Share

Bab 8

Dengan gerakan yang cepat, Deon maju ke depan bayangan tersebut dalam sekejap dan memukulnya dengan sekuat tenaga.

Namun, bayangan tersebut hanya mundur beberapa langkah.

Deon benar-benar terkejut.

Meskipun Deon hanya menggunakan sepersepuluh dari kemampuannya yang sebenarnya, di Negara Nozil hanya ada segelintir orang yang mampu menangkal serangannya.

Aku nggak boleh menganggap remeh orang ini. Siapa, sih, yang Luna singgung? Kenapa musuh Luna sekejam ini?' batin Deon.

Pria itu sama sekali tidak memedulikan Deon dan bergegas ke lantai dua.

Melihat arah yang dituju orang itu, Deon berkeringat dingin! Dia tidak akan membiarkan orang itu masuk ke kamar Luna. Kalau tidak dicegah, Luna pasti akan mati!

Namun, Deon kembali ragu karena Luna tidak mengizinkannya naik ke lantai dua.

Peduli amat! Menyelamatkan nyawa seseorang jauh lebih penting!

Kalau nanti Luna memarahinya, biar saja dia marah sepuasnya!

Jantung Deon berdetak kencang. Dia segera berlari secepat kilat, tetapi dia menyadari bahwa bayangan hitam tersebut telah memasuki kamar Luna.

"Bu Luna! Hati-hati, seseorang telah memasuki kamarmu!"

Deon menerobos masuk, tetapi malah dikagetkan oleh pemandangan di hadapannya.

Luna baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah dan dia hanya mengenakan handuk. Lekuk tubuhnya yang montok dan seksi hampir membuyarkan konsentrasi Deon!

Di sisi lain, Deon yang masuk ke kamar Luna tanpa izin tanpa sengaja memegang handuk di badan Luna. Akibatnya, handuk itu jatuh ke lantai bersamaan dengan bunyi dentang.

Kini, tubuh cantik Luna terpampang dengan jelas!

Dalam sekejap, udara di dalam kamar seolah membeku, tetapi mata Luna bagaikan gunung berapi yang meletus!

"Bu Luna, aku ...."

"Keluar! Kalau nggak, aku akan memecatmu sekarang juga!" seru Luna sambil menutupi tubuhnya dan memelototi Deon dengan tatapan sedingin es!

Deon terpaksa keluar, diikuti suara pintu yang dibanting hingga tertutup rapat.

Deon berseru dengan cemas, "Bu Luna, aku nggak bermaksud mengintipmu, aku yakin ada gangster dengan niat jahat yang baru saja masuk ke kamarmu!"

Pintu terbuka sekali lagi. Luna kini sudah mengenakan piyama sutra dan berjalan keluar dari kamar sambil memasang ekspresi sedingin puncak gunung es, lalu berkata, "Aku akan memberimu waktu lima menit untuk menangkap gangster yang kamu sebutkan itu. Kalau nggak ketemu, awas saja nanti!"

Kamar Luna sangat luas dengan ukuran kurang lebih seratus meter persegi.

Deon masuk tanpa ragu dan menemukan sesuatu di balkon!

Dia berlari ke balkon dan hampir tersandung saat melihat pakaian Luna yang digantung. Ada celana dalam berpola berwarna putih, blus renda, rok mini dan lain-lain ....

Ternyata, Luna memiliki sisi yang tidak tertebak.

Deon merasakan pipinya memanas, tetapi bayangan hitam itu tiba-tiba muncul lagi, jadi Deon mengejarnya secara refleks sambil berseru, "Jangan coba-coba kabur!"

Bayangan hitam itu melompat dari balkon disusuli oleh Deon.

Deon berhasil menyusulnya dalam satu menit, tetapi saat dilihat dari dekat ....

Ekspresi Deon tiba-tiba berubah, lalu dia berkata dengan marah sekaligus geli, "Killan? Ternyata kamu?"

Sosok hitam itu menoleh, memperlihatkan wajahnya yang tampan dan berwibawa, lalu berlutut dengan satu kaki dan berkata, "Aku, Killan Nobu, memberi penghormatan kepada Raja Gangster!"

"Sekarang kamu sudah menjadi Dewa Perang termuda di Negara Nozil, Dewa Perang Killan. Kamu nggak perlu berlutut di hadapan seorang bekas tentara sepertiku," balas Deon sambil menghela napas.

Killan menjawab dengan hormat, "Bagi aku dan lima juta tentara lainnya di Provinsi Xino, Kak Deon tetaplah satu-satunya Raja Gangster Negara Nozil!"

"Aku hanya tak habis pikir bahwa seseorang semenakutkan dirimu, yang membuat para musuh Barat takut dan cemburu, kini bersembunyi di sebuah kota kecil kelas tiga dan bekerja sebagai pegawai kantoran!"

Deon tersenyum tipis dan berkata, "Maksudmu, kamu ingin mengujiku karena dulu aku adalah Raja Gangster yang biasanya hobi membantai orang saat marah, tapi sekarang berubah menjadi pekerja kantoran biasa?"

Mendengar pertanyaan ini, Killan seketika berkeringat dingin dan berkata, "Aku telah bersikap kelewatan! Tolong tenang, Raja Gangster. Sebagai bentuk permintaan maaf, aku akan memotong lenganku!"

