Setelah nyaris mengelilingi rumah sakit untuk mencari Victor, akhirnya Edzhar menemukan sahabatnya itu yang tengah berbincang dengan Lilian. Pria itu terlihat kacau, hingga Edzhar berpikir mungkinkah itu karena kehadirannya?
"Vic ... " panggilnya, Victor dan Lilian mengalihkan perhatian mereka ke Edzhar yang melangkah pelan ke arah mereka."Ed ... " sapa mereka bersamaan."Hai Lian, apa sekarang masih jam tugasmu?'Lilian mengangguk, "Ya, tapi nanti sekitar tiga jam lagi aku ada operasi, ada yang bisa aku bantu?" tanyanya."Kalau kamu tidak keberatan, bisa tolong temani Halwa sebentar, ada yang ingin aku bicarakan pada Victor," jawab Edzhar."Oh, ya. Tentu saja aku bisa. Ok Aku ke ruang Vanessa dulu kalau begitu!" seru Lilian sebelum bergegas meninggalkan Edzhar dan Victor."Vanes sudah siuman?" tanya Victor saat Edzhar duduk di sebelahnya."Ya, tapi sekarang sudah tertidur lagi.""Maafkan aku, Ed ...Bab 136 - Masa Lalu Yang TerungkapHalwa perlahan membuka matanya. Pandangannya masih terlihat kabur, dan ia kembali memejamkannya lagi sebelum kembali membukanya. Samar-samar terlihat bayangan seorang wanita di depannya, hingga berkali-kali ia mengerjapkan kedua matanya, barulah terlihat jelas siapa wanita itu,"Maman ... " panggil Halwa dengan suara lemah, dan wanita itu tersenyum lembut."Ya Tuhan ... Apakah aku sudah berada di surga?" tanyanya lirih.Selama ini Halwa tidak tahu apakah mamannya itu masih hidup atau sudah mati. Tapi ia yakin kalau yang di depannya saat ini adalah maman Susan, wajahnya sama dengan yang ada di bingkai foto apartment mamannya itu."Tidak, Sayang ... Pulau ini memang seindah surga, tapi jelas ini bukan surga, apalagi kastil ini jauh dari kata surga," jawab maman susan sambil merentangkan tangannya, dan tanpa membuang waktu lagi Halwa segera memeluk mamannya itu,"Maman! Aku tidak menyangka kalau ak
Setelah nyaris mengelilingi rumah sakit untuk mencari Victor, akhirnya Edzhar menemukan sahabatnya itu yang tengah berbincang dengan Lilian. Pria itu terlihat kacau, hingga Edzhar berpikir mungkinkah itu karena kehadirannya?"Vic ... " panggilnya, Victor dan Lilian mengalihkan perhatian mereka ke Edzhar yang melangkah pelan ke arah mereka."Ed ... " sapa mereka bersamaan."Hai Lian, apa sekarang masih jam tugasmu?' Lilian mengangguk, "Ya, tapi nanti sekitar tiga jam lagi aku ada operasi, ada yang bisa aku bantu?" tanyanya."Kalau kamu tidak keberatan, bisa tolong temani Halwa sebentar, ada yang ingin aku bicarakan pada Victor," jawab Edzhar."Oh, ya. Tentu saja aku bisa. Ok Aku ke ruang Vanessa dulu kalau begitu!" seru Lilian sebelum bergegas meninggalkan Edzhar dan Victor."Vanes sudah siuman?" tanya Victor saat Edzhar duduk di sebelahnya."Ya, tapi sekarang sudah tertidur lagi.""Maafkan aku, Ed ...
