Angela terkejut. Ini pertama kalinya ada wanita yang menganggap waktunya terbuang sia sia berada disini.
Susah payah kakaknya membangun image baik tentang perusahaan yang dikelola atas namanya, tapi kini kemungkinan itu akan hilang begitu saja!
Satu review buruk pasti akan menyebabkan review buruk lainnya bermunculan.
Apalagi perusahaan ini adalah sebagai ajang pembuktian bagi ibu dan ayahnya jika ia dan kakaknya adalah orang yang sanggup untuk menjadi pimpinan perusahaan tanpa campur tangan kekayaan keluarganya.
Angela tidak terima!
Ia yang tidak rela membiarkan image perusahaan yang dibangun oleh ia dan kakaknya hancur pun lantas mencegah Alika pergi. Ia memegang tangan Alika.
"Tunggu dulu.. apakah anda benar benar tidak berniat untuk melihat biodata para kandidat? Barangkali ada yang menarik minat anda." tanya Angela.
"Saya tidak berniat membuang waktu. Jika dari sekian banyak orang tidak ada yang menarik minat saya bagaimana? Hmm? Apakah anda bisa membayar kembali sisa waktu yang telah saya habiskan disini?" tanya Alika.
Angela terdiam mematung. Merasa percuma untuk memberi pertimbangan lagi.
Alika segera berjalan keluar, langkah demi langkah. Namun baru beberapa langkah, Angela kembali berkata.
"Apa kriteria yang anda inginkan?" tanya Angela yang langsung membuat Alika menghentikan jalannya dan memutarkan tubuhnya ke belakang, menghadap Angela.
"Lima kriteria." ucap Alika
Esok paginya, di ruang kerjanya yang rapih dan terawat. Alika terlihat sibuk mengerjakan tugasnya di depan laptop, mengetik sesuatu dengan sepuluh jarinya begitu cepat, seakan dia memang sudah terbiasa mengetik dalam waktu cepat seperti itu.
Bahkan ternyata sudah dari empat jam yang lalu ia berada dalam posisi duduk dan mengetik cepat seperti ini.
Sebenarnya ada alasan dibalik tindakannya ini, alasan utamanya adalah, ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaannya yang sekarang agar tidak menjadi pengganggu ketika ia mendapat kabar untuk segera berkunjung kembali ke biro jodoh kemarin.
Alika pun segera mengakhiri akhir ketikannya dengan tanda titik, simpan dan ia lipat laptop tersebut dengan cepat.
Ia sandarkan punggung dan kepalanya ke belakang kursi lalu mulai bersantai. Matanya terus menatap langit langit ruang kerjanya yang tanpa ada sarang laba laba secuil pun.
Alika kembali membayangkan apa yang terjadi kemarin antara dirinya dengan Angela.
Ia mengisi biodata segala hal mengenai hidupnya termasuk lima kriteria yang harus dipenuhi, motivasi, bio, dan impiannya.
Biodata itu begitu rinci hingga Alika merasa sangat malas untuk mengisinya, apalagi Albert juga tidak ikut masuk ke dalam ruangan itu, jadi ia tidak bisa meminta bantuan Albert untum mengisinya begitu saja.
Alika menambahkan kalau dirinya akan membayar 500 juta pada biro jodoh tersebut, asalkan ia bisa menemukan suami yang memenuhi semua kriterianya dan tentu bisa diandalkan.
Katanya, Angela akan menghubunginya lagi besok.Namun sekarang, Alika yang sejak tadi menunggu telepon dari Angela tidak kunjung mendengar suara ponselnya berbunyi sekalipun.
Apakah mungkin Angela lupa? Atau mungkin ia memang tidak bisa menemukan suami yang memenuhi kriterianya?!
Alika merasa jengah, tampaknya ia memang salah telah membuang waktunya selama dua jam lebih disana tanpa ada kepastian yang jelas.
Menyebalkan sekali.
Alika terus memandang ponselnya dengan pasrah, ia merasa sangat menyesal telah berharap lebih pada biro jodoh tersebut.
Sekarang waktunya untuk menghadapi kenyataan... bahwa dirinya harus mengakui kekalahannya pada Andrew, kalau ia tidak bisa membuktikan sumpahnya dua hari yang lalu di hari pernikahan lelaki itu.
