Share

5. Posesif

Author: Amie_C.T
last update Last Updated: 2021-12-02 08:28:50

"Halo sayang, apa kamu sudah siap?" Tanya Bagas di seberang telepon sana. Seperti biasa sejak Andira diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta 1 bulan yang lalu, Bagas selalu mengantar jemput Andira seperti halnya hari ini.

"Sudah sayang."

"Kalau begitu, buka pintunya. Aku sudah di depan." 

Andira segera mematikan panggilannya dan bergegas membuka pintu rumahnya. Benar saja, Bagas sudah berdiri dengan gagahnya di depan gerbang rumahnya. Kemeja putih yang Bagas kenakan, begitu pas melekat di tubuh kekarnya hingga membuat Andira terpana akan ketampanan dan kegagahan prianya itu. Andira segera mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya dia berlari menemui Bagas.

"Hei, kamu kenapa sayang?" Bagas mencubit gemas hidung Andira, saat kekasihnya itu menatap dirinya tanpa berkedip sedikitpun. "Apa kamu baru sadar kalau kekasihmu ini sangat tampan?" Godanya. 

Andira mengerjapkan kedua matanya, ia baru tersadar saat Bagas menggodanya. "Ck." Andira berdecak tanpa mampu menjawabnya. Tapi tidak bisa di pungkiri, kalau kekasihnya itu memang selalu bisa membuatnya terpesona.

Bagas selalu saja gemas saat kekasihnya salah tingkah seperti ini, dia kembali mecubit kedua pipi chuby Andira yang sangat menggemaskan. 

"Iih, sakit tau." Andira mengerucutkan bibirnya sembari memegangi kedua pipinya yang memerah karena cubitan sang kekasih, sedangkan Bagas hanya terkekeh melihatnya. "Kenapa kamu selalu datang terlebih dahulu lalu baru menelponku? Bagaimana kalau aku belum siap?" Tanyanya. 

"Karena aku tidak ingin ratuku menunggu." Ucapnya sembari membelai rambut panjang Andira yang selalu tergerai indah. 

Andira tersipu. Perkataan kecil yang terlontar dari mulut Bagas, selalu saja membuat hatinya berbunga. Hal-hal sekecil apapun yang Bagas lakukan, pasti akan selalu saja membuatnya senang.

"Ayo berangkat, aku tidak ingin Bosmu nanti malah menghukummu karena kamu telat." Ucapnya yang kemudian diangguki oleh Andira. Bagas kembali menunjukkan perhatian kecilnya pada Andira, dengan telaten ia memakaikan helm di kepala Andira. Andira tersenyum senang saat mendapat perhatian kecil itu, namun tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah memandang sinis ke arah mereka.

"Ck, tunggu saja. Kebahagiaan kalian tidak akan berlangsung lama." Sarkasnya. 

Sepeda motor sport model Honda All New CBR 150R warna merah itu, melaju membelah jalanan ibu kota yang pasti akan macet jika waktu mendekati jam kerja. Namun karena mereka memang selalu berangkat lebih awal, jadi kemacetan tidak akan terlalu parah. Setelah 30 menit perjalanan, kini motor mereka berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang terbilang cukup besar dan dipenuhi dengan banyak pintu kaca. 

"Selamat pagi Andira."

Suara bariton seseorang mengalihkan perhatian Andira yang baru saja turun dari motor. "Eh.Selamat pagi Pak Kevin." Ya, dia adalah Kevin, atasan Andira saat ini. Andira membungkukkan tubuhnya, memberi hormat.

"Apa kamu berangkat dengan motor ini? Kamu tidak sayang dengan kulit putihmu? Kulitmu bisa gosong loh karena sengatan sinar matahari." Ucapnya, dia melirik ke arah Bagas dengan ekor matanya. 

"Bapak bisa saja. Lagi pula saya suka naik motor, apalagi dengan kekasih saya." Jawab Andira dengan senyum manisnya, dia tidak ingin jika Bagas salah paham dengan ucapan atasannya nanti. 

