Share

Jebakan

Author: Si Nicegirl
last update Huling Na-update: 2025-03-28 13:10:12

Desa Albarracin, Spanyol. Salah satu desa terindah di dunia. Desa yang menyajikan panorama abad pertengahan yang sangat kental, rumah-rumah di desa ini rata-rata dibangun di atas bukit, dengan material-material yang ringan, begitu juga dengan rumah peristirahatan Victor ini.

Dari jendela kamarnya Halwa dapat melihat ke sekeliling desa itu, dan ia merasa seperti tinggal di abad pertengahan, dengan banyaknya benteng batu yang menghiasi sudut kota, dan bukit-bukit tandus yang mengelilingi desa yang berada di wilayah tengah Aragon ini, meski demikian udaranya terasa sejuk.

Di gang-gang sempit desa ini terdapat jalur-jalur yang berliku, yang mengarah ke menara-menara batu kuno, istana-istana dan juga kapel-kapel, serta situs bersejarah lainnya.

"Kamu tidak istirahat, Aira?" tanya mama, "Tidurlah sebentar, kamu tidak tidur selama di pesawat."

Halwa "Aku takut, Ma. Aku selalu merasa ketakutan saat akan beranjak tidur. Aku takut mimpi buruk lagi," jawab Halwa.

"Besok Victor akan mengantarmu terapi ke Psikolog yang ada di desa ini, Sayang. Dokter itu katanya teman baik Victor, jadi kamu tidak perlu sungkan-sungkan padanya. Semoga saja dengan rutinnya kamu mengikuti terapinya, perlahan tapi pasti kenangan buruk itu tidak akan mengganggumu lagi."

"Aku berhutang banyak padanya, Ma. Pria itu mau menolong aku yang bahkan tidak akrab dengannya," desah Halwa.

"Maka dari itu bangkitlah, Nak. Kuatkan dirimu dalam menghadapi cobaan berat ini. Mulai menata kembali hidupmu."

"Ya, aku akan bangkit. Demi anakku," tekad Halwa.

Satu minggu kemudian ...

Victor mengajaknya menyusuri jalan setapak yang akan mengarah ke puncak bukit, tempat ia akan memperlihatkan pemandangan indah di malam hari nanti pada Halwa.

Pria itu selalu mengajaknya ke sana, sesuai dengan arahan psikiater yang membantu terapi trauma Halwa, untuk menenangkan pikiran Halwa sebelum ia beranjak tidur.

Dan kegiatan rutin itu memang sedikit membantunya, karena sudah beberapa hari ini mimpi buruk itu tidak pernah datang kembali.

"Apa orang tuamu tidak keberatan kami tinggal di sini, Vic?" tanya Halwa.

"Mereka tidak pernah mendatangi tempat ini," jawab Victor.

"Bagaimana kalau tiba-tiba mereka datang, dan mendapati aku beserta keluargaku tinggal di rumah peristirahatannya?"

Victor mengangkat bahunya, "Kalaupun mereka datang, mereka tidak berhak mengusir siapapun yang aku izinkan tinggal di sana... Karena rumah itu adalah pemberian Opaku, dan sudah atas namaku."

"Vic, kalau aku sudah memiliki penghasilanku sendiri, bolehkah aku menyewa vila lain untukku dan keluargaku? Aku tidak ingin terus-terusan membebanimu."

"Kamu bebas tinggal di mana saja kamu mau, aku tidak akan melarangnya. Aku hanya bisa menemanimu selama dua minggu ini saja, sekalian mengajakmu mengelilingi desa ini untuk melihat fasilitas umum seperti rumah sakit dan sebagainya."

"Apa setelah itu kamu akan kembali ke Jakarta?" tanya Halwa, ia belum terbiasa tinggal di negara ini tanpa Victor.

"Ya, aku tidak bisa terlalu lama meninggalkan perusahaanku," jawabnya.

Victor menelengkan sedikit kepalanya untuk melihat fitur wajah Halwa, wanita itu nampak sedang mengerutkan keningnya, mungkin merasa khawatir dengan ketiadaan Victor di desa ini.

Sudah banyak kemajuan di dalam diri wanita itu. Halwa sudah tidak histeris lagi di dalam tidurnya, dan tidak ada lagi tatapan kosong wanita itu, selama tidak meninggalkannya sendirian.

