Short
Cinta yang Mengalir Pergi

Cinta yang Mengalir Pergi

By:  H.S.XCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10Chapters
3views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Suamiku, sang CEO, selalu mengira aku ini perempuan matre. Setiap kali pergi menemani cinta pertama yang depresinya kambuh, dia akan membelikanku satu tas Hermes edisi terbatas. Setengah tahun kami menikah, ruang wardrobe penuh sesak dengan tas-tas mahal. Sampai ketika tas yang ke-sembilan puluh sembilan kuterima, dia menyadari perubahan sikapku yang tiba-tiba. Aku tak lagi menangis histeris setiap kali dia pergi menemani wanita itu. Aku tak lagi menerjang hujan badai hanya karena satu kalimat, “Aku ingin bertemu denganmu.” Yang kupinta darinya hanyalah sebuah jimat pelindung untuk anak kami yang belum lahir. Saat kata “anak” terucap dari bibirku, tatapan Andika Kesuma sedikit melunak. “Kalau kondisi Olivia sudah membaik, aku temani kamu periksa kehamilan ke rumah sakit.” Aku hanya mengangguk dengan patuh. Aku tak memberitahunya bahwa sepuluh hari lalu… aku sudah kehilangan anak itu. Ya, aku keguguran. Antara aku dan dia kini… hanya tersisa selembar surat cerai yang menunggu untuk ditandatangani.

View More

Chapter 1

Bab 1

Hari kesepuluh setelah keguguran, aku bertemu Andika Kesuma di lorong rumah sakit.

Dengan sangat hati-hati, dia menopang tubuh Olivia Wijaya. Tatapannya begitu lembut, terlalu lembut untuk dipercaya.

Namun begitu melihatku, keningnya langsung berkerut.

“Ngapain kamu ke sini?”

“Bukannya sudah kutransfer uang kompensasi ‘kerusakan mentalmu’?”

“Kenapa? Kurang?”

Aku menggeleng pelan.

Kali ini, dia sangat murah hati.

Uang yang dia transfer… sepuluh miliar.

Aku bahkan tak pernah bermimpi, dari pernikahan yang belum genap setahun, ternyata bisa bernilai sebesar itu.

Sepuluh miliar…

Dia membeli nyawa bayi dalam kandunganku.

Olivia menggenggam tangan Andika, menatapku dengan wajah penuh rasa bersalah.

“Bella, jangan salah paham dulu. Andika cuma terlalu khawatir sama aku, makanya cara bicaranya jadi kurang baik.”

Pandangan matanya perlahan jatuh ke perutku.

“Katanya… kamu juga dirawat di sini? Bayimu baik-baik saja, ‘kan?”

Belum sempat kujawab, Andika sudah lebih dulu menghiburnya.

“Mungkin cuma ada sedikit guncangan di kandungannya. Mestinya nggak apa-apa.”

“Sudah, kamu jangan mikir yang aneh-aneh. Fokus saja sama pemulihanmu.”

Refleks, tanganku menyentuh perutku sendiri. Hati terasa pahit, getir.

Ya… memangnya apa yang bisa terjadi?

Bukannya cuma kehilangan anak, ‘kan?

Tentu saja, itu tak sepenting kondisi Olivia.

Kalau tidak, mana mungkin Andika yang jelas-jelas tahu aku dirawat di rumah sakit yang sama, bahkan tak pernah menanyakan keadaanku.

Padahal…

Cukup satu pertanyaan saja darinya, dia pasti akan tahu kalau bayi kita sudah tiada.

Aku menahan air mata, lalu mengeluarkan dokumen perceraian yang sudah tercetak rapi dan menyerahkannya padanya.

“Andika, aku mau buat polis asuransi untuk anak kita. Bisa tanda tangan di sini?”

Saat membahas soal anak, wajah dinginnya kembali menghangat.

Dia menerimanya tanpa curiga dan langsung menandatangani.

Sambil menandatangani, dia bertanya santai, “Kenapa hari ini pakai tas yang itu? Nggak suka Hermes yang terakhir kubelikan?”

Aku tersenyum.

“Suka, kok. Aku suka banget.”

Sejak Olivia didiagnosis depresi, Andika akan menghilang tiba-tiba setiap beberapa hari sekali untuk menemani wanita itu.

“Olivia sejak kecil hatinya sensitif. Apalagi sekarang dia sakit. Kalau aku nggak temani, gimana kalau sampai terjadi sesuatu?”

“Kamu tenang saja. Aku cuma nggak mau dia melakukan hal bodoh. Nggak ada maksud lain.”

Dia berjanji padaku akan menemani Olivia sebanyak sembilan puluh sembilan kali.

Setelah itu, dia akan berhenti dan mulai menjalani hidup bersamaku dengan baik.

Itulah sebabnya, setiap kali dia pergi, asistennya akan membelikanku tas Hermes sebagai kompensasi.

Karena tas dengan merk itu paling mahal, aku pun sangat suka.

Sepuluh hari lalu, aku menerima tas yang ke sembilan puluh sembilan.

Namun, saat aku mencarinya dengan penuh harap, ingin membawanya pulang bersamaku…

Yang kulihat justru pemandangan di mana Andika memeluk erat Olivia dalam pelukannya.

Aku terpaku di tempat.

Jantungku seolah ditusuk berkali-kali, rasa perih mengalir setetes demi setetes.

“Apa yang kalian lakukan?!”

Aku melangkah maju dengan mata memerah, menuntut penjelasan.

Andika seperti tersengat listrik. Dia buru-buru melepaskan Olivia, wajahnya panik.

“Bella, kamu jangan salah paham. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan.”
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status