Home / Fantasi / Shen Xiao / 4-Keinginan Besar

Share

4-Keinginan Besar

Author: Suheri
last update Last Updated: 2023-07-11 13:57:21

"Selesai ini, kita akan ke kota, benarkan Shen Xiao?"

Xin Xin berputar-putar di atas Shen Xiao yang tengah tertidur di rerumputan bersama dengan Bian Xiao, nama bayi Harimau yang Shen Xiao dapat dari Lin Tian.

Lin Tian sendiri tertidur pulas di samping Shen Xiao, sedikit berjaga jarak karena secara langsung Shen Xiao memintanya agar tidur tak dekat-dekat dengannya.

Padahal suasana sudah menuju siang hari. Tetapi mereka masih saja tidak ada pergerakkan untuk bangun, padahal Xin Xin sudah membuat keributan.

Xin Xin memang tak menganggu Lin Tian, ia hanya mengganggu Shen Xiao saja yang lebih penting untuk mengatur arah jalan mereka selanjutnya.

"Shen Xiao, kita akan ke kota kan?" Xin Xin mendekatkan bibirnya di telinga Shen Xiao sampai menggelitik telinga Shen Xiao.

Tetapi sepertinya, rasa kantuk Shen Xiao lebih besar dibandingkan gangguan yang diberikan Xin Xin. Sampai Xin Xin mendengus kesal. "Kebiasaan sekali, selalu saja sulit bangun. Begini nih jika seminggu sekali baru tidur dan sekalinya tidur seperti putri tidur, tapi sayangnya kamu bukan putri melainkan pangeran."

"Pangeran?" Lin Tian menyahutnya dengan bingung dan tampak dari kerutan di dahinya.

Bocah laki-laki itu sudah terbangun dan kini mengambil posisi duduk dengan wajah tampak kusut begitu kentara baru bangun tidur.

Xin Xin mengedikkan bahunya membalasnya acuh, "Aku hanya berumpamaan."

Memperhatikan wajah Shen Xiao yang lebih terlihat jelas ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Lin Tian berkata dengan kekaguman yang tampak jelas dimatanya, "Wajahnya ternyata tidak seburuk sikapnya."

"Menurut ku biasa saja, jika kamu melihat para bangsawan dan keluarga berstatus tinggi. Wajah seperti itu sudah biasa," ujar Xin Xin tanpa sedikit pun menunjukkan kebanggaan memiliki Tuan seperti Shen Xiao.

"Apa seperti itu? Pasti banyak juga gadis yang lebih cantik dari mu?"

Ukhuk!

Xin Xin berbatuk kecil merasa tersedat dengan salivanya sendiri.

Bocah ini! Sebenarnya apa isi otaknya? Kenapa mengesalkan sekali!

"Xin Xin! Kamu kenapa?" Lin Tian langsung beranjak dari duduknya dan menghampirinya cukup panik.

"Pftttt ... Ha ha ha! Dasar Lin Tian bodoh! Ha ha ha!" tawa Xin Xin meledak, tak kuasa melihat ekspresi khawatir Lin Tian yang dianggapnya sangat lucu itu, perutnya menjadi tergelitik.

"Kamu membohongi ku ya?!" Lin Tian berkata marah sampai membuat Xin Xin mengehentikan tawanya.

Melihat amarah Lin Tian. Xin Xin dapat merasakan hawa panas meledak dari tubuhnya sampai-sampai membuat Shen Xiao yang semulanya tertidur pulas menjadi terbangun dengan tekanan aura pembunuh yang begitu kuat menekan mereka berdua hingga keduanya terjatuh telungkup di tanah.

"Sudah kukatakan, jika aku tidur jangan ganggu aku!" tekan Shen Xiao dengan suara keras.

Hal itu membuat Lin Tian dan Xin Xin tertekan sendiri. Keduanya dibuat sama-sama tak bergerak bahkan tak bisa bernapas.

Roar!

"Kamu juga jadi bangun, Bian Xiao." Aura pembunuh itu tertarik kembali berkat Bian Xiao yang baru bangun mengigit jari tangan Shen Xiao menandakan bila bayi Harimau itu sudah sangat kelaparan. Shen Xiao menunjukkan perubahan sikap yang drastis di hadapan hewan mungil itu, sampai-sampai Lin Tian dan Xin Xin saling bertatapan dan menghela napas lega.

Roar! Roar!

"Kamu lapar ya? Ini makanlah darah ku sebanyak-banyaknya. Aku pasti akan dengan senang hati memberikannya kepada mu bayi manisku~ makanlah yang banyak, lalu setelah itu bekerjalah untukku~ "

Lin Tian dan Xin Xin saling melempar pandangan dan akhirnya keduanya menggeleng-geleng kepala tak habis pikir dengan pola pikir Shen Xiao.

"Tuan tidak pernah berubah."

"Buruk sekali sikapnya."

Mereka sama-sama berbicara dari dalam hati tak berani langsung mengatakannya didengar Shen Xiao.

Puas dengan darah yang diberikan Shen Xiao. Bian Xiao bayi Harimau itu sudah sangat mudah bergerak aktif sampai menaiki kepala Shen Xiao dan bertengger di atasnya.

Shen Xiao tak mempermasalahkannya. Ia malah merasa senang Bian Xiao bisa mendapatkan tempat ternyamannya.

"Sekarang kita akan kemana?" tanya Xin Xin saat melihat Shen Xiao sudah berdiri dibantu tongkat bambunya.