Memang sesekali dia terlihat termenung, tapi tidak separah sebelumnya, dan responnya sekarang jauh lebih bagus, Halwa sudah mau bicara banyak dengan Victor dan juga sudah mulai menampakkan senyumnya. Senyum yang mampu menghangatkan hati Victor yang sudah membeku, sejak pertama kali mereka bertemu.

'Namanya Aira Halwatuzahra, kalian bisa panggil dia Halwa.'

Victor teringat kembali saat Tita memperkenalkan Halwa pada teman-temannya. Wanita itu dapat langsung mencuri perhatian Victor, saat ia melihat senyumnya yang merekah laksana bunga, yang mekar di padang hati Victor yang gersang.

'Bunga paling indah. Sesuai dengan namanya.'

"Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah menempatkan beberapa anak buahku di sekitarmu dan juga orang tuamu. Jangan sungkan-sungkan menghubungiku jika ad masalah, sekecil apapun itu." Victor berusaha menenangkan Halwa.

Kerutan di keningnya perlahan memudar, Halwa menghentikan langkahnya hanya untuk menatap Victor,

"Itu berarti kamu tinggal satu minggu lagi di sini?"

"Ya., aku akan segera menyelesaikan urusanku di sana, supaya bisa kembali ke sini lagi, itu pun kalau kamu membutuhkanku."

"Terima kasih untuk semua kebaikanmu, Vic. Aku pasti akan dengan senang hati kalau kamu sering-sering mengunjungi kami."

"Ingin aku bawakan apa dari Jakarta?" tanya Victor.

"Kamu sampai dengan selamat, itu saja sudah cukup untukku Vic," jawab Halwa.

"Kalau begitu, aku akan tiba dengan selamat."

Halwa kembali menatap penuh wajah pria itu, terlihat kaku begitu juga dengan nada suaranya. Tapi hatinya hangat sekali, Halwa bahkan tidak menyangka kalau pria yang selama ini ia kenal sebagai pria yang introvert, tapi banyak bicara saat sedang bersamanya.

Dan terlebih lagi, pria itu telah mengeluarkannya dari neraka itu, menarik Halwa keluar dari keterpurukannya, dan menenangkannya saat mimpi buruk itu kembali hadir.

Ya, Halwa tahu tangan hangat Victor lah yang selalu mendekapnya dengan erat, setiap kali mimpi buruk itu hadir. Suaranya yang terdengar lembut dan sedikit kaku, mampu menembus sampai ke alam bawah sadar halwa, dan menariknya keluar dari dalam kegelapan itu.

Dan saat Halwa sudah sepenuhnya sadar, ia membiarkan pria itu memeluk dan menenangkannya, karena Halwa sangat membutuhkannya, membutuhkan dukungan penuh dari seseorang. Halwa membiarkannya saat Victor menenangkannya hingga Halwa kembali tertidur.

Halwa hanya berpura-pura lupa di pagi harinya, supaya Victor tidak menjadi canggung karenanya.

Satu bulan pun berlalu.

Halwa baru saja selesai melakukan terapi, dan sedang menunggu Papanya yang sedang ke toilet saat seseorang berpakaian safari serba hitam menghampirinya.

"Nona Aira Halwatuzahra?" tanyanya.

"Ya," jawab Aira. Ia mengira pria itu adalah salah satu dari pengawal yang ditugaskan Victor untuk menjaganya dan juga menjaga kedua orang tuanya.

"Mr. Omero meminta kami membawa anda untuk menemuinya,"

"Mr. Omero?" Halwa belum pernah mendengar nama Omero sebelumnya, apa pria ini salah orang?

"Mr. Victor Omero Covaz." Pria itu menyebutkan nama lengkap Victor.

"Victor? Di mana dia?" tanya Halwa sumringah, sudah hampir satu bulan Halwa tidak melihatnya, jadi sekarang Victor sudah sampai di negara ini?

"Ikut saya, Nona!" seru pria itu.

"Iya, tapi saya tunggu Papa saya terlebih dahulu," ujar Halwa.

"Papa anda akan segera menyusul dengan mereka," pria itu menunjuk dua orang lagi yang berpakaian sama dengannya, yang sedang berdiri tegak di depan lorong yang mengarah ke toilet.

"Baiklah kalau begitu."

