/ Thriller / Shadow / 04. Target utama

공유

04. Target utama

작가: Fit
last update 최신 업데이트: 2021-02-19 20:46:36

Seminggu setelah terakhir kali Jason mengunjungi Han, kini bocah itu sudah diperbolehkan pulang. Jason hendak menjemput anak tersebut dan membawanya ke rumah. Ia sebenarnya tidak ingin menambah orang menjadi keluarga. Ia sudah terbiasa hidup seorang diri. Walaupun ada keluarga, mereka bahkan enggan menoleh ke arah Jason.

Jason memasuki mobilnya yang terparkir indah di halaman rumah. Kemudian ia melajukan BMW kesayangannya tersebut membelah kota Chicago. Banyak pemandangan yang ia lihat di sepanjang jalan. Jason kembali melihat sekumpulan anak remaja tengah beradu pukul di sebuah gang sepi. Ia ingin bermain sebentar, namun waktu sudah menunjukan pukul 12 siang. Han pasti sudah menunggu nya disana.

"Tunggu aku anak anak manis." Gumam Jason.

Jason sedikit menaikan kecepatan mobilnya agar segera tiba di rumah sakit. Tak perlu waktu lama, ia sudah berada di parkiran yang cukup luas. Bangunan berwarna coklat yang menjulang tinggi sudah ada di depan matanya. Jason segera keluar dari mobilnya dan berjalan memasuki rumah sakit tersebut. Tanpa berlama lama, Jason memasuki lift agar Han tak perlu menunggu. Sebenarnya Jason lebih menyukai tangga darurat, karena menurutnya menaiki tangga lebih lama. Lalu jika menaiki tangga, otak nya akan mulai memikirkan hal hal menyenangkan seperti menjahit tubuh manusia di dalam bantal atau boneka besar.

Begitu keluar dari lift, Jason dapat melihat Han berada di kursi rumah sakit depan kamarnya. Bocah itu nampaknya sudah jenuh berada di dalam rumah sakit. Jason pun menghampiri nya dengan langkah yang sedikit di percepat.

"Ini dia, Han."

Jason menghentikan langkahnya saat suara tak asing keluar dari arah ruang Han. Kemudian muncul dokter wanita dari arah pintu tersebut. Dokter tersebut nampak memberikan sekantung obat kepada Han.

"Terima kasih, dokter Lusiana" Ujar Han.

Dokter tersebut hanya membalas dengan senyuman. Jason pun melanjutkan kembali langkahnya, namun dalam kecepatan normal.

"Paman!" Seru Han.

Jason melambaikan tangannya ke arah bocah tersebut. Lusiana menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh selidik. Jason membalas tatapan itu tanpa ekspresi.

"Ayo kita pulang, Han." Ujar Jason.

Jason mengamit tangan Han tanpa memperdulikan Lusiana yang berada di sampingnya. Jason menarik lengan bocah itu agar cepat pergi dari hadapan Lusiana. Melihat Han yang nampak tak bisa menyamakan langkahnya dengan Jason, Lusiana pun menyusul mereka.

"Pak, tolong bersikap baik kepada anak kecil." Ujar Lusiana sambil melepaskan tangan Han dari Jason.

Jason memicingkan matanya ke arah Lusiana. "Bukankah sudah ku peringatkan sebelumnya?"

Lusiana menarik sebelah sudut bibirnya "Ya? Lalu? Apa kau kira aku takut?"

Jason mengedikan bahunya tak peduli. Jason mengangkat tubuh Han dan menggendongnya seperti karung beras. Kemudian Jason menurunkan Han saat tiba di dalam lift. Dari kejauhan, Jason dapat melihat Lusiana masih menatap mereka.

