Albert menatap Alika lama dengan wajah datarnya. Setelahnya ia berkata. "Tidak. Bukankah sejak awal saya sudah bilang, jika saya tidak berniat menjadi suami anda.
Saya hanya merasa jika setelah ini saya akan lebih repot dari biasanya." ujar Albert yang langsung menjatuhkan harga diri Alika begitu saja.
Alika pun coba memaklumi dengan baik dan sedikit menahan emosinya. Seharusnya dirinya bisa langsung paham apa yang akan Albert katakan, semenjak lelaki ini tidak pernah mengubah mindset di pikirannya.
Yang selalu tidak ingin repot! Berdebat dengan Albert lebih akan membuat dunia tidak akan baik baik saja sepertinya.
Dihadapan gedung besar Angela's cupid, Alika berjalan cepat dan begitu bersemangat seraya menenteng tas kulit brandednya.
Saking bersemangatnya hingga Albert ketinggalan jauh dibelakang sana. Alika yang merasa sudah meninggalkan Albert lantas menoleh ke belakangnya.
"Ayolah lebih cepat sedikit, bahkan siput saja bisa mengejarmu Al." ujar Alika. Albert yang mendengar hal itu lantas menggumam.
"Tidak ada siput yang bisa menandingi jalan manusia." Tak lama setelahnya, mereka yang barusan menunggu di lobby selama beberapa menit langsung dipersilahkan untuk menemui Angela di ruangannya yang kemarin.
Saat didepan pintu ruangan Angela. Albert pun mengetuk pintu ruangan yang tertutup itu dan perlahan membukakannya untuk Alika.
Saat itu juga, ketika pintunya dibuka, Alika berpapasan mata dengan seorang pria sangat tampan didalam ruangan tersebut, ia berdiri menyandarkan punggungnya ke belakang dinding dengan kedua tangan melipat dada.
Dari penglihatan Alika, tingginya sekitar 185 centimeter, perpaduan wajah blasteran asia dan eropa yang begitu mencolok, hidung mancung, alis mata tebal dan tajam, badan atletis yang tertutup oleh kemeja biru serta celana hitamnya.
Alika bahkan heran, apa yang membuat lelaki ini bisa tampak begitu sempurna? Kenapa didalam gedung ini begitu banyak manusia yang terlihat seperti malaikat? Apakah mereka memiliki rencana untuk menghiasi seluruh gedung ini dengan keindahan mereka?
Ah sudahlah. Ketika Alika sibuk memandang pria itu sangat lama, mendadak muncul sebuah senyuman terukir manis disudut bibir pria itu, yang seolah menyambut Alika dan menyapanya dengan ramah.
Sangat indah, hingga Alika merasa itu adalah senyuman paling indah yang pernah ia lihat. Alika merasa itu bahaya, ia khawatir jika jantungnya tidak bisa menahan lebih lama lagi debarannya yang sejak pertama kali melihat pria tersebut seakan mau meledak.
Alika cepat cepat mengalihkan wajahnya ke arah lain atau menundukkan pandangannya, coba memutus pandangan pria itu.
Dan ternyata usahanya itu memang benar benar sukses membuat sang pria jadi tidak lagi menatapnya. Angela yang sejak tadi duduk disebelah berdirinya pria tersebut lantas berkata.
"Silahkan duduk." ujar Angela menawarkan Alika untuk duduk dikursi yang sudah disediakan didepan mejanya. Alika pun segera duduk dikursi tersebut.
Angela tersenyum menyapa Alika, begitupun dengan Alika yang juga tersenyum menyapanya.
"Nah Bu Alika. Saya akan memperkenalkan ibu pada calon kandidat yang memenuhi semua kriteria sesuai yang ibu inginkan." ujar Angela, ia menunjuk ke sebelah kanannya, pria tampan seperti malaikat yang sejak tadi terus Alika hindari tatapannya.
"Perkenalkan, dia adalah calon kandidat tersebut. Namanya adalah Yustaf Esther Cardinal." ucap Angela. Alika menatap sebentar ke arah Yustaf, namun itu hanya sekilas saja karena Yustaf keburu kontak mata dengannya lagi.
Alika sangat gugup ketika ditatap olehnya dan lantas cepat cepat mengalihkan pandangan matanya kembali fokus ke arah Angela. Bahkan Alika langsung bertanya sesuatu pada Angela. "Bisa tunjukkan biodatanya?" tanya Alika.