Halwa mengikuti langkah pria itu sampai di luar lobby. Sudah ada mobil yang menunggu mereka, dan Halwa diminta untuk segera naik ke mobil mewah itu.

Halwa mulai panik saat mobil tidak mengarah ke desanya, supir itu malah melajukan mobilnya ke arah kota.

"Ki ... Kita mau ke mana? Di mana Victor ingin bertemu?" tanyanya dengan panik.

Tidak ada satupun dari keempat pria tegap itu yang menjawabnya, dua pria duduk di sisi Halwa, sementara dua lagi duduk di depannya.

Halwa semakin panik saat mobil memasuki bandara, lalu terus masuk ke landasan pacu, dan berhenti di sebelah jet pribadi. Salah satu pengawal itu turun dan menahan pintu untuk Halwa,

"Silahkan turun, Nona. Mr. Omero menunggu anda di dalam jet pribadinya itu. Beliau tidak memiliki waktu banyak untuk bertemu anda."

Oh, jadi Victor datang hanya untuk menemuinya sebentar saja?

Halwa bergegas menaiki tangga jet pribadi itu, dan pintunya langsung tertutup saat Halwa sudah memasukinya. Perasaannya mulai tidak enak.

"Apa kau pikir kau bisa kabur begitu saja dariku?" tanya suara dingin yang dipenuhi dengan kemarahan di belakangnya, Halwa langsung balik badan ke arah suara itu.

Seketika tubuh Halwa bergetar hebat, ketakutan yang teramat sangat kembali mencengkramnya, seolah-olah terapi berminggu-minggu yang ia jalani menguap sepenuhnya hanya dengan sekali melihat pria itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Jangan Sakiti Mereka

    Dengan kedua telapak tangan bersandar pada kaca besar ruang kerjanya, Edzhar terlihat seperti sedang menikmati pemandangan ibu kota, yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat, dan kendaraan yang padat merayap. Tapi sebenarnya pikirannya sedang tersita pada sosok wanita yang ia cari-cari selama ini. Sudah satu bulan lebih anak buah Edzhar belum bisa menemukan keberadaannya, Halwa. Wanita yang sudah menyebabkan kekasihnya bunuh diri. Kedua matanya masih menyala-nyala dengan api dendam. Ia belum puas memberi pelajaran pada wanita itu, tapi seseorang telah berhasil mengeluarkannya dari dalam penjara. Edzhar selalu bertanya-tanya di dalam hatinya, siapa sosok yang sudah berani menantangnya itu? Dan sampai kini pun ia belum menemukan para pria yang sudah melecehkan kekasihnya itu. Semua yang terlibat di dalam insiden itu seperti menghilang di telan bumi, termasuk Halwa. "Sampai aku bisa menemukanmu, habis kau Halwa!!" geram Edzhar sambil mengepalkan kedua tangannya. Sesaat kemudian

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Desakan Edzhar

    Pria yang dipanggil Yas langsung menyerahkan tabletnya pada Halwa, dan Halwa merasa nyawanya tercabut dari raganya saat itu juga, saat ia melihat tayangan video orang tuanya yang tengah disekap entah dimana.Halwa menjatuhkan tablet itu dan langsung mencengkram lengan Edzhar,"Jangan sakiti mereka, please! Aku saja. Sakiti aku saja jangan mereka," isaknya."Mulai saat ini, turuti keinginan saya!" tegas Edzhar sambil menepis tangan Halwa."Ya, Aku akan menuruti apapun maumu." "Ingat! Kalau kau sampai mencoba untuk bunuh diri lagi, orang tuamu juga akan segera menyusulmu! Kalau kau mencoba kabur dari saya lagi, saya akan memotong bagian tubuh orang tuamu itu setiap harinya sampai kau kembali! Mengerti?" ancam Edzhar dan dengan cepat Halwa menganggukkan kepalanya."Sekarang katakan padaku, bagaimana Victor bisa membantumu?" "A ... Aku tidak tahu. Terakhir aku ingat aku memutus nadiku sendiri di kamar mandi, dan aku terba

