, "Cerai apaan? Kapan kita bercerai?"Aku menyerahkan akta cerai-ku pada Josh sambil menjawab, "Akta cerai-mu sudah kutaruh di vila pinggiran Barat."Dia mengambil akta cerai itu dan segera menggelengkan kepalanya.Wajahnya dipenuhi dengan ketidakpercayaan. "Bagaimana mungkin kita cerai ... aku nggak pernah bilang mau cerai denganmu!"Aku tiba-tiba tertawa.Tidak perlu dipaksakan, juga tidak perlu membuang-buang tenaga.Karena lelucon ini terlalu konyol."Kamu memang nggak katakan, tapi kamu melakukannya.""Pernikahan seperti ini, apa gunanya dipertahankan?"Namun, Josh menggelengkan kepalanya.Josh yang biasanya gagah seolah-olah berubah menjadi anak kecil yang hanya bisa menggelengkan kepala.Dia tiba-tiba meraih bahuku sambil berkata, "Nggak ... aku n

  • Seratus Pengampunan   Bab 5

    Aku mengira aku salah lihat, tetapi setelah aku memastikan, aku yakin bahwa Josh menghentikan mobilnya.Di jalan tol.Dia membuka pintu mobil dan berjalan ke arahku.Dia mengetuk jendela taksi sambil mengatakan sesuatu.Namun, taksi kedap suara, aku tidak dapat mendengarnya.Sopir agak kebingungan. "Nona, bagaimana kalau aku membuka jendelanya agar kalian bisa bicara?""Ini jalan tol, sangat berbahaya."Aku menggelengkan kepala sambil berkata, "Nggak usah, abaikan saja dia."Josh menggedor jendela mobil, tetapi aku sama sekali tidak melihatnya.Kekacauan ini berakhir setelah dia dibawa pergi oleh polisi lalu lintas.Saat ini, di tengah padatnya lalu lintas di jalan tol, aku memberanikan diri untuk melihatnya diseret pergi.Meskipun terhalang hujan, aku dapat melihat ekspresinya dengan jelas.Ternyata dia juga bisa mengkhawatirkanku.Namun, aku sudah memberimu kesempatan, Josh.Kamu yang tidak menghargainya.Kemacetan di jalan tol tidak berlangsung lama, arus lalu lintas kembali lancar.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status