"Ini bu." ucap Angela menyodorkan biodata Yustaf pada Alika. Alika pun segera menerima biodata tersebut dan membacanya dengan seksama.
Yustaf hanya terdiam memperhatikan wanita cantik berambut gelombang dengan blazer putih tulang yang begitu cocok di tubuh langsingnya, diantara kemeja putih dan rok putihnya.
Tak lupa juga polesan makeup yang terlihat natural dan tampak begitu cocok di wajahnya. Sosok yang begitu cantik dan menarik. Layaknya sebuah patung manequin.
Wanita yang berdedikasi tinggi dan mandiri, wanita yang memiliki segalanya di usia matangnya.
Herannya wanita sesempurna ini masih belum memiliki pendamping. Ah bukan...dia seorang janda... Tapi apa gerangan yang membuat mantan suaminya itu rela menceraikan wanita sehebat ini? Alika yang merasa dirinya terus dipandang lama oleh Yustaf lantas balik menatap lelaki itu, Yustaf tampak gugup ketika kedapatan menatap Alika.
Namun respon aneh langsung ditunjukkan oleh Alika, wanita itu tiba tiba tersenyum manis memandang Yustaf.
Wanita ini... ternyata bisa tersenyum juga. Yustaf balik tersenyum pada Alika. Bahkan gadis itu kini bangkit mendekati Yustaf. Tentu saja Yustaf merasa gugup dan canggung saat didekati seperti itu.
Namun ia coba yakinkan dirinya dan kumpulkan keberanian lebih untuk menghadapinya. Alika berhenti tepat dihadapan lelaki yang lima senti lebih tinggi dibanding dirinya itu dan segera menyodorkan tangan kanannya, mengajak Yustaf bersalaman.
Yustaf balik menerima salaman tangannya. Alika langsung berkata. "Selamat ya, anda sudah terpilih untuk menjadi suami kontrak saya. Setelah melihat biodata anda, saya merasa sangat yakin jika anda memang benar benar sesuai dengan yang saya inginkan." ujar Alika.
Yustaf hanya membalasnya dengan senyuman. Alika teringat sesuatu, ia pun menyuruh Albert yang sejak tadi sibuk bermain bubble shooter untuk memberikannya berkas perjanjian pernikahan kontrak.
Albert pun menyerahkannya pada Alika, sedangkan Alika sendiri yang sudah menerima berkas itu lantas membuka amplop yang berisi dua lembar printout perjanjian pernikahan kontrak. Ia berikan pada Yustaf agar segera dibaca. Yustaf pun membacanya mulai dari ujung atas hingga ke tengah.
Perjanjian antara kedua belah pihak yang melibatkan pihak ketiga juga didalamnya. Tidak lain pihak ketiganya ini pastilah Angela, sang pemilik biro jodoh tersebut. Entah kenapa di mata Yustaf, gadis bernama Alika ini tidak semudah itu diremehkan.
Sepertinya gadis ini akan sangat meminta pertanggungjawaban antara pihak kedua atau ketiga, jika tiba tiba terjadi sesuatu yang tak sesuai keinginannya. Gadis yang cerdas dan tidak mau rugi.
Ada lima persyaratan yang harus Yustaf penuhi didalam kontrak tersebut. Tidak lain adalah, pertama ia harus bersikap baik, sayang dan perhatian terhadap Alika, kedua ia harus berpura pura mencintai Alika didepan semua orang, ketiga ia harus selalu memiliki waktu untuk menuruti segala keinginannya, keempat ia harus bisa memasak dan kelima ia tidak boleh melebihi batasnya sebagai seorang suami pura pura.
Dengan contoh melakukan kontak fisik melebihi batas kewajaran atau tidak sedang di depan orang. Maka uang 500 juta yang dijanjikan akan dikurangi sebanyak sepuluh persen. Durasi pernikahan ini akan berakhir hingga Alika mendapatkan suami.
Yustaf menatap sebentar ke arah Alika lalu terdiam memikirkan hal tersebut. Alika segera menawarkan pulpen pada Yustaf. Lelaki itu pun mengambilnya, namun ketika akan menggerakkan jemarinya diatas perjanjian tertulis itu untuk tanda tangan. Yustaf lantas menahan tangannya, ia kembali menatap Alika.