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Serangan Panik

    "Jangan takut, Nona. Kami hanya akan merias wajahmu dan merapikan rambutmu," jawab salah satu dari mereka dengan lembut sambil mendudukkan Halwa di kursi meja riasnya. "Meriasku? Untuk apa?" Halwa melihat kedua wanita itu saling tatap dengan bingung dari cerminnya, sepertinya kedua wanita itupun tidak mengetahui apa tujuan dari pria iblis itu menyuruh mereka merias Halwa. 'Apa pria itu mau menjualku? Ya Tuhan! Aku takut sekali. Aku tidak bisa meminta bantuan pada siapapun, bahkan ponselpun aku tidak pegang, semua disita Edzhar.' desah Halwa dalam hati. Halwa membiarkan kedua wanita itu meriasnya, juga menata rambut panjangnya, protes pun akan percuma, karena sudah jelas kedua wanita itu pasti lebih takut pada Edzhar. Halwa menatap pantulan dirinya di cermin, ia bukanlah tipe wanita yang suka berhias diri, berbeda dengan sahabatnya Tita, yang selalu berhias dan berpakaian serba modis kemanapun wanita itu pergi

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pernikahan Paksa

    "Pe ... Pernikahan? Ke ... Kenapa kamu menikahiku?" tanya Halwa tergagap."Seperti yang sudah saya bilang tadi, kau harus membayar kesalahanmu seumur hidupmu! Kalau seseorang bisa membebaskanmu dari penjara, maka tidak akan ada yang bisa membebaskanmu dari penjaraku! Dan saya akan pastikan, kau akan mendapatkan nerakamu di dalam pernikahan ini!" jawab Edzhar dengan nada dingin yang menusuk.'Ya Tuhan! Sampai kapan pria itu akan sadar, kalau bukan aku lah yang mengajak Tita ke kapal pesiar itu?' tanya Halwa dalam hati.Edzhar turun terlebih dahulu, dan Yas membukakan pintu untuk Halwa. Ingin rasanya Halwa melarikan diri dari sana, ia tidak mau menikahi monster itu. Tapi Halwa segera mengurungkan niatnya itu ketika teringat, kalau kedua orang tuanya masih berada di dalam genggaman pria itu.Pernikahannya sendiri berjalan cepat, dan Halwa tidak terlalu mengikuti prosesnya, ia masih shock dengan kenyataan, kalau mulai hari ini ia sudah menja

    Huling Na-update : 2025-03-29
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Tersesat

    "Ed, bangun Ed!" seru anne sambil menggoyang-goyangkan bahu Edzhar.Edzhar hanya bergumam pelan, sebelum menarik lagi selimut untuk menutupi dada terbukanya, dan kembali tertidur.Sambil mendesah kesal, anne kembali menyibak selimut Edzhar dan menggoyangkan bahu Edzhar lagi, kali ini dengan lebih kencang, "Ed!!""Ada apa? Kenapa membangunkanku? Aku masih ngantuk," tanya Edzhar sambil menghalau matanya yang silau karena cahaya lampu dengan telapak tangannya."Pembantumu itu kabur!" jawab anne.Sontak Edzhar langsung terduduk, "Kabur?" ulangnya."Iya! Kabur!"Edzhar menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin dia bisa kabur, Anne. Akses kendaraan umum dua puluh kilo meter jauhnya dari rumah ini! Belum lagi dengan banyaknya anak buahku, mereka tidak akan membiarkan wanita itu pergi begitu saja!" 'Wanita itu tidak akan berani kabur, karena aku masih menahan kedua orang tuanya. Dan wanita itu tidak bodoh dengan tidak

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Akan Melindungimu

    Victor sedang mendengarkan laporan keuangan yang terdiri atas laporan perubahan modal, neraca akhir tahun buku baru untuk dibandingkan dengan tahun buku sebelumnya, beserta laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, dan juga laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan dari data tersebut ketika ponselnya berbunyi. Satu kali berdering ia masih mengabaikannya, hingga deringan ketiga ia baru mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jasnya, lalu mengarahkan tangannya untuk menghentikan sejenak rapat umum pemegang saham itu ketika melihat nama yang tertera di layarnya. Tanpa membuang waktu lagi, Victor segera menerima panggilan telepon dari Delon, salah satu bodyguardnya yang ia tugaskan untuk menjaga Halwa dan keluarganya itu, jantungnya mulai berdetak hebat, berbagai pikiran terburuk melintas silih berganti di benaknya, "Ada apa?" tanyanya dengan nada khawatir. "Nona

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dia Istriku!