Deon berkata, "Tak perlu begitu, aku bukan lagi Raja Gangster dan telah melepaskan semua hak istimewaku. Tujuanmu datang kemari bukan hanya untuk menyusulku, 'kan?"

Di mata banyak orang, Deon yang dulu adalah iblis penjagal yang menginjak tumpukan mayat dan mengarungi lautan darah untuk naik ke puncak.

Akan tetapi, setelah mencapai puncak kekuasaan, Deon merasakan kesepian yang tak berujung dan dia kerap bersikap buruk layaknya iblis.

Maka dari itu, dia pensiun tanpa paksaan, tanpa meminta imbalan apa pun dan kembali ke kampung halamannya.

Dia lelah membunuh orang tiap hari dan hanya ingin hidup bersama keluarganya sembari menikmati hangatnya kasih sayang keluarga.

Kini, temperamennya telah berubah drastis karena dia berusaha memperbaiki sifat buruknya.

Killan berkata dengan tegas, "Benar, Kak Deon. Sebenarnya, aku datang atas kepercayaan orang-orang penting di ibu kota."

"Awalnya, mereka takut pada Raja Gangster yang pasukannya nggak terbatas, tapi mereka menyadari sesuatu. Begitu Sang Raja Gangster pergi, kumpulan-kumpulan mafia luar negeri yang dulunya sudah nggak aktif malah datang menyerang mereka!"

"Di antara kumpulan-kumpulan tersebut, Organisasi V yang terkuat diam-diam telah menyelinap ke daratan Negara Nozil. Kedatangan mereka dapat mengancam keamanan nasional! Organisasi tersebut bahkan telah menghabisi beberapa veteran perang yang legendaris!"

Lalu, Killan melanjutkan laporannya dengan nada meremehkan, "Para pemabuk di ibu kota ketakutan hingga ketar-ketir. Organisasi V sangat kejam sampai nggak ada seorang pun di seluruh Negara Nozil yang bisa menaklukkannya, kecuali Kak Deon, Raja Gangster!"

"Beri tahu mereka bahwa aku akan bergerak, tapi bukan demi mereka, melainkan demi rakyat Negara Nozil," jawab Deon dengan serius.

"Kapan hari, mari kita bahas hal ini lagi secara mendetail. Untuk sekarang, pergilah dulu dan jangan sampai ketahuan siapa pun!"

Asik! Mendengar janji Deon bahwa dia akan kembali beraksi, Killan mengepalkan tinjunya dengan penuh semangat dan pergi tanpa suara.

Sebelum pergi, Killan mengembalikan Kartu Raja Gangster kepada pemilik aslinya, Deon.

Deon pun kembali ke vila.

Di sana, dia melihat Luna berdiri di depan pintu kamarnya. Luna kemudian berkata dengan nada dingin, "Di mana gangster yang kamu sebutkan itu?"

Deon tersenyum dengan terpaksa dan berkata, "Aku nggak melihat siapa pun, mungkin aku sedang berhalusinasi."

Sebenarnya, percakapannya dengan Killan adalah rahasia militer yang tidak boleh diungkapkan.

Karena itu, Deon terpaksa membuat alasan.

Namun, setelah Luna mendengar penjelasan ini, dia tertawa sinis dan berkata, "Halusinasi, ya? Halusinasi bisa membuatmu menerobos kamarku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, begitu? Deon Pastillo, memangnya kamu nggak ada alasan lain yang lebih masuk akal? Kamu benar-benar membuatku jijik!"

Kalau Luna tidak menghargai bantuan Deon hari ini, dia pasti sudah mengusirnya.

"Aku peringatkan, ya! Lain kali, aku nggak akan mau dekat-dekat lagi denganmu!"

Luna berbalik dan pergi, mengunci pintu kamar dan membuang handuk yang telah disentuh Deon ke tempat sampah.

Lalu, dia menarik napas dalam-dalam dan membatin, 'Aku benar-benar salah menilai pria ini! Awalnya, kukira sifatnya nggak mungkin seburuk itu, tapi hari ini dia membuktikan bahwa semua pria di dunia ini sama saja! Menjijikkan!'

Di sisi lain, Deon tidak peduli tentang kesalahpahaman itu. Dia kembali ke ruang peralatan dan tertidur pulas.

Keesokan harinya saat Deon bangun, dia menyadari bahwa Luna sudah berangkat kerja duluan. Ternyata wanita itu memang gila kerja.

Sebelum berangkat kerja, Deon mampir ke rumah untuk memberi tahu ibunya kenapa dia tidak pulang semalaman.

Saat dia baru saja tiba di rumah, dia malah melihat pasangan kencan butanya kemarin, Cindy, bersama ibunya, Camila. Mereka duduk di dalam rumah sembari berbicara dan tertawa riang.

Melihat Deon pulang, mata keduanya langsung berbinar.

"Deon, kami mencari tahu identitas wanita yang kemarin datang menemuimu. Dia adalah Luna Yossef, Wakil Presiden Grup Lixon, bukan? Apakah dia menyukaimu? Berapa banyak uang yang dia berikan padamu?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status