"Apakah hanya anda yang boleh mengajukan syarat?" tanya Yustaf. Alika terkejut. "Saya juga ingin mengajukan syarat sebelum menjadi suami kontrak anda." ujar Yustaf. Alika segera menjawabnya.
"Yah, selama bukan syarat yang aneh, apa syarat yang anda inginkan?" tanya Alika.
"Hanya tiga poin. Pertama, saya ingin anda untuk tidak mencari tahu tentang kehidupan pribadi saya, jika ada hal yang ingin anda tanyakan, tanyakanlah langsung ke saya, kedua jika saya memiliki keperluan mendadak, saya berhak pergi atau meninggalkan anda, ketiga anda tidak boleh menaruh hati pada saya. Dan kalau anda melanggar salah satu diantara ketiganya, anda diharuskan membayarnya dengan menuruti satu permintaan saya yang tidak bisa anda tolak kecuali laksanakan. Permintaan itu akan saya katakan ketika kontrak menikah kita berakhir." ujar Yustaf.
"Oke, tidak masalah. Saya akan memenuhi syarat itu dan sekarang silakan anda tandatangani." pinta Alika. Yustaf pun segera menandatangani surat perjanjian itu.
Tak lama setelah itu, Albert menyusul Alika yang sudah berjalan terlebih dahulu dan masuk ke dalam mobil pajero putihnya. Albert ikut masuk ke dalam mobil tersebut dan duduk di kursi setirnya.
"Apakah anda benar benar yakin dengan pria itu?" tanya Albert masih memandangnya datar meskipun ia tampak lebih serius sedikit.
"Yah, dia memenuhi semua kriteriaku. Bagaimana mungkin saya menolaknya?" balas Alika.
"Maksud saya, kenapa anda malah memilih pernikahan kontrak ketimbang suami seumur hidup?" tanya Albert.
"Entahlah.. saya hanya.. masih belum bisa menerima pria lain didalam hati saya setelah harga diri saya diinjak injak seperti itu oleh Andrew. Saya hanya belum siap berumah tangga lagi." ujar Alika. Albert merasa prihatin terhadapnya.
Didalam hati kecil ia berdoa, semoga saja pria ini mampu membuat Alika membuka mata hatinya dan menjadikan pernikahan kontrak ini beralih jadi pernikahan seumur hidup.
Beberapa hari setelahnya pun pernikahan dilaksanakan. Didalam gedung yang sangat luas dan megah dihiasi juga dengan dekorasi tema acara pernikahan yang begitu memancarkan keanggunan karena warna putihnya. Seakan memang sedang berada di taman surga.
Banyak tamu yang hadir saat itu, bukan hanya dari kalangan orang kelas atas saja, wartawan, karyawan perusahaan, delegasi perusahaan namun juga dari beberapa sekolah, panti asuhan dan rumah baca yang selama ini Alika biayai.
Benar.. dia adalah sang pendonor dana bantuan yang terkenal karena kedermawanannya.
Yustaf diam diam mulai kagum dengan Alika, sepanjang berada diatas altar, duduk bersanding dengannya, Alika terus bercerita tentang kehidupan masa lalunya yang pernah tinggal di sebuah panti asuhan hingga akhirnya ia diasuh dan disekolahkan oleh seorang konglomerat.
Disaat itu Alika mencoba untuk membalas budi kebaikan orang tua asuhnya, dengan terus belajar sampai pada akhirnya ia lulus S1 di jerman.
Ia berkata jika semua kesuksesan yang ia hasilkan sekarang bukan dilalui dari perjalanan yang mudah.
Ia pernah tinggal di panti asuhan, merasakan kesusahan untuk makan enak, berjualan di pinggir sekolah, hingga perjalanan membangun usaha yang diturunkan oleh ayahnya dan terus mempertahankannya hingga sekarang adalah bukan hal yang mudah.
Yustaf terlalu seru mendengar semua cerita Alika, hingga tak sadar ia mulai merasa jika ia jadi lebih dekat dengan wanita ini.
Ada kekaguman didalam diri Yustaf yang membuatnya sedikit lebih membuka hatinya pada Alika. Membuka sedikit tentang cerita hidupnya, meskipun sejak awalia tidak pernah ingin membagikan cerita ini pada siapapun.
Perasaan yang aneh... perasaan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.