    Edzhar terus mengeluarkan sumpah serapahnya saat Victor memeluk Halwa, dan membisikkan kata-kata lembut di telinganya, "Ssttt! Tenanglah, Aya. Ini aku Victor," bujuknya sambil mengelus punggung Halwa. Halwa masih terlihat memberontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Victor, "Lepaskan aku! Tolong lepaskan aku," isaknya. Victor menangkup pipi Halwa, dan menatapnya dengan lembut, "Aya! Look, I'm here for you, no matter what! I'm here to protect you!" Perlahan kesadaran Halwa mulai kembali, awalnya ia mengira ini hanyalah mimpi, tidak mungkin kan Victor ada di sini? Di perkebunan Edzhar? Tapi suara lembut yang sangat dikenalnya itu mampu menyelusup masuk ke dalam dirinya, "Aya! Ini aku, Victor." Aya, hanya pria itu saja yang memanggilnya seperti itu. Dan kini Halwa sudah sepenuhnya sadar, meski tubuhnya teramat sangat letih, sebentar lagi ia pasti akan

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Neraka Untuk Halwa

    "Edzhar, ada apa ini? Cepat jelaskan kenapa pembantu itu bisa menjadi istrimu? Kenapa kau menikah tanpa izin dari Anne terlebih dahulu?" cecar anne, tapi Edzhar masih terus mengabaikannya."Aku akan tetap membawa Aya dari sini!' tegas Victor."Silahkan bawa wanita itu, kalau memang wanita itu bersedia pergi denganmu!" balas Edzhar."Edzhar!" tegur anne lagi, kali ini ia baru mendapatkan perhatian dari putranya itu,"Apa makan malam sudah siap, Anne?" tanyanya dengan nada lembut."Sudah, sekarang lebih baik kita segera memulai makan malam ini, sambil kamu menjelaskan kenapa bisa kamu diam-diam sudah menikah?""Baiklah kalau begitu. Silahkan nikmati makan malam kalian!' seru Edzhar sambil melenggang pergi."Kamu mau ke mana?" tanya anne saat melihat putranya itu melangkah ke arah yang berlawanan dengan ruang makan.Edzhar menghentikan langkahnya, lalu balik badan ke arah anne sambil merentangkan kedua tangannya,

    Huling Na-update : 2025-03-31

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Memilih Salah Satu

    Halwa terjaga dari tidurnya saat sayup-sayup terdengar suara tangisan anak kecil, membuatnya seketika itu juga terjaga sepenuhnya.Ia merasa lega saat melihat Edson masih ada, dan dadanya berdegup kencang saat tahu Vanessa tidak ada di sisi satunya lagi.Dengan cepat Halwa melompat turun, lalu menghidupkan lampu kamarnya. Perutnya terasa mencelos saat ia melihat Vanessa yang tengah duduk di samping pintu kamar sambil memeluk kedua lututnya tempat wajahnya menempel, membuat rambut panjangnya menutupi sebagian kakinya."Vanes ... " panggil Halwa dengan lembut sambil mendekati putrinya itu.Tapi Vanessa menghindar saat Halwa menyentuhnya,"Anne bohong ... Baba bohong ... " isaknya tanpa mengangkat kepalanya dari lututnya.Halwa merasakan hujaman menyakitkan di hatinya saat putrinya bukan hanya tidak mau ia sentuh, tapi juga tengah marah padanya.Ia tahu, saat ini Vanessa pasti sedang kecewa, karena Babanya tidak kunjung dat

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Mau Baba

    "Amma ... Poppa!!" teriak Edson, anak itu langsung lari keluar villa saat melihat Halwa dan Victor yang baru saja turun dari mobil.Victor bergegas menghampiri Edson ketika langkah anak itu terhenti saat melihat Halwa yang kembali berpaling ke dalam mobil untuk menuntun Vanessa turun."Edson, Dedek Vanessa sudah datang, ayo sambut dia!" seru Victor.Untuk sesaat, baik Edson maupun Vanessa saling bertukar pandang, sebelum akhirnya Edson yang terlebih dahulu menghampirinya,"Dede Vanes udah sembuh?" tanya Edson.Vanessa mengangguk, lalu melepaskan tangannya dari Halwa, "Kak Eson?" tanyanya.Lalu tiba-tiba Edson memeluk adikknya itu dengan erat, "Iya ... " jawabnya.Halwa memandang penuh haru ke arah Vanessa dan Edson yang telah terpisah selama tiga tahun itu. Delapan bulan mereka selalu bersama di dalam kandungan Halwa, yang terpisah beberapa saat setelah dilahirkan karena tangan-tangan jahat yang memisahkan mer