Kevin tak menjawab, dia pergi begitu saja saat tahu pria yang sedang mengantarkan sekretarisnya saat ini adalah kekasihnya sendiri.

"Apa dia bosmu sayang?" Tanya bagas dengan tangan melepas pengait helm yg dikenakan Andira.

Andira mengangguk, dia tersenyum saat melihat wajah masam Bagas. Meski kekasihnya tengah kesal, tapi Bagas tidak pernah sekalipun lupa untuk memberikan perhatian kecilnya untuk Andira.

"Hati-hati sayang, aku tidak ingin kamu tebar pesona pada bosmu." Titahnya posesif. 

"Kalau aku tebar pesona padamu, boleh tidak?" Tanyanya dengan menaik turunkan kedua alisnya dan tentu saja hal itu sukses membuat Bagas tertawa karena gemas. 

"Kalau itu harus sayang."  Bagas kembali mencubit gemas kedua pipi Andira yang sangat ia sukai. "Ingat, balas pesanku dan angkat teleponku segera." Titahnya lagi sebelum akhirnya Bagas pergi meninggalkan bangunan besar itu.

Andira tersenyum, entah kenapa dia sangat menyukai sikap posesif kekasihnya itu.

***

Matahari mulai meninggi, menyapukan sinarnya untuk menghangatkan bumi. "Kemana sih! Kenapa teleponku tidak di angakat." Keluh Bagas mondar mandir dengan ponselnya, padahal baru saja 2 jam lalu Andira memberinya kabar jika akan mengikuti rapat, tapi sekarang dia sudah seperti kebakaran jenggot.

"Sudahlah Bagas, pasti rapatnya belum selesai. Nanti kalau sudah beres, pasti dia akan menghubungi kamu." Timpal Dion salah satu temannya. Dia sudah jengah melihat Bagas yang sedari tadi mondar-mandir layaknya sebuah setrikaan. 

"Bener tuh, kamu baru di tinggal beberapa jam saja sudak kayak anak ayam kehilangan induknya." Timpal Angga temannya yang lain. 

"Lagian juga 2 munggu lagi kalian akan sah, jadi puas-puasin dah dekep tuh bini. hahaha." Imbuh Reno, yang justru malah meledeknya.

"Sialan!" Umpatnya kesal. Ia melempar pulpen ia pegang ke arah Reno, namun Reno berhasil menghindar dengan gelak tawanya yang masih menggema. Drrtt, getar ponsel mengalihkan perhatian Bagas. " Halo, sayang." Ucapnya setelah mengangkat panggilan yang ternyata dari Andira.

"....."

"Baiklah, jangan matikan teleponnya! Aku tidak ingin bos mesummu itu macam-macam denganmu." Suara menggelegar Bagas menarik perhatian teman-temannya.

"Ada apa?" Tanya Dion. 

"Bosnya ngajak sekalian makan siang bareng." Keluhnya dengan wajah yang cemberut.

"Tenang saja Bro, aku percaya kalau Andira setia sama kamu." Memang, di antara teman-teman Bagas yang lain hanya Dion-lah yang selalu bisa bersikap dewasa.

Bagas mengangguk, meski begitu dia masih enggan untuk mengakhiri panggilan teleponnya. Dia malah memasang hedset dan mendengarkan percakapan mereka sampai mereka selesai makan siang. 

***

Tit, tit. 

Bagas membunyikan klaksonnya saat melihat Andira masih bersama dengan Kevin, atasannya.

Andira membungkuk memberi hormat kepada Kevin lalu berlari menghampiri Bagas. Andira membulatkan kedua matanya saat tanpa aba-aba, Bagas malah menyambutnya dengan sebuah pelukan erat.

"Apa kamu merindukanku sayang." Tangan Bagas membelai lembut rambut panjang yang selalu Andira gerai. 

Andira baru tersadar kalau Kevin masih memperhatikan mereka dari pantulan kaca helm yang terletak di salah satu stir motor Bagas. Dia membalas pelukan Bagas lalu kemudian mengangguk untuk mengiyakan. Dia tahu kalau kekasihnya melakukan hal itu kerena Kevin. 