Bab 134 - Keraguan"Untukmu!" Victor tersentak dari lamunannya saat seseorang mengulurkan sekaleng minuman dingin untuknya. Ia menengadahkan wajahnya dan mendapati Lilian yang tengah tersenyum lembut padanya,"Terima kasih," ucapnya sambil mengambil minuman itu dari tangan Lilian."Bagaimana dengan Vanes?" tanya wanita itu sambil duduk di sampingnya."Saat aku keluar tadi anak itu belum juga sadarkan diri. Tidak tahu sekarang sudah sadar atau belum, Aira belum mengabariku lagi," jawab Victor."Bukan hanya alerginya saja yang membuat Vanes seperti itu, Vic. Tapi batinnya juga, entah apa yang membuat anak itu begitu sedih hingga memperparah alerginya.""Apa maksudmu?" "Ummm, begini. Alergi kacang itu umum dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa dengan tingkat keparahan yang berbeda, tergantung imunitas tubuh mereka. Tapi umumnya penyakit ini lebih berisiko tinggi pada bayi dan anak-anak, karena sistem kekebal
"Apa Vanes sudah sadar?"Suara Edzhar membjuat Halwa dan Victor sama-sama menjauhkan diri mereka, dan melihat pria itu yang masih terus berdiri di depan pintu,"Apa aku sudah boleh masuk?" tanyanya lagi saat mereka terdiam.Victor yang berdiri lebih dulu, ia melangkah mendekati sahabatnya itu, "Masuklah, Ed. Aku ada urusan sebentar!" serunya sambil menepuk pundak Edzhar sebelum membuka pintu dan melangkah keluar."Bagaimana keadaannya?" tanya Edzhar pada Halwa yang tengah menunduk sambil meremas jarinya sendiri,"Masih belum sadar, Ed. Maafkan aku, seharusnya aku ... ""Sstt ... Sudahlah, bukan saatnya saling menyalahkan saat ini," potong Edzhar lembut. Ia segera duduk di sisi tempat tidur Vanessa, lalu memiringkan badannya untuk mengusap lembut puncak kepala putrinya itu,"Princess ... Bangunlah sayang, jangan membuat Annemu semakin sedih. Bangun nak, ini Baba ... " ucapnya lembut.Masih belum ada reaksi juga
"Tolong perhatikan pola makan Vanessa, Wa. Terutama kacang, dia ... "Halwa tidak mendengar kelanjutannya karena Victor telah membunyikan klakson mobilnya, "Ed, maaf. Kami harus segera ke bandara sekarang!" serunya sambil bergegas meninggalkan Edzhar dan tidak berpaling sedikitpun padanya.Ketika teringat percakapan terakhirnya dengan Edzhar, Halwa kembali terisak sambil menciumi punggung tangan Vanessa yang masih belum juga sadarkan diri, "Maafkan Anne, Sayang ... Maafkan Anne," ucapnya lirih.Jemari tangannya kembali mengudap pipi Vanessa, ia menatap sendu wajah pucatnya, dan tanpa diminta percakapannya dengan putrinya itu saat di ruang makan kembali terngiang, juga wajah Vanessa yang berbinar ceria saat bertanya, 'Kalau Anes makan, Baba datang?'Isakan Halwa semakin kencang, ia kembali menciumi punggung tangan Vanessa, lalu meletakkan telapak tangannya di pipinya, "Bangun Vanes, Sayang ... Ini Anne, bangunlah, Nak.""Tenangkan dirimu
Satu minggu sudah Vanessa tinggal di rumah Halwa. Selama itu pula Vanessa tidak rewel dan mencari babanya seperti sebelumnya, malah cenderung lebih menurut daripada kakaknya, Edson. KIni Halwa bisa bernapas lega dan tidak perlu mengkhawatirkan regekan Vanessa lagi, meski putrinya itu terlihat lebih pendiam dari biasanya,"Apa kamu tidak enak badan?" tanya Halwa dengan lembut sambil mengangkat Vanessa untuk mendudukkannya di atas pangkuannya, dan Vanessa hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya saja.Vanessa melirik Victor yang tengah asik mengoles selai kacang di atas rotinya, sebelum menatap wajah Halwa, "Anne ... ""Ya, Sayang?""Anes gak nakal kan? Anes nurut sama Anne kan?" tanyanya, membuat Halwa mengerutkan keningnya dengan bingung mendengar pertanyaan putrinya itu, begitu juga dengan Mama dan Papa."Iya, Sayang. Kamu tuh penurut sekali ... Memangnya kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?"Alih-alih menjawab, V