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Setelah Kamu Pergi

    "Kamu bicarakan dulu berdua sama Edzhar, yaa ... " bujuk Victor setelah menceritakan niat Edzhar tadi."Tapi, Vic ... ""Ay ... Bagaimanapun juga kalian harus tetap membahas masalah pengasuhan Edson dan Vanessa. Daripada terus menundanya lebih baik kalian selesaikan sekarang, biar kalian sama-sama enak."Halwa mendesah pelan, ia melirik Edzhar yang tengah berbincang serius dengan anne Neya, sementara Vanessa sedang disuapi suster Mia."Aku takut Edzhar akan membujukku lagi seperti semalam, Vic.""Ya, Edzhar sudah mengatakannya padaku. Dan kamu tenang saja, niatnya sudah bulat untuk tidak mengusik hubungan kita, dan bersedia menyerahkan hak asuh penuh anak-anak padamu.""Benarkah?" tanya Halwa, dan Victor menganggukkan kepalanya tanpa keraguan sedikitpun."Baiklah aku percaya padamu.," ujarnya.Setelah matanya bertemu mata dengan Edzhar, lewat isyarat matanya, Halwa meminta pria itu untuk ikut ke balkon bersamany

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dua Wanita Kesayangan

    "Apa yang ingin kau bicarakan, Ed?" tanya Victor sesampainya mereka di Balkon.Sahabatnya itu terlihat sangat kacau, tidak Edzhar yang selama ini ia kenal, yang selalu terlihat rapi dan penuh percaya diri. Malam ini, pria itu jauh lebih kacau dari saat di Villa tadi.Kedua tangan Edzhar berpegangan pada pagar balkon, sementara matanya menatap nanar ke arah Menara Eiffel, yang menampakkan cahaya warna-warni. Efek jingga keemasan yang sangat indah terlihat dari tigaratus tigapuluh enam lampu sorot natrium yang dipasang di struktur menara itu.Ya, itulah Paris ... Terlihat jauh lebih indah dan romantis saat malam hari. Romantis bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, tapi terasa hampa bagi Edzhar, pria yang akan menyerahkan dua orang wanita yang paling ia cintai itu pada sahabatnya, Victor."Ed ... " panggil Victor lagi.Dengan enggan Edzhar mengalihkan perhatiannya dari icon Paris itu ke sahabatnya, ia menguatkan dirinya saat mengatakan deng

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dilema

    "Bisa kita bicara di kamarmu, Neya?" tanya mommy Rycca.Anne Neya melirik sekilas Edzhar yang masih termenung di balkon sambil melihat icon Paris itu, sebelum akhirnya mengangguk."Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya setelah menutup pintu kamarnya."Aku yang telah membocorkan pertunangan Halwa denganputraku pada Edzhar," aku mommy Rycca sambil duduk salah satu sofa santai yang berada di dalam kamar itu.Sambil mengerutkan keningnya, anne Neya bergegas menghampiri dan duduk di sofa sebelahnya,"Jadi kamu yang mengirim pesan itu? Kenapa?" tanyanya lagi.Mommy Rycca mengurut keningnya sambil menyandarkan punggungnya di sofa, ia pun masih tidak habis pikir dengan tindakan impulsifnya itu,"Entahlah ... " hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya."Jangan bilang kamu sebenarnya tidak merestui hubungan putramu dengan Halwa?" tebak anne Neya sambil menyipitkan kedua matanya.Melihat sahabatnya yang tida

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Apa Aku Egois?