"Manusia lemah memang sangat senang menangtang kematian." Ujar Jason.

~~~

Tepat pukul 1 siang Franco dan Tim SWAT tiba di Chicago Lakeshore Hospital. Mereka menatap gendung yang menjulang tinggi tersebut. Rumah sakit ini memang cukup besar di banding rumah sakit sekitarnya. Franco memberi komando kepada tim nya untuk mulai memasuki rumah sakit tersebut. Saat tiba di dalam, Franco menuju ke ruang receptionist sedangkan anggota tim nya menunggu di kursi rumah sakit. Franco di sambut ramah oleh wanita cantik dengan rambut sebahu

"Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya wanita tersebut.

Wanita itu bernama April, Franco dapat mengetahuinya lewat Nametag yang terpasang rapih.

"Aku ingin bertemu dengan dokter Lusiana." Jawab Franco.

"Baik. Saya akan menghubunginya. Anda bisa menunggu disana." Ujar wanita tersebut sambil mengarahkan tangannya ke kursi tunggu.

Franco menganggukkan kepalanya lalu pergi ke kursi tunggu. Franco menyapukan pandangannya ke seluruh sudut rumah sakit tersebut. Ia dapat melihat banyaknya pasien yang tengah menunggu giliran untuk di periksa. Sebuah peta rumah sakit mampu menarik perhatiannya. Franco pun mendekati peta tersebut untuk melihatnya lebih dekat. Ia dapat melihat banyaknya ruangan dirumah sakit tersebut melalui peta di hadapannya.

"Siang, tuan Franco."

Franco reflek menolehkan kepalanya menuju sumber suara. Ternyata di sebelahnya sudah berdiri dokter cantik yang ia akan temui.

"Si..siang, dokter Lusiana." Ujar Franco.

Lusiana tersenyum, ia mengarahkan Franco untuk menuju ke kursi. Lalu mereka mulai berbincang mengenai tugas mereka. Setelah cukup banyak yang mereka bicarakan, Franco pun berinisiatif untuk mengajak Lusiana ke Departemen Kepolisian untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang tugas mereka.

Mereka pun segera bergegas dengan menggunakan mini bus yang mereka bawa dari San Fransisco. Selama di perjalanan, anggota tim SWAT mulai memperkenalkan diri masing masing. Mulai dari Hanes yang bertubuh besae, Roger yang gemar tidur, Marley sang koki, dan seorang wanita berwajah garang yang bernama Shella. Mereka semua ramah, Lusiana senang berada di antara mereka.

Tak lama kemudian, mereka tiba di depan kantor Departemen Kepolisian. Mereka di sambut oleh beberapa polisi yang langsung mengarahkan mereka ke ruangan kepala kepolisian. Di dalam ruangan tersebut sudah ada seorang pria lanjut usia yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

"Selamat siang, tuan Holland." Ujar Franco saat sudah memasuki ruangan tersebut.

Pria bernama Holland itu hanya menganggukan kepalanya dan mempersilahkan mereka duduk di kursi yang sudah disiapkan.

"Apa kabarmu, nak?" Tanya Holland kepada putrinya yang mengenakan seragam berbeda.

Lusiana tersenyum. "Aku baik, ayah. Bagaimana kabar ayah?"

Holland membalas senyuman putrinya tersebut. "Aku selalu baik jika putri kesayanganku dalam kondisi yang baik."

Setelah selesai berbincang dengan putrinya, Holland melayangkan pandangannya kepada Franco. Ia harus segera memberitahukan tugas mereka selama satu bulan ke depan.

"Detectif, saya ingin selama menjalankan tugas, kamu tidak terlalu tenggelam di dalamnya." Ujar Holland.

Franco mengerutkan dahinya, ia tidak cukup mengerti dengan ucapan pria tersebut. "Ya, tuan?"

Holland bangun dari kursi kebesarannya. Ia melepaskan sebuah kain penutup yang berada di papan tulis. Disana terdapat beberapa tugas yang harus di kerjakan Franco, tim SWAT, maupun Lusiana.

"Detectif, tugasmu hanya menyelidiki dan mengintai target. Selebihnya tugasmu adalah melindungi Lusiana." Ujar Holland sambil menunjuk ke arah papan tulis.

Franco menggaruk tengkuknya. "Ya, mungkin aku sudah terbiasa dengan menyelidiki atau mengintai sesuatu. Namun jika harus menjadi pengawal, aku tidak yakin."

Holland nampak tidak memperdulikan ucapan Franco. Ia segera membahas tugas yang akan di jalankan oleh tim SWAT. Mereka diberikan tugas seperti biasa. Menyergap, menangkap, dan sebuah tugas tambahan untuk melindungi dokter Lusiana dan Detectif Franco. Sedangkan tugas yang akan di jalankan oleh Lusiana hanyalah memberikan perawatan kepada anggota yang terluka. Ia juga ikut serta dalam pengawasan terhadap publik bersama Franco.

"Jika kalian sudah mengerti, aku akan memperlihatkan sejumlah foto dan identitas target." Ujar Holland.

Kemudian Holland mengeluarkan sebuah map yang cukup tebal dari dalam lemari berkasnya. Disana terdapat beberapa foto wanita paruh baya bersama seorang anak perempuan. Ada juga foto seorang perempuan cantik yang di ambil secara diam diam. Lalu di susul oleh secarik kertas yang berisikan informasi mengenai orang yang ada di dalam foto tersebut. Tertulis bahwa target utama mereka adalah

"Xenovia Cornels."

