Home / Romansa / Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku / Bab 114. Melawan Camila dengan Berani

Share

Bab 114. Melawan Camila dengan Berani

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2025-11-27 14:22:02

Beberapa Minggu kemudian...

"Paman, kapan Tuan Rollend akan datang? Setelah beliau datang, aku akan segera mensurvei lokasi tambang di hutan Arfu."

David menemui Maxim di dalam ruangan kerjanya. Dengan wajah yang tidak sabaran itu, Maxim melihat keponakannya yang sangat mirip dengan Papanya, serakah dan terburu-buru.

Helaan napas panjang terdengar dari bibir Maxim saat ini.

"Dalam Minggu-minggu ini beliau akan datang. Tapi, berkas itu tidak langsung aku berikan padamu, Dav. Kau harus ingat syarat yang aku berikan padamu."

David tersenyum lebar. "Iya Paman, jangan khawatir. Aku tidak akan mengecewakan Paman," jawabnya.

"Satu lagi..." Maxim menatap dingin keponakannya, ia beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan David dengan kedua tangannya yang bersedekap dada.

David mengerjapkan kedua matanya penasaran. "A-apa, Paman?"

"Suruh Mamamu diam," ujar Maxim. "Jangan sampai banyak orang yang tahu kalau kalau semua kekayaan Julian Linton, aku berikan padamu. Hal ini bisa me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 192. Uangmu Tidak Bisa Membeli Sakit dan Rinduku

    Sejak pagi hingga siang hari, Maxim sangat sibuk bertemu dengan banyak orang-orang penting. Ia juga tengah mengurus beberapa surat keluarga, dimana Maxim mencoret nama Brian beserta anak dan istrinya dari Keluarga Valdemar. Maxim melangkah masuk ke dalam rumahnya petang ini, setelah kembali dari kantornya. Laki-laki itu menyampirkan jas berwarna navy di lengan kiri dan berjalan sembari melepas kaca mata beningnya. "Selamat malam, Tuan," sapa Andrew menatap Maxim. "Di dalam ada Logan yang sedang menunggu Anda." "Heem." Hanya jawaban itu yang terucap dari bibir Maxim. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam rumah. Maxim mendekati ruangan keluarga di mana Logan berada di sana. Begitu Maxim muncul, Logan segera beranjak dari duduknya dan laki-laki itu menundukkan kepalanya penuh hormat pada sang Tuan. “Selamat malam, Tuan…” "Ada apa?" tanya Maxim tanpa basa-basi, ia duduk di sebuah sofa di dalam ruangan itu. "Tuan, saya datang kemari ingin menyampaikan sesuatu," ujarnya. "Se

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 191. Aku Tidak Takut Padamu, Camila!

    "Tutup mulutmu, Camila! Sudah aku tekankan padamu bahwa kau tidak tahu apapun tentang aku dan Maxim!" Margaret menatap sengit Camila yang kian mengeraskan suaranya, seolah-olah agar didengar oleh semua orang. Camila tersenyum tipis dan ia menggelengkan kepalanya pelan. Perlahan, wanita itu berjalan dua langkah mendekati Margaret dan berbisik. "Kalau kau tidak percaya dengan ucapanku, tunggu saja... Maxim, tidak akan peduli denganmu, bahkan dengan orang-orang yang kau sayangi. Dia merawatmu dengan baik semata-mata karena kau hamil anaknya, dan kau punya kekayaan yang besar milik mendiang orang tuamu. Ingat ucapanku baik-baik, Margaret. Kalau kau tidak percaya, kau bisa membuktikannya sendiri!" Margaret menepis tangan Camila yang menyentuh pundaknya, napasnya naik turun menatap wanita jahat itu. "Maxim tidak seperti yang kau pikirkan," desis Margaret lirih. "Heem. Tidak masalah kalau kau memang berpikir seperti itu. Yang harus kau lakukan, adalah membuktikannya." Camila terk

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 190. Wanita Licik dan Berbisa