    Kontak skin to skin, dan dekapan lembut Halwa itu memiliki efek psikologis menenangkan, dan memberikan rasa nyaman pada Vanessa, hingga putrinya itu pun tidur dengan sangat nyenyaknya.Ibu dan anak itu sama-sama tertidur lelap hingga Halwa terbangun karena sentuhan tangan lembut seseorang di pipinya,"Anne ... " sapa Vanessa saat Halwa membuka kedua matanya.Selama ini Vanessa hanya bisa melihat foto-foto Halwa yang terpajang di rumahnya saja. Dan saat bisa melihat Annenya itu secara langsung, membuat anak itu terlihat ragu-ragu, antara Halwa nyata ada atau hanya ia bermimpi seperti biasanya saja.Kedua bola matanya seketika berkaca-kaca saat melihat senyum hangat Halwa,"Hai, cantik ... " sapa Halwa dengan suara parau, dan seketika itu juga tangis Vanessa pecah,"Anne ... Anne ... " isaknya sambil memeluk erat Halwa, seolah-olah takut kalau ia melepasnya Halwa akan kembali menghilang."Iya, Sayang. Ini Anne ... " ujar

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Tolong Beri Satu Kesempatan Lagi

    Edzhar menahan pintu kamar tempat Vanessa tertidur, dengan plester kompres demam yang menempel pada keningnya. Dengan langkah pelan dan kedua mata yang sudah dibanjiri air matanya itu, Halwa mendekati putrinya yang entah kenapa terlihat rapuh itu,"Vanessa ... " gumamnya lirih.Halwa nangis sesengukan sambil berlutut di samping tempat tidur Vanessa, tangannya yang gemetar meraih tangan mungil putrinya itu, yang terlihat jauh lebih kecil dari tangan putranya, Edson."Vanessa, putriku ... " desahnya sambil menciumi punggung tangan putrinya itu yang masih terasa hangat.Ia menempelkannya di pipinya, merasakan hawa panas yang mengalir dari telapak tangan Vanessa ke pipinya. Sementara tangan lainnya membelai lembut rambut putrinya itu.Tadi di sepanjang jalan Halwa sudah menyiapkan dirinya untuk tidak nangis, untuk terus terlihat kuat saat bertemu dengan putrinya nanti. Karena seorang anak bisa merasakan juga kesedihan ibunya, terutama anak ba

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pertemuan Halwa dan Vanessa

    "Membicarakan apa? Menjelaskan apa?" tanya Halwa bingung."Vanessamu dan Edzhar masih hidup, Ay ... "Halwa mengerutkan keningny, ia merasa sangat bingung, luar biasa bingung. Ia menatap penuh mata tunangannya itu,"Vic, jangan becanda ini tidak lucu!" keluhnya.Meski bibirnya mengeluarkan keluhan itu, jantungnya mulai berdebar dengan sangat cepat selama ia menunggu balasan dari tunangannya itu."Apa aku terlihat tengah becanda, Ay? Apa aku pernah becanda jika menyangkut orang yang aku kasihi? Yang kamu sayangi?" tanya Victor dengan nada lembut, tidak sedikitpun ia marah dengan kecurigaan Halwa padanya.Halwa menggelengkan kepalanya, ia munduru beberapa langkah ke belakangnya,"Itu tidak mungkin ... Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri vanessaku itu sudah tidak bernapas, Vic!" sangkalnya, ia menangkup mulutnya dengan kedua mata yang membola,"Itu tidak mungkin ... " lanjutnya, air mata mulai membasahi kedua

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Vanessamu dan Edzhar Masih Hidup

    "Poppa ... Aku punya dedek!" pekiknya dengan riang dan Victor mengangguk, ia pun menghapus air mata di sudut matanya. Ia dan juga sahabatnya yang lain, sama terharunya saat melihat pertemuan ayah dan anak itu yang mengharu biru. Edson kembali ,mengalihkan perhatiannya ke Edzhar, "Jadi kapan aku bisa ketemu sama dedek Vanessa?" tanyanya dengan nada tidak sabar. "Secepatnya ... " jawab Edzhar. Ia tidak bisa menjanjikan kapannya, karena ia juga belum tahu Halwa bersedia bertemu dengannya atau tidak. Tapi seandainya pun Halwa tidak mau bertemu dengannya, ia akan tetap mempertemukan Edson dengan saudarinya, meski putranya itu tidak mengetahui kalau Vanessa adalah adik kandungnya. Edzhar mengangkat dan menggendong Edson, lalu beralih menatap Victor, "Apa Halwa bersedia bicara denganku?" tanyanya. "Satu-satu, Ed. Membawa Edson padamu saja sudah membuatku d

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status