"Oh jadi kamu... kamu anak hasil diluar pernikahan? Ibumu dinodai oleh majikannya dan majikanmu itu adalah ayah biologismu?" tanya Alika yang di pertengahan kalimat ia agak mengecilkan suaranya, agar tak didengar oleh siapapun.
"Ya benar, atau istilahnya orang lebih suka menyebutnya... anak haram." ujar Yustaf lirih. Alika tiba tiba memegang tangan Yustaf. Menggenggamnya.
"Jujur aku tidak suka istilah itu, lebih baik kamu menyebutnya anak hasil di luar pernikahan saja, ya?" pinta Alika.
Yustaf menatap wanita cantik bergaun putih dengan hiasan di rambutnya yang seolah memberikan kesan keanggunan dari dalam dirinya, Yustaf tersenyum. "Ya."
Terlepas dari semua pemahaman orang lain tentang wanita ini, dari apa yang terlihat diluar tentangnya... ternyata setelah diperhatikan... dia adalah... wanita yang sangat menghargai perasaan orang lain.
Tiba tiba kedua mata Alika tertuju lurus pada dua insan yang kini berjalan menuju ke arahnya, naik ke altar dengan sangat pedenya.
Mereka adalah Rachel dan Andrew. Ini saatnya...
Membalas dendam.
Sebelum acara pertunangan Angela dan Yudistira dilaksanakan. Alika, Lucas, Angela, Yudistira, Albert maupun Risha kini saling jalan-jalan ke Bali. Jika ditanya kenapa Albert dan Risha juga ikutan diajak, ini tidak lain karena Alika yang dibelakang merencanakan sesuatu, tak bukan adalah berniat mencomblangi mereka.Angin laut langsung menerpa dan menyambut mereka kala empat orang itu keluar dari dalam mobil termasuk Shanice. Shanice yang tadi sempat tertidur kini terbangun kembali dalam keadaan fresh.Para lelaki sudah duluan membuka bajunya, tidak ingin kalah dengan para bule yang ikut bertelanjang dada. Berbeda dengan Alika, Risha dan Angela yang sedang duduk di pantai. Menemani Shanice bermain pasir. Risha terus memperhatikan Albert dari kejauhan yang sedang mencoba berenang dengan lainnya. Risha membatin. "Pak Albert pake segala ninggalin gue lagi. Pamer-pamerin perut kotak segala, bikin gue kebayang sama roti sobek." batinnya. Albert tersadar jika dirinya diperhatikan oleh Risha.
Esok paginyaKarina mendekati Risha yang sedang sibuk membuat surat jalan untuk beberapa orang. "Ris, tahu gak? Katanya ada tukang nasi goreng yang enak banget didepan." ucap Karina antusias. Risha menguap. "Masa tukang nasi goreng pagi-pagi begini sih Kar? Tukang nasi goreng tuh malem-malem adanya." ucap Risha. "Beneran loh, teman-teman yang lain pada nyaranin kesana. Katanya enak banget. Udah cepet lo kesana, gue tahu lo pasti belom sarapan kan sekarang? Keburu masuk jam kerja." ucap Karina."Iya sih gue belum sempet makan, gue bahkan niatnya pengen puasa sekarang. Terus pas dzhuhur langsung buka." ucap Risha."Dikira lo anak TK Ris! Udah buruan kesana." suruh Karina."Tapi kok lu tumben nyuruh gue makan pagi? Apa jangan-jangan ada gajah di balik batu?" tanya Risha curiga."Udah kayak lagu wali ya? Udah buruan, nanti keburu kehabisan. Gigit jari lo." ucap Karina. "Lo enggak ada niat mau masukin racun tikus kan ke nasi goreng gue?" tanya Risha."Emangnya lu Mirna! Digaji berapa g
Tiba-tiba Lucas merasa dirinya diperhatikan oleh Angela. Angela yang merasa terpergok berniat pergi akan tetapi Lucas keburu memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang meeting itu. "Sini!" pekik Lucas.Angela merasa heran, ia pun segera masuk ke ruang meeting dan mendekati mereka."Kenapa Kak?" tanya Angela."Ini, kamu pasti enggak kenal kan sama dia?" tanya Lucas menunjuk ke arah Bella. Angela menatap Bella heran. "Siapa?" tanyanya."Ini Bella! Teman SMA kakak waktu di Amerika dulu." ucap Lucas. Angela tersentak dan kaget bukan kepalang. "Kak Bella?! Yang waktu dulu pakai kacamata tebal itu?!" tanya Angela tidak percaya. "Iya! Dia yang dulu suka mengajari kamu matematika!" ucap Lucas, Angela antusias dan langsung memeluk Bella. "Wah, Kak Bella. Aku senang banget bisa ketemu Kakak disini. Kakak ngapain disini? Pangling loh, makin cantik sekarang." ucap Angela. "Bisa aja kamu haha. Aku direktur Belle's corporation. Kamu tidak tahu tentangku juga kah?" tanya Bella.
