Share

Episode 7

~••°••~

"Sudah, ya. Jangan dijadikan beban pikiran juga omongan Emak."

Kak Kasih pamit pulang. Aku bantu Emak merapikan sisa pekerjaannya. Melipat terpal dan menyapu bekas urat bawang.

Emak duduk meluruskan kaki di bangku rotan tua. Kursi yang dibeli saat Emak kembali dari Bengkulu. Tentunya banyak kenangan di benda mati nan usang itu. Dia adalah saksi bisu keluarga ini melewati badai kehidupan.

Kulihat Emak duduk diam, memandang jauh ke depan. Nelangsa menghampiri hatiku. Pasti Emak sangat lelah. Bagaimana bisa aku meninggalkan Emak sendirian? Sedangkan Kak Kasih sudah hidup terpisah dengan Emak.

"Ateu!" seru Aldo, putra sulung kakakku.

"Loh, Aldo dari mana? Sendirian?" Emak yang menjawab.

"Dari rumah, Nek. Kata Mama, Ateu sama Nenek nanti tidur di rumah. Papa nggak pulang, pulangnya besok. Dedek Rafif agak demam," jelas Aldo.

"Biar Ateu Rindu nanti, ya. Nenek nggak ikut."

"Emak sendirian di rumah, gimana?" selaku.

"Mau lipat kain yang kering, Rin. Sudah setinggi gunung tumpukannya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status