    Keesokan paginya, Margaret terbangun dari tidurnya saat hari masih petang. Margaret menghela napasnya pelan dan mengusap perutnya yang tidak sesakit semalam. Gadis itu menoleh ke sofa seberang di mana Pelayan Letiti tertidur di sana. Margaret menatap dalam-dalam wanita itu. saat bersama Pelayan Letiti, rasanya seperti saat ia ditemani oleh Bibi Erika. "Bibi," panggil Margaret pelan. Wanita setengah baya itu langsung tersentak dan bergegas bangun menatap Margaret. "Iya, Nona? Kenapa? Masih sakit, ya?" tanya, wanita itu buru-buru mendekati Margaret. Margaret tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Dalam situasi seperti ini, Margaret merasa dikekang oleh keadaan, bahkan untuk pulang bertemu Nenek dan Bibinya pun ia tidak boleh. Hingga tiba-tiba, Margaret mengulurkan kedua tangannya dan memeluk tubuh wanita tua yang kini akan ia panggil dengan sebutan Bibi Letiti. Wanita itu terkejut begitu Margaret memeluknya erat. Ia tersenyum lembut dan mengusap punggung gadis itu, Letiti m

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 189. Aku Membutuhkanmu Saat ini, Maxim

    Sedangkan di Laster, Margaret terkejut melihat kabar berita besar yang beredar dari Fratz. Nama orang tuanya, Julian Linton dan Dahlia Linton kembali ramai diperbincangkan oleh publik.Lebih tepatnya, sejak berita itu tersebar ke mana-mana dan terungkap kisah tragis di balik kematian mereka yang dibunuh oleh Brian Valdemar. Kini, Margaret berdiri di teras depan rumah membaca berita itu dari sebuah surat kabar yang dibawa oleh Pelayan Letiti. Perasaan Margaret diliputi oleh rasa cemas yang menyesakkan. 'Jadi, kepergian Maxim selama berbulan-bulan untuk hal ini?' batin gadis itu. Margaret mengalihkan pandangannya, ia menatap pemandangan taman rumahnya yang diselimuti sedikit salju. "Maxim," lirih Margaret dengan suara sedih. "Bagaimana dengannya saat ini? Pasti dia sibuk didatangi oleh banyak orang. Bagaimana kalau orang-orang itu menyudutkan Maxim karena Brian juga masih memakai nama Valdemar?" Margaret memijit pelipisnya dan menarik napasnya panjang. Hatinya mulai diliputi benih

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 188. Tamatlah Riwayatmu, Brian!

    Beredarnya berita pembunuhan sepasang konglomerat Barchen sepuluh tahun lalu yang dilakukan oleh Brian, telah tersebar di seluruh pelosok negeri. Tak hanya berita biasa, bahkan semua bukti pun lengkap diungkapkan dalam berita itu. Brian bersama David dan juga Arzura, kini bersembunyi di sebuah rumah baru yang mereka beli beberapa waktu terakhir. Brian tidak bisa tenang. Ia terus digentayangi rasa takut setiap detik, setiap notif ponsel yang tidak ada hentinya, dan gambarnya yang terpajang di mana-mana, termasuk di suara televisi. Istrinya juga terus menangis sejak pagi. "Bagaimana ini, Pa? Apa yang harus kita lakukan? Polisi sedang mencarimu saat ini," ujar Arzura menangis sembari duduk lemas di sofa. "Tenanglah, Arzura! Kalau kau merengek seperti ini, aku tidak bisa berpikir!" pekik laki-laki itu pada istrinya. "Iya, Ma. Tidak hanya Mama yang bingung di sini!" sahut David dengan ekspresi kesalnya. Laki-laki muda itu menyugar rambut hitamnya dan berdecak berkali-kali. "Sial! Ba

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 187. Semua orang-orang yang Menyayangi Margaret

    Berbagai macam barang-barang bayi dari kereta, ranjang ayun, hingga berbagai macam baju dan aksesoris kini tertata rapi di ruang tamu. Margaret terkejut saat seseorang mengantarkan barang-barang itu atas nama pemesan Tuan Maxim Valdemar. Barang-barang kecil yang didominasi warna merah muda cerah, mencerminkan bahwa pemiliknya nanti adalah anak perempuan yang lucu. 'Jadi ... dia memesan semua ini saat tidak bisa pergi denganku?' batin Margaret sambil mengusap boneka gajah berwarna merah muda yang kini ia bawa. Di samping Margaret, Pelayan Letiti tampak begitu gemas dengan banyaknya perabotan-perabotan bayi yang menggemaskan ini. "Ya ampun, Nona ... bajunya sangat lucu sekali. Nona kecil pasti akan sangat cantik memakai baju ini," seru Pelayan Letiti bersama dua pelayan di sampingnya. Margaret tersenyum manis. "Iya, Bi. Warna merah muda pasti cocok untuknya nanti. Apalagi ... dia anak perempuan, pasti menggemaskan." "Ngomong-ngomong, Nona memberi nama siapa untuk Nona kecil nant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status