"Tapi saya memang sejak awal tidak akan termakan oleh bujuk rayu mereka. Hanya andalah yang terlalu memberi ruang dan kesempatan untuk mereka menghancurkan anda, salah satu contohnya adalah saat kejadian anda keguguran beberapa waktu lalu." ucap Albert. Alika tidak menyangka Albert bisa seberani itu mengatakan hal tersebut. Ia yang semakin geregetan pun kembali menginjak kakinya. Sayangnya Albert kembali menghindar. Sepertinya ia sudah hapal sekarang, tentang kebiasaan Alika itu.Tiba-tiba Risha mengetuk pintu ruang kerja Alika. Tanpa sadar itu membuat Albert terkejut dengan kehadiran wanita itu disana. "P-permisi." ucap Risha yang kemudian masuk ke ruangan Alika dan berjalan mendekati mereka seraya membawa dokumen untuk ditanda tangan.Ia letakkan dokumen itu di atas mejanya. "Ini Bu." ucap Risha.Semenjak ia tahu kalau Alika sudah masuk hari ini, berkas yang biasa ditandatangani oleh Albert kini berubah lagi ke Alika. Alika pun menandatangani berkas itu dengan segera. Selesai me
"Iya. Eh tapi kan Bapak kamu ada dirumah sakit ya? Apa mau saya antar baju-bajunya ke rumahmu selagi kamu dirumah sakit?" tanya Lucas."Enggak Pak, enggak perlu. Nanti saya akan pulang ke rumah dulu kok, baru ke rumah sakit lagi." ucap Kinanti.Esok paginya didepan rumah Kinanti Lucas mengeluarkan koper milik Kinanti dan berikan padanya. "Makasih banyak ya Pak. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja meskipun sebentar di rumah Bapak." ucap Kinanti. "Iya sama-sama." ucap Lucas. Tiba-tiba Liza dan Fika keluar dari rumah besar itu. "Eh nongol lagi kesini. Bukannya kemarin niatnya kabur ya?" tanya Fika menyudutkan."Padahal gue udah bisa leha-leha tanpa ada dia." ucap Liza."Kamar yang tadinya milik gue jadi balik lagi dong? Gak seru ah." ucap Fika.Lucas menatap tajam ke arah mereka dan langsung mengeluarkan ponselnya, telepon seseorang."Halo Pak? Dengan bapaknya Kinanti ya? Saya ingin memberitahu kalau anak Bapak Kinanti sedang dibully lagi Pak. Wah yang bener Pak? Harta warisan B
Andrew ikut berkata. "Yah namanya juga orang dengki. Pasti ada saja yang tidak sesuai keinginannya." ucap Andrew. Lucas kesal, ia balik berkata. "Siapa yang dengki? Bukannya kalian yang suka dengki terlalu berlebihan atas apa yang kami miliki?!" tandas Lucas.Liza dan Fika yang mendengar perdebatan mereka saat itu pun berkata. "Duh berisik banget sih mereka." ucap Liza. Mereka pun pergi dari sana. Rachel kembali berkata. "Kami tidak akan dengki kalau kalian tidak suka pamer!" tandas Rachel. Andrew langsung menyabarkan Rachel. "Sudahlah Hel, mereka berkata seperti itu pasti memang ada motifnya. Untuk membuat kita terpancing dan pada akhirnya terjadi hal buruk pada bayi kita." ucap Andrew. Lucas tertawa mentah."Pintar sekali anda membalasnya, padahal istri andalah yang duluan memulai semua perdebatan ini." ucap Lucas."Heh, sangat tidak mau kalah. Pantas saja anda memiliki istri berwatak buruk seperti Alika." ucap Andrew."Saya merasa sangat beruntung telah menemukan istri seper