Titan berlari kencang keluar gerbang sekolah. Di depan sana, mobil Aldo sudah bertengger manis sedari tadi menunggunya.
Titan berhenti berlari sejenak, mengambil botol minumnya dan membasuh bibirnya yang masih berdarah dengan air minum miliknya berulang-ulang. Ia lalu mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan mengelap kering bibirnya sekaligus memastikan darahnya sudah benar-benar berhenti mengalir. Ia lalu menarik napas dan berusaha berjalan seperti biasa menuju mobil. Ia masuk mobil dan duduk di kursi depan, sehingga membangunkan Aldo yang tadinya asik ketiduran di kursi pengemudi.
"Lama banget lo, tumben? Hoammm...." Aldo mengucek-ucek matanya sambil menguap lebar.
Sementara Titan memilih mengalihkan pandangan menghadap jendela samping.
Setelah mobil Aldo sampai di depan gerbang sekolah, Titan langsung turun. Baru mau melangkah masuk, motor Ninja yang sudah tidak asing bagi Titan itu melesat begitu saja memasuki gerbang menuju parkiran. Titan buru-buru mempercepat langkahnya.Jangan sampe ketemu, plis.... Mau taroh mana muka Titan....Titan akhirnya berlari di sepanjang koridor dan sampai di kelas dengan terengah-terengah."Habis maling, ya? Tumben buru-buru banget. Kecepatan nih lo, dateng biasa juga gak jam segini." Bimo yang baru juga sampai langsung menaruh asal tasnya di atas meja.Iya, kemaren abis maling ciuman Tristan...Eh anjir!Lomau bilang apa barusan sih Titan?!
Tristan terus menarik paksa tangan Titan,menyeretnya ke taman sekolah yang sedang sepi karena matahari sedang terik-teriknya. Ia mendudukan Titan di salah satu bangku panjang lalu dengan santainya ia tiduran, menjadikan kedua paha Titan sebagai bantalannya."Diam. Nggak usah protes," ujar Tristan terlebih dahulu."Kenapa lo jadi seenak jidat gini?" Titan malah mengabaikan ucapannya barusan."Hhahh... gue capek, Titan. Pengen tidur bentar." Tristan memejamkan matanya."Kalau ada yang lihat gimana, ish!""Ya nggak gimana-gimana.""Kalau mereka ngira kita ada apa-apa gimana?""Yaudah.
Jumat sore itu, Titan sudah benar-benar lelah. Sampai di rumah, ia langsung mandi, makan, lalu tiduran di ruang keluarga sambil nonton TV. Memutuskan untuk mengistirahatkan pikirannya, namun Aldo dengan seenak jidat malah bermain PS."Ih, Bang! Itu acaranya belum selesai! Kan Titan duluan yang nyetel TV! Lo pakai TV di kamar lo aja sih?!" Titan mendumel di sofa."TV sini lebih gede layarnya, Dek.""Ya biasa juga kan main PS di kamar!""Bodo!"Bletakk...Remot AC mendarat sempurna di kepala abangnya yang laknat itu."EH, DENGKUL ITIK!!! SAKIT WOY!!!" Aldo m
Di sinlah mereka berdua. Di kamar dengan dinding berwarnababy bluedi keempat sisinya. Kamar Titan. Sambil ogah-ogahan, Titan menarik keluar meja kayu ukuran sedang dari bawah kasurnya. Entah sudah berapa lama ia tak menggunakannya sampai meja itu begitu berdebu."Segitu lamanya ini meja lo museumkan di bawah kasur lo?" ujar Tristan menatap malas meja kotor itu."Ya gitu saking Titan nggak suka belajar. Makanya mending lo pulang aja. Titan beneran nggak niat ini.""Kenapa?""Ngebosenin.""Kalau gue bisa bikin lo belajar tanpa bosen, gimana?" tanya Tristan."Coba aja kalau bisa," tantang Titan lalu mulai mengelap
Titan masih menatap nyalang cowok di depannya dalam diam hingga dering telepon memecah aksi "senggol lagi gue bacok lo ntar" sebagai bentuk pertahanannya dari Tristan.Tristan mengalihkan pandangannya, merogoh kantongripped jeansabu-abu yang dikenakannya dan menjawab panggilan yang masuk."Halo, Ma," sapa Tristan duluan.".....""Lagi berduaan sama calon mantu Mama," ucap Tristan sambil melirik Titan dengan seringaian yang langsung dihadiahi lemparan buku Fisika setebal kamus."Aww!" Tristan menjerit kesal.".....""Eh? Bukan apa-apa, kok. Mama kenapa sih nelpo
Senin memang selalu menjadi hari yang menyebalkan, tapi hari Senin ini, semua terasa begitu apes bagi Titan. Seolah ia tak punya sisa keberuntungan untuk hari ini dan dunia bekerja sama dengan seisinya untuk membuatnya jengah.Mulai dari upacara yang terasa bagai dipanggang, razia kebersihan loker (yang mirisnya loker Titan masih sangat tragis semenjak disemprot Tristan dengan cat semprot) hingga Titan harus denda sebagai bentuk kompensasi kondisi lokernya, kehabisan makanan kantin karena masih asik ketiduran di kelas saat istirahat pertama hingga ia harus rela kelaparan, dan perut yang sakit melilit karena datang bulan.Semoga hanya itu saja.Kemudian datanglah Pak Joko, guru Kimia yang menyebalkan itu. Pak Joko memanggil Titan yang kebetulan terlihat sangat bahagia melintas di korido
Selepas mengantar Titan sampai di depan rumah, cewek itu langsung masuk gitu saja tanpa embel-embel makasih. Sementara Tristan, ia turun dari motornya yang ia parkirkan di garasi dan menghampiri Aldo yang baru juga sampai."Adek lo tuh, Bang." Tristan angkat bicara duluan pada Aldo yang baru turun dari mobilnya."Kenapa adek gue? Naksir lo? Gue sidang lo entar kalau gitu.""Idih!""Terus?""Abis pacaran sore-sore di sekolah sama cowok noh.""Iyalah sama cowok! Adek gue masihstraightkali! Kalau udah sama cewek tuh baru lo laporin ke gue!" Aldo duduk di teras sambil melanjutkan, "tapi siapa pun tuh cowok, pasti bu
Kalau Nyong bukan salah satu teman kepretnya, mana mau Tristan ikutan ke kantin saat jam istirahat pertama begini. Pas kantin sedang ramai-ramainya. Berasa sumpek walau kantin SMA Garuda termasuk luas. Harusnya mereka ada di belakang sekolah, nyebat seperti biasa. Barang favorit Tristan itu sudah memanggil-manggil dari dalam kantong celananya untuk segera dihisap, tapi ujung-ujungnya, mereka malah terdampar di kantin sumpek ini.Nyong itu manja, kalau makankuduada teman-temannya. Katanya ibunya sedang ngambek sama bapaknya, jadi mogok masak gitu deh. Dia sampai mengeluarkan jurus pantun recehnya itu supaya ditemani."Ke pasar minggu beli manggisSambil joget dangdut koploMakan sendiri nanti Nyong diembat cewek manisJanganlah iri wahay kalian kaum jomblo!"