Ketika sedang sibuk memandang ponselnya, tiba tiba ada panggilan dari nomor tidak dikenal. Alika terheran, siapa sebenarnya yang meneleponnya dengan nomor tidak dikenal?
Mungkinkah orang iseng?
Tapi bagaimana jika itu adalah orang penting termasuk Angela? Ahh benar... ini pasti dari Angela!
Alika yang sangat yakin itu adalah Angela pun langsung menerima teleponnya.
"Iya, halo?" ujar Alika. Namun setelah orang diseberang telepon berbicara, Alika langsung mengernyitkan dahi dari wajahnya yang semula sangat bersemangat dan terkesan gembira.Alika menunggu agak lama sampai orang yang diseberang telepon selesai berbicara lalu ketika orang itu berhenti, Alika langsung berkata.
"Maaf tapi saya sudah memiliki asuransi. Dan tidak akan berpindah ke asuransi lainnya dalam waktu lama. Terima kasih." ucap Alika segera mematikan teleponnya sebal.
Alika langsung menelungkupkan wajahnya ke atas meja, merasa sangat pasrah. Ia tidak yakin jika harapannya untuk segera memiliki suami akan semudah itu tercapai!
Tiba tiba ponselnya kembali berdering, Alika pun menerima teleponnya dengan keadaan wajah yang masih menelungkup diatas meja.
Ia dekatkan ponselnya ke dekat telinganya. "Apalagi mbak? Saya bilang saya tidak butuh asuransi." ujar Alika yang masih mengira telepon itu dari perusahaan yang menawarkan asuransi.
Seorang perempuan diseberang telepon lalu berkata. "Maaf bu, tapi saya bukan dari perusahaan asuransi. Saya Angela." ucap perempuan di ujung telepon yang langsung membuat Alika melotot dan bangkit duduk detik itu juga.
"Angela dari Angela's cupid?" tanya Alika coba meyakinkan.
"Iya benar bu. Saya ingin menyampaikan, jika saya sudah menemukan pria yang sesuai dengan kriteria yang ibu inginkan." ujar Angela.
Alika merasa sangat senang, raut wajahnya yang semula murung kini tampak bersemangat.
"Serius mbak? Itu beneran sesuai dengan yang saya inginkan bener? Dan dia bersedia menikah dengan saya secara kontrak kan?" tanya Alika.
"Iya bu, meskipun baru kali ini kami mengadakan sistem pernikahan kontrak, semua sesuai yang ibu inginkan dan atur. Tapi ada satu hal bu..." ucap Angela tampak ragu.
"Katakan saja." ujar Alika.
"Apakah ibu merasa tidak apa apa kalau pria ini adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan?" tanya Angela.
"Enggak apa apa. Lagipula sejak awal saya tidak pernah mempermasalahkan latar belakang ekonomi calon suami saya. Bahkan di biodata saya menulis, jika saya akan membiayai semua kebutuhan suami saya dan tak masalah jika calon suami saya membebankan seluruh hal terkait keuangannya ke saya. Bahkan jikapun ia masih kuliah, saya akan membantu membiayainya hingga ia tamat. Atau sekalipun dia pengangguran. Bahkan saya sarankan dia untuk bersenang senang didalam rumah saya. Saya hanya butuh aktingnya saja sebagai seorang suami yang baik." ujar Alika.
"Baik bu." ujar Angela, setelahnya ia kembali berkata.
"Apakah ibu bisa meluangkan waktunya kesini sekarang? Karena pria itu sedang menunggu ibu saat ini. Sekaligus juga untuk segera menyelesaikan perkara ini dan masalah kontraknya. Saya sarankan untuk ibu membawa juga surat pernikahan kontraknya kesini." pinta Angela.
"Okay, saya akan membawanya." ujar Alika hingga akhirnya ia pun menutup telepon tersebut dan merasa begitu gembira dengan hal ini.
Albert yang melihat Alika begitu semringah lantas terdiam menontonnya dan menatap wanita itu datar. Ia lantas berkata. "Sepertinya setelah ini akan turun hujan lebat, melihat anda begitu bersemangat seperti itu membuat saya khawatir dunia akan baik baik saja." ujar Albert.