~~~

Jason menuruni mobilnya dengan tergesa-gesa. Ia sangat terlambat untuk bermain dengan anak-anak yang ia lihat siang ini. Hal tersebut karena Han bersikeras meminta daging yang ada di dalam kulkasnya. Padahal daging itu milik ibu nya. Hari ini adalah ulang tahun kakak tirinya, daging itu sengaja disiapkan untuk kedatangan kakaknya ke Chicago. Namun daging itu sudah berada di dalam perut Han. Ibu nya pasti akan segera memotong lehernya saat tau hal tersebut.

Jason mengitari sekeliling gang itu, namun tak menemukan sosok yang ia cari. Dari kejauhan Jason melihat sosok yang sangat ia hindari. Jason segera bersembunyi di sebelah tempat sampah yang cukup besar. Sosok itu perlahan mendekat dan memuntahkan seluruh isi perutnya di tempat sampah. Jason yang sudah terbiasa dengan bau muntah pun sama sekali tak terganggu.

"Sial. Bagimana bisa ada kasus pembunuhan anak kecil di tempat ini!" Gumam sosok tersebut.

Jason sontak bangkit saat mendengar hal tersebut. Ia lupa bahwa saat ini ia sedang bersembunyi.

"Pembuhan?!" Tanya Jason untuk memastikan pendengarannya.

Sosok di hadapannya itu nampak sangat terkejut hingga ia tersungkur ke belakang.

"Wali Han?"

"Senang bertemu denganmu, dokter Lusiana."

Lusiana bangkit dan bergerak mundur. Kini ia hanya berdua dengan Jason yang menatapnya dengan senyuman. Namun senyuman itu memancarkan aura hitam seperti karakter pembunuh dalam komik yang ia baca. Lusiana diam diam mengambil sebuah botol spray yang sudah diisi air sabun. Biasanya ia menggunakan air itu untuk mencuci tangan, tapi ternyata bisa berguna saat kondisi yang merugikan dirinya.

Lusiana mengarahkan botol spray itu ke arah Jason dan menyemprotkannya.

"Mataku!" Pekik Jason.

Ia sontak terjatuh. Ia terus mengusap matanya yang terasa sangat perih. Sekiranya sudah terasa membaik, Jason membuka matanya. Tidak ada lagi sosok Lusiana yang sudah membuat matanya iritasi.

"Kau yang memulainya, kau juga yang harus mengakhirinya. Lu.si.a.na!"

To be continue..

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Shadow   86. Sampai jumpa (END)

    Hari sudah berganti menjadi pagi. Jason dan Lusiana membawa tubuh Jean yang sudah tak bernyawa ke kabin yang dulunya laboratorium. Jean memang tak minta di makamkan disana, tapi Jason berinisiatif untuk memakamkannya disana. Jason juga sudah menyiapkan lubang di samping kabin untuk makam ayahnya. Jason membuka pintu kabin yang sudah rusak itu. Jason memasuki sebuah ruangan rahasia di dalam kabin tersebut. Lalu ia melihat sebuah peti yang sudah di siapkan oleh Jean bertahun-tahun lama nya. Rupanya peti itu yang pernah di ceritakan oleh Jean padanya. Jason ingin menggunakan peti itu, tapi terlalu berat untuk di angkat berdua dengan Lusiana. Akhirnya Jason dan Lusiana sepakat untuk mengubur Jean hanya menggunakan alas kain. Mereka tak bisa membiarkan siapapun tahu tentang kematian Jean. Jason dan Lusiana membawa tubuh Jean keluar dari mobil. Lalu mereka merebahkan tubuh Jean di atas sebuah kain. Jason menatap Jean yang sudah sangat pucat tersebut. Tubuh Jean

  • Shadow   85. Tangisan perpisahan

    Jean tiba di depan rumah Jason dengan perasaan yang gelisah. Ia segera memasuki pekarangan rumah itu. Saat itu matahari sudah mulai berada cukup tinggi. Jean membuka pintu yang tak terkunci tersebut. Tapi ia sama sekali tak bisa menemukan Jason. Jean pun berkeliling di rumah itu sendirian untuk mencari keberadaan Jason. Tangan Kanan yang belakangan ini selalu mengikutinya itu sudah kembali ke rumahnya. Jean bahkan sudah berpamitan dengan Tangan Kanan. Mereka tidak akan bertemu lagi karena semua masalah sudah selesai, lalu Jean pun akan kembali ke San Francisco.Setelah cukup lama mencari, Jean pun mulai lelah. Ia sama sekali tak menemukan sosok Jason di rumah tersebut. Jean memilih bersantai di sofa ruang tamu yang begitu menggoda. Jean meraih ponsel Watt yang ada di sakunya. Kemudian ia membuka semua gambar di galeri nya yang berisi kenangan tersebut. Jean menghela nafasnya yang terasa berat saat melihat fotonya bersama Watt di taman Tangan Kanan. Saat it

