Share

Bab 49 Dewangga

Gimana kabar kamu, Re?” Dewangga duduk di sofa ruang tamu, tersenyum singkat. Kehadirannya sangat canggung, sehingga Raesaka merasa pertemuan ini aneh, seakan-akan mereka orang asing yang baru berkenalan.

“Kebetulan,” Dewangga mengusap kedua telapak tangannya, “Oom mau ke Teluki—ada proyek yang harus dikerjakan—jadi mampir ke sini, sekalian ngobrol soal ibu kamu.”

“Iya, Oom.” Raesaka mengangguk, melirik sebentar pada cangkir teh tawar yang ia suguhkan untuk pamannya.

“Keluarga bukannya enggak mau bicara. Kami sudah sepakat enggak akan membahas masa lalu ibu dan ayah kamu sejak Marsala kecelakaan dan koma. Ini rumit sekali,” jelas Dewangga. “Dan yang menulis kanker tulang pada surat kematian ayah kamu itu inisiatifnya Nenek, tanpa ada tekanan dari siapa pun. Iya, kami memang mendapat tekanan dari pihak “itu” dulu, tapi yang jelas bukan itu alasannya. Setelah siuman, ada sebagian memorinya yang hilang, salah satunya memori kematian suaminya, jadi Nenek sebetulnya ingin membentuk memo
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status