"Ayolah Al, apa salahnya sedikit bersemangat? Bukankah dunia akan menjadi lebih indah ketika kita menjalaninya dengan semangat?" dalih Alika
"Apakah barusan Andrew mengabarkan kalau istrinya mengalami kecelakaan?" tanya Albert yang mengira jika karena hal kecelakaan itulah yang membuat Alika tampak begitu bersemangat.
"Hey hey, ini tidak ada hubungannya dengan mereka." balas Alika.
"Lantas?" tanya Albert.
"Aku sudah menemukan suami yang sesuai dengan keinginanku Al!!" ucap Alika. Albert hanya mengohkan perkataannya dan masih berwajah datar. Ia menghela nafas setelahnya.
Alika memperhatikan Albert yang nampak menghela nafas dengan wajah yang sama sekali tidak memberikan emosi dan sedatar jalan tol.
Alika curiga apakah Albert cemburu jika dirinya memiliki pasangan? Alika pun dengan bangganya berkata.
"Kenapa kau menghela nafas hmm? Cemburu ya aku sudah punya pasangan?" tanya Alika.
Sebelum acara pertunangan Angela dan Yudistira dilaksanakan. Alika, Lucas, Angela, Yudistira, Albert maupun Risha kini saling jalan-jalan ke Bali. Jika ditanya kenapa Albert dan Risha juga ikutan diajak, ini tidak lain karena Alika yang dibelakang merencanakan sesuatu, tak bukan adalah berniat mencomblangi mereka.Angin laut langsung menerpa dan menyambut mereka kala empat orang itu keluar dari dalam mobil termasuk Shanice. Shanice yang tadi sempat tertidur kini terbangun kembali dalam keadaan fresh.Para lelaki sudah duluan membuka bajunya, tidak ingin kalah dengan para bule yang ikut bertelanjang dada. Berbeda dengan Alika, Risha dan Angela yang sedang duduk di pantai. Menemani Shanice bermain pasir. Risha terus memperhatikan Albert dari kejauhan yang sedang mencoba berenang dengan lainnya. Risha membatin. "Pak Albert pake segala ninggalin gue lagi. Pamer-pamerin perut kotak segala, bikin gue kebayang sama roti sobek." batinnya. Albert tersadar jika dirinya diperhatikan oleh Risha.
Esok paginyaKarina mendekati Risha yang sedang sibuk membuat surat jalan untuk beberapa orang. "Ris, tahu gak? Katanya ada tukang nasi goreng yang enak banget didepan." ucap Karina antusias. Risha menguap. "Masa tukang nasi goreng pagi-pagi begini sih Kar? Tukang nasi goreng tuh malem-malem adanya." ucap Risha. "Beneran loh, teman-teman yang lain pada nyaranin kesana. Katanya enak banget. Udah cepet lo kesana, gue tahu lo pasti belom sarapan kan sekarang? Keburu masuk jam kerja." ucap Karina."Iya sih gue belum sempet makan, gue bahkan niatnya pengen puasa sekarang. Terus pas dzhuhur langsung buka." ucap Risha."Dikira lo anak TK Ris! Udah buruan kesana." suruh Karina."Tapi kok lu tumben nyuruh gue makan pagi? Apa jangan-jangan ada gajah di balik batu?" tanya Risha curiga."Udah kayak lagu wali ya? Udah buruan, nanti keburu kehabisan. Gigit jari lo." ucap Karina. "Lo enggak ada niat mau masukin racun tikus kan ke nasi goreng gue?" tanya Risha."Emangnya lu Mirna! Digaji berapa g
Tiba-tiba Lucas merasa dirinya diperhatikan oleh Angela. Angela yang merasa terpergok berniat pergi akan tetapi Lucas keburu memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang meeting itu. "Sini!" pekik Lucas.Angela merasa heran, ia pun segera masuk ke ruang meeting dan mendekati mereka."Kenapa Kak?" tanya Angela."Ini, kamu pasti enggak kenal kan sama dia?" tanya Lucas menunjuk ke arah Bella. Angela menatap Bella heran. "Siapa?" tanyanya."Ini Bella! Teman SMA kakak waktu di Amerika dulu." ucap Lucas. Angela tersentak dan kaget bukan kepalang. "Kak Bella?! Yang waktu dulu pakai kacamata tebal itu?!" tanya Angela tidak percaya. "Iya! Dia yang dulu suka mengajari kamu matematika!" ucap Lucas, Angela antusias dan langsung memeluk Bella. "Wah, Kak Bella. Aku senang banget bisa ketemu Kakak disini. Kakak ngapain disini? Pangling loh, makin cantik sekarang." ucap Angela. "Bisa aja kamu haha. Aku direktur Belle's corporation. Kamu tidak tahu tentangku juga kah?" tanya Bella.