‘Bukan sebagai pria yang kamu cintai, tapi sebagai pria yang berkali-kali patah hati karena kamu mengabaikannya. Aku rela mengalami kesakitan itu di beribu kali siklus kehidupanku sekalipun. Sebagai hukuman atas dosa-dosaku selama ini padamu, Wa. Aku harap Tuhan mengabulkan doaku itu. Karena mendapatkan maafmu di hanya satu siklus kehidupan saja itu tidak akan cukup ... ‘Napas Halwa kembali tercekat saat kembali teringat tiap kata yang Edzhar ucapkan tadi. Saat melihat ketulusan hati yang terpancar di kedua mata mantan suaminya itu, baba dari kedua anaknya.Ya, ia tahu Edzhar sudah berubah, mantan suaminya itu sudah banyak berubah, tapi itu semua tidak dapat merubah kenyataan kalau Halwa sudah terlanjur kecewa padanya, terlanjur sakit hati pada sikap buruknya dulu.Dan terlebih lagi, ia telah bertunangan dengan Victor, malaikat pelindungnya.'Maaf, Ed. Aku tidak bisa berlama-lama denganmu tanpa teringat pada kenangan buruk itu, kenangan dimana ka
Pagi harinya, Edzhar menatap penuh wajah Vanessa yang masih tertidur pulas. Kali ini ia harus berhasil membujuk Vanessa agar mau tinggal dengan Halwa. Ia tidak mau membuat Halwa terpisah lagi dengan putrinya itu, meski Edzhar harus mengorbankan perasaannya sendiri.Dan saat emari Edzhar menyusuri pipi Vanessa, kedua mata indah putrinya itu perlahan terbuka,"Baba ... " gumamnya sambil menguap lebar."Günaydın! Princess ... Tidurmu nyenyak?" tanya Edzhar sambil tersenyum lembut.Vanessa mengangguk dengan penuh semangat lalu duduk bersandar pada kepala tempat tidur,"Sekarang mandi ya ... Anne sudah menunggu Vanes di Villa!" seru Edzhar sambil mengangguk ke arah suster Mia."Anes gak mau ke Villa. Anes mau di sini sama Baba ... Sama Nene juga.""Siapkan airnya saja dulu, Sus!" perintah Edzhar pada suster Mia, dan setelah suster Mia masuk ke dalam kamar mandi, Edzhar kembali menatap putrinya lagi,"Sayang ... Boleh
"Semua gara-gara kamu, Ed! Aku terpisah dari Vanessa dan membuat putriku jauh dariku semua gara-gara kamu! Aku sangat membencimu! Aku membencimu dengan seluruh jiwaku!!!" teriak Halwa dengan penuh emosi sebelum masuk ke dalam lift.Edzhar hanya menghela napas pelan, berusaha menghalau ribuan jarum yang menusuk-nusuk hatinya, tapi sia-sia. Karena hatinya tetap saja terasa sakit."Anne jahat ... Huhuhu ... Anne marahin Baba ... " Vanessa terisak di pelukannya dan Edzhar mendekapnya dengan erat, berusaha menenangkan Vanessa. Atau malah sebenarnya, Edzharlah yang mencari ketenangan dari dekapan putrinya itu, yang menjadi penyemangat hidupnya selama ini."Sstt, Vanes tidak boleh bicara seperti itu ... Kalau Anne dengar pasti Anne akan sedih. Anne tidak jahat, Sayang. Baba yang jahat ... " "Gak, Baba gak jahat ... Baba Anes bukan orang jahat," sanggah Vanessa."Kalau Baba tidak jahat, berarti Anne juga jauh dari kata jahat, Sayang. T