Share

Bab 33 Belulang

Cahaya meredup saat Raesaka membalas tatapan Nawasena.

Warna merah merambat di permukaan kulit pimpinannya yang agak berkeringat. Bibirnya terkatup, rahangnya menegang, dan pipinya berdenyut-denyut, sementara kedua tangannya berada di pinggang. Lima belas menit yang lalu, ia memarahi Raesaka habis-habisan, karena mengetahui Raesaka membuat surat keterangan sakit palsu dan memalsukan tanda tangannya pada surat tugas yang disusunnya sendiri, demi pergi ke Bangkawara. Ia ingin sekali mengatakan betapa muaknya ia pada urusan Sindukala, namun suara Maruk yang keluar dari rekaman ponsel Raesaka, memaksanya diam dan menyimak.

“....kami menghabisinya.” Suara khas Maruk memantul pada dinding ruangan.

“...setelah Rahinakala tewas, kami menghapus perkaranya seolah-olah itu enggak pernah ada sejak awal...”

“Kuburan ayahmu bukan di Sadajiwa, melainkan di Samara. Kami menguburnya di sana.”

Raesaka, yang juga tidak mau berpaling dari Nawasena, mendengar rekaman itu dengan jantung berdebar. Bunyi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status