"Tapi saya memang sejak awal tidak akan termakan oleh bujuk rayu mereka. Hanya andalah yang terlalu memberi ruang dan kesempatan untuk mereka menghancurkan anda, salah satu contohnya adalah saat kejadian anda keguguran beberapa waktu lalu." ucap Albert. Alika tidak menyangka Albert bisa seberani itu mengatakan hal tersebut. Ia yang semakin geregetan pun kembali menginjak kakinya. Sayangnya Albert kembali menghindar. Sepertinya ia sudah hapal sekarang, tentang kebiasaan Alika itu.Tiba-tiba Risha mengetuk pintu ruang kerja Alika. Tanpa sadar itu membuat Albert terkejut dengan kehadiran wanita itu disana. "P-permisi." ucap Risha yang kemudian masuk ke ruangan Alika dan berjalan mendekati mereka seraya membawa dokumen untuk ditanda tangan.Ia letakkan dokumen itu di atas mejanya. "Ini Bu." ucap Risha.Semenjak ia tahu kalau Alika sudah masuk hari ini, berkas yang biasa ditandatangani oleh Albert kini berubah lagi ke Alika. Alika pun menandatangani berkas itu dengan segera. Selesai me
"Iya. Eh tapi kan Bapak kamu ada dirumah sakit ya? Apa mau saya antar baju-bajunya ke rumahmu selagi kamu dirumah sakit?" tanya Lucas."Enggak Pak, enggak perlu. Nanti saya akan pulang ke rumah dulu kok, baru ke rumah sakit lagi." ucap Kinanti.Esok paginya didepan rumah Kinanti Lucas mengeluarkan koper milik Kinanti dan berikan padanya. "Makasih banyak ya Pak. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja meskipun sebentar di rumah Bapak." ucap Kinanti. "Iya sama-sama." ucap Lucas. Tiba-tiba Liza dan Fika keluar dari rumah besar itu. "Eh nongol lagi kesini. Bukannya kemarin niatnya kabur ya?" tanya Fika menyudutkan."Padahal gue udah bisa leha-leha tanpa ada dia." ucap Liza."Kamar yang tadinya milik gue jadi balik lagi dong? Gak seru ah." ucap Fika.Lucas menatap tajam ke arah mereka dan langsung mengeluarkan ponselnya, telepon seseorang."Halo Pak? Dengan bapaknya Kinanti ya? Saya ingin memberitahu kalau anak Bapak Kinanti sedang dibully lagi Pak. Wah yang bener Pak? Harta warisan B
Andrew ikut berkata. "Yah namanya juga orang dengki. Pasti ada saja yang tidak sesuai keinginannya." ucap Andrew. Lucas kesal, ia balik berkata. "Siapa yang dengki? Bukannya kalian yang suka dengki terlalu berlebihan atas apa yang kami miliki?!" tandas Lucas.Liza dan Fika yang mendengar perdebatan mereka saat itu pun berkata. "Duh berisik banget sih mereka." ucap Liza. Mereka pun pergi dari sana. Rachel kembali berkata. "Kami tidak akan dengki kalau kalian tidak suka pamer!" tandas Rachel. Andrew langsung menyabarkan Rachel. "Sudahlah Hel, mereka berkata seperti itu pasti memang ada motifnya. Untuk membuat kita terpancing dan pada akhirnya terjadi hal buruk pada bayi kita." ucap Andrew. Lucas tertawa mentah."Pintar sekali anda membalasnya, padahal istri andalah yang duluan memulai semua perdebatan ini." ucap Lucas."Heh, sangat tidak mau kalah. Pantas saja anda memiliki istri berwatak buruk seperti Alika." ucap Andrew."Saya merasa sangat beruntung telah menemukan istri seper