  • Shadow   84. Gelisah

    Jason kembali ke lantai atas setelah bermalam di ruang bawah tanah. Ia bergegas menuju halaman rumahnya. Pagi ini Jason merasakan semua beban di tubuhnya menghilang. Ia bisa tersenyum lepas menatap matahari yang masih malu-malu menampakan dirinya. Jason memejamkan matanya, merasakan sensasi udara pagi yang begitu segar. Lalu Lusiana muncul dari pintu dengan kondisi yang masih berantakan. Nampaknya wanita itu baru saja bangun dari tidurnya.Jason menghampiri Lusiana yang tersenyum ke arahnya. Sebenarnya Lusiana sempat marah padanya sejak insiden penjagalan anggota tim alpha. Namun sepertinya Lusiana sudah bisa melupakan semuanya saat ini."Bagaimana tidur mu?" Tanya Jason.Lusiana melebarkan senyumnya. "Sangat tenang dan nyaman."Jason juga melebarkan senyumnya. "Bagus lah jika begitu."Jason berdeham pelan. "Bagaimana jika kita jalan-jalan hari ini?"

  • Shadow   83. Game over sesungguhnya

    Setengah jam setelah Tangan Kanan mengusulkan ide nya, kini mereka berada di luar rumah Holland. Dari bola mata mereka terlihat kobaran api yang besar. Ternyata mereka lebih memilih membakar bangunan itu daripada mengebom nya. Jean dan Tangan Kanan terus menatap rumah yang terbakar tersebut. Jean sudah menghubungi pemadam kebakaran 5 menit yang lalu. Orang-orang di sekitar juga sudah mulai berkerumun melihat kebakaran tersebut."Kau sudah menghafal dialog nya?" Bisik Tangan Kanan."Belum. Kau cukup menyamakan jawaban dengan ku, kan?" Jawab Jean dengan pelan.Tangan Kanan menganggukan kepalanya. Lalu ia melanjutkan melihat pemandangan si jago merah yang begitu gagah melahap bangunan tersebut. Tak lama kemudian mobil pemadam kebakaran tiba disusul dengan mobil polisi beberapa menit kemudian. Tangan Kanan menatap Jean sekilas sambil mengacungkan ibu jarinya. Jean juga mengacungkan ibu jarinya. 

  • Shadow   82. Satu pikiran

    Sudah lebih dari 5 menit tapi Franco masih terlalu jauh untuk mencapai tangga. Waktu sudah menunjukan pukul 3 p.m. Jason merasakan perutnya terasa sakit. Ia sama sekali belum memakan apapun selama pulang dari rumah sakit. Jason pun berjalan melewati Franco yang masih berusaha melarikan diri dengan cara melata seperti ular. Jason menghembuskan nafasnya pelan saat berada di samping Franco. Kemudian ia segera menaiki anak tangga itu dengan cepat meninggalkan Franco di ruang bawah tanah itu bersama anggota tim alpha yang sudah tewas.Jason keluar dari pintu yang ada di belakang kulkas. Ia segera menghampiri Lusiana yang sedang berdiri memandangi lantai yang bolong. Jason tersenyum manis pada Lusiana, namun Lusiana hanya menatapnya sekilas."Maafkan aku." Ujar Jason.Lusiana mengernyitkan dahinya. "Untuk apa?"Jason menarik sudut bibirnya. "Aku tak menjawab pertanyaan itu. Sekarang

  • Shadow   81. Hadiah untuk tamu

    Franco dan tim alpha yang baru masuk ke rumah Holland itu pun terkejut setelah menonton siaran ulang. Mereka yang mengira Walikota berada disini pun akhirnya memilih untuk segera pergi ke rumah Jason. Tujuan utama mereka hanyalah menyelamatkan Walikota. Jean dan Tangan Kanan yang semula panik kini mulai bisa menghembuskan nafasnya dengan lega. Franco dan tim alpha itu sudah pergi dari rumah tersebut. Seandainya tidak ada siaran langsung itu, mungkin Franco dan tim alpha akan memeriksa bangunan tersebut. Lalu mereka akan menemukan ketiga orang yang sudah di bunuh oleh Jason.Diluar gedung, Franco bersama tim alpha itu sedang menyusun strategi. Mereka harus menyelamatkan Walikota dan menangkap Jason. Franco mengeluarkan selembar kertas dan pulpen dari sakunya. Lalu Franco menggambarkan sesuatu."Kita semua ada 8 orang, kita akan bagi menjadi 4 kelompok. Aku akan datang dari arah gerbang depan. Lalu kelompok 2 dan 3 akan masuk lewat

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status