Perlahan Bagas melepas pelukannya, tangannya membelai wajah cantik Andira, menyelipkan helaian rambutnya yang tercecer karena angin. "Apa kamu menunggu lama?" Tanyanya kemudian. 

Andira menggeleng. "Tidak, aku yang terlalu awal pulang." 

Bagas tersenyum, perlahan dia mendekatkan wajahnya ke arah Andira. Merengkuh pinggang Andira dan semakin mengikis jarak di antara keduanya.

Jantung Andira seakan berpacu liar, saat menatap kedua manik mata milik Bagas. Tubuhnya memanas dan ototnya melemas saat jarak di antara keduanya hanya tinggal sejengkal.

"Praangg."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   133. Akhir yang indah

    Cahaya merah mendadak muncul di atas mobil Bagas, sesosok ular besar yang berkepala manusia pun mendadak muncul dan membelit mobil mereka.Kretek, kretek.Mobil pun terdengar mulai meretak saat sosok ular besar itu melilitnya dengan sangat kuat. Andira pun semakin ketakutan sambil meremas jok mobilnya."Ashadualla ilahailallah, wa ashadu anna muhammadarrasulullah."Andira langsung menoleh saat mendengar suaminya mengucapkan syahadat. Namun tiba-tiba ia langsung terbelalak, ketika cahaya putih yang memancar dari tubuh Bagas perlahan semakin menebal dan semakin melebar."Aaaargh!" erangan mahluk-mahluk itu tiba-tiba menggema di telinga keduanya. Tubuh mahluk-mahluk itu seketika hancur menjadi asap, saat cahaya putih itu mulai menyentuh mereka.***Klotak,klotak.Mbah Kaji pun langsung menghentikan ritualnya saat suara lemparan batu, terdengar di atap rumahnya."Pak Kaji, keluar! Kami tidak ingin punya warga seorang dukun! Keluar! Kalau tidak, k

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   132. Pertarungan gaib

    Perlahan Andira mulai membuka kedua matanya ketika Ia baru saja sadar dari pingsannya. ia pun langsung meringis ketika pusing tersa di kepalanya. Beberapa saat kemudian kedua matanya pun langung terbelalak, saat mendapati dirinya dalam keadaan terikat di atas meja dan di kelilingi taburan bunga."Mmm... Mmm..."Andira pun berusaha meronta dan melepas ikatannya. Namun ikatannya sangat kuat, dia juga tidak bisa berteriak karena mulutnya tersumpal. Seketika Andira langsung menangis ketakutan, ketika puluhan mahluk menyeramkan tiba-tiba mengelilingi dirinya. Meski sebelumnya dia sudah terbiasa dengan mereka, entah kenapa kali ini dia merasa berbeda.Tubuhnya pun langsng gemetar ketika salah satu makluk meyeramkan itu tiba-tiba menjilati bagian perutya, seolah tak sabar akan menikmati makanan yang sangat lezat.Brak!Pintu ruangan tiba-tiba terbuka paksa, bersamaan dengan pintu yang terbuka, semua mahluk menyeramkan itu juga mendadak menghilang seketika. Bagas pu

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   131. Kabar menggejutkan

    "Mereka lagi bahas apa sih! lama amat." keluh Dion kesal. Ya, setelah ia memberikn alamat Andira pada Tari, entah kenapa perasaannya mendadak tidak tenang. Dan seharian ini pun, dia terus mengikuti kemana Tari pergi kalau-kalau dia sampai berbuat sesuatu yang nekat pada Andira.Hingga malam hari tiba, Tari pun akhirnya benar-benar menemui Andira. Namun ketika Dion menunggunya di sudut jalan tak jauh dari rumah Andira, Tari malah tak kunjung keluar dari rumah Andira. Dion pun semakin merasa gelisah, ingin rasanya ia langsung masuk ke sana dan langsung membawa Tari pergi dari sana. Namun semua itu tidak mungkin, karena Andira akan merasa curiga padanya.Hingga sekian lama Dion menunggu, mobil Tari tiba-tiba terlihat keluar dari rumah Andira. Ketika mobil itu melaju dan melewati dirinya, seketika itu juga Dion pun langsung tersentak, saat tanpa sengaja kedua matanya melihat Andira tak sadarkan diri di jok belakang mobil Tari.Dion pun langsung bergegas mengikuti mobil

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   130. Rencana Tari

    Pagi harinya, Tari tiba-tiba memanggil Dion ke ruangannya dan Dion pun dengan sangat terpaksa menurutinya. Dengan langkah kaki yang berat, ia mengikuti langkah kaki Tari yang sedang menuju ruang kerja pribadinya."Duduklah." titah Tari."Tidak perlu basa-basi, cepat katakan apa maumu?" Ketus Dion dengan nada kesalnya.Tari langsung menghentikan langkahnya. "Tolong jaga sikapmu! Ini kantor, jadi hargai aku sebagai atasanmu." ucap Tari yang langsung menatap tajam ke arah Dion.Seketika, Dion pun langsung terbungkam. Meski sebenarnya di dalam hatinya ia masih menggerutu kesal pada wanita yang sedang berada di hadapannya saat ini.Tari mengambil nafas dalam, lalu kemudian ia mendudukkan bokongnya di atas kursi kebesaranya. "Aku ingin tahu tempat tingga Andira yang baru." ucapnya kemudian.Seketika, Diaon langsung mendongak lalu ia menatap tajam ke arah Tari. "Aku tidak tahu!" ketusnya seketika."Hahaha..." Tari pun langsung tergelak, lalu kemudian wajahn

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   129. Nyawa, dibalas dengan nyawa!

    Seketika, penglihatan itu langsung menghilang dan membawa Bagas kembali ke tempat semula."Yang lalu, biarlah berlalu Nak. Sekarang, waktunya untuk kamu memperbaiki segalanya." Bagas langsung menoleh, dan menatap kakek buyutnya. Ia pun bertanya-tanya, apa maksud dari memperbaiki segalanya. "Maksudnya apa Kek? tanyanya kemudian."Kemarilah Nak." sang kakek melambaikan tangan, menandakan agar Bagas semakin mendekat padanya.Bagas pun menurut dan perlahan mulai mendekati kakeknya. Tiba-tiba, tangan kanan sang kakek terangat dan langsung menyentuh pucuk kepalanya. Dan seketika, pucuk kepalanya pun langsung terasa sejuk, di mana semakin lama rasa sejuk itu semakin menjalar ke seluruh tubuhnya. "Aku titipkan ilmuku padamu, jaga baik-baik dan gunakanlah untuk membatu sesama." titah sang kakek yang kemudian melepaskan tangannya dari pucuk kepala bagas. "Sekarang, bersiaplah. Sesuatu yang besar akan segera terjadi. Segera bersihkan tubuhmu dan langsung ambil w

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   128. Penglihatan

    Malam harinya, Bagas pun bisa bernafas lega saat ia bisa melaksanakan kembali, ibadah yang selama ini dia tinggalkan. Meski di bagian dadanya masih terasa sedikit nyeri dan punggungnya pun juga masih terasa sangat berat, tapi setidaknya ia masih bisa menahannya dan melakukan ibadahnya sampai selesai.Tinggal seorang diri seperti ini, membuat Bagas merasa kesepian. Ia rindu gelak tawa wanita yang selama ini sabar mengahadapinya. Ia rindu semua ocehan yang keluar dari bibir manisnya. Rindu saat dia berteriak kesal, saat ia terus saja mengusili dirinya. Bagas pun tersenyum saat mengingat semua itu.Setelah melaksanakan sholat isya', Bagas hanya menghabiskan waktunya dengan berdzikir dan mengaji. Semenjak ia membuang barang-barang pemberian dari pak Soleh, tidak ada lagi mahluk gaib yang menggangu atau pun menampakkan dirinyanya.Bagas kini bisa melakukan aktifitasnya seperti sedia kala. Hingga jam di dinding kamarnya menunjukkan pukul dua belas malam, Bagas pun mulai m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status