"Aku ingin membersihkan diri, sepertinya aku mendengar ada aliran sungai di sini," kata Shen Xiao lalu berjalan pergi.

"Aku ikut, aku juga ingin membersihkan tubuh ku." Lin Tian mengejarnya memilih mengikutinya dan meninggalkan Xin Xin yang sendirian.

Aliran sungai yang mengalir dengan tenang dapat mereka berdua lihat setelah menempuh jalan yang dipenuhi rumput liar dan berduri sampai Lin Tian perlu berhati-hati di setiap langkahnya, jika tidak, mungkin kakinya akan terluka.

Takjubnya Lin Tian saat melihat Shen Xiao yang jalan tanpa memperhatikan apa saja yang diinjaknya. Padahal duri-duri tajam banyak mengenainya. Tapi, ketika sudah sampai dan Lin Tian dapat melihat kaki Shen Xiao lebih jelas. Lin Tian tak sama sekali melihat darah di kaki Shen Xiao.

"Ini bukan sesuatu yang perlu kamu kagumi, ini suatu hal yang wajar jika kamu seorang Kultivator," kata Shen Xiao menyadarkan Lin Tian yang melamun menatap ke bawah dimana kakinya berada.

"Apakah Kultivator sehebat itu?" tanya Lin Tian begitu penasaran.

Roar! Roar!

"Anak pintar, bisakah kamu turun sebentar Bian Xiao?" Shen Xiao menggelitik perut Bian Xiao sampai bayi Harimau itu meloncat turun dari atas kepala Shen Xiao begitu berani, padahal Shen Xiao tengah berdiri. "Kamu anak yang hebat." Acungan jempol Shen Xiao berikan padanya sebagai pujian keberhasilannya turun dengan sempurna dari atas kepalanya.

"Ikut dengan ku, sekarang kita akan membahasnya di saat mandi."

Shen Xiao mendekat ke arah tepi pantai bersama dengan Lin Tian.

Perlahan-lahan Shen Xiao menurunkan kakinya.

"Anda tidak melepaskan pakaian?" tanya bingung Lin Tian.

Shen Xiao tersenyum menanggapi Lin Tian. "Aku akan melepaskannya."

Lin Tian tak berbicara lagi, melihat bagaimana Shen Xiao secara hati-hati menurunkan kaki kirinya yang berbeda dari kaki kanannya. Lin Tian melihat kaki kiri Shen Xiao berwarna kehitaman dan urat-uratnya berwarna merah. Jangan ditanyakan lagi, betapa penasarannya Lin Tian saat ini, bila saja ia tak ingat pesan orang tuanya yang telah tiada, agar selalu menjaga sikap untuk tak terlalu ikut campur dan ingin tahu tentang masalah dan kehidupan orang lain.

"Menjijikkan bukan?"

"E-eh, ti-tidak kok." Lin Tian berusaha mengelaknya gugup, saking kagetnya saat Shen Xiao menyadari ia menatap kakinya.

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa menerima tatapan seperti itu. Aku sendiri merasa jijik melihatnya apalagi orang lain," kata Shen Xiao tanpa mempermasalahkannya.

"Anu ... "

"Panggil aku kakak Shen saja."

"Kak Shen, sepertinya kakak salah paham. Aku menatapnya karena penasaran bukan jijik, sebenarnya apa penyebab kaki kakak seperti? Itu saja." Lin Tian bertanya dengan apa yang telah ia pikirkan sejak tadi.

Shen Xiao cukup terkesima dengan lontaran perkataan Lin Tian yang jarang ia dengar dari orang lain. Rasa penasaran ya? Itu lebih baik dari rasa jijik.

"Anggap saja ini penembusan dosa ku selama ini," kata Shen Xiao dan setelah itu Shen Xiao membuka pakaian sampai menunjukkan punggung putih Shen Xiao yang begitu penuh goresan luka kering dan bukan hanya itu saja, luka yang lain juga terdapat pada lengan, perut, dada serta bagian yang lainnya kecuali yang dilihat Lin Tian, pada bagian wajahnya yang mulus sendiri.

"I-itu ... " Lin Tian kaget melihatnya.

"Bagus bukan?" Shen Xiao tersenyum.

"Kenapa lukanya separah itu?" Lin Tian menjadi sulit berkedip melihat luka yang dimiliki Shen Xiao tak main-main. Wajahnya memang tampan dan bersih, tetapi tubuhnya, kenapa seperti itu?

"Latihan yang ku jalani selama ini terlalu berlebihan, jadi seperti ini," kata Shen Xiao tanpa menunjukkan kebohongan di matanya.

"Apa menjadi pendekar dan Kultivator seburuk itu?" tanya Lin Tian menjadi ragu atas keputusannya menjadi pendekar hebat di saat melihat luka besar Shen Xiao.

Shen Xiao sudah turun ke air dan merendamkan tubuhnya bersama Lin Tian. "Tidak semua pendekar dan Kultivator seperti ku, ada mereka yang merawat tubuhnya dengan bagus tapi berkemampuan hebat dan ada juga jenis orang yang senang mencabik-cabik tubuh sendiri untuk menjadi lebih kuat."

"Sampai segitunya, itu sangat berlebihan," gumam Lin Tian.

"Itu tidak akan berlebihan jika kekuatan yang ingin diraih. Lin Tian, dunia ini keras, jika tidak ingin diinjak-injak, maka kamu harus bisa menginjak balik."

Menengadahkan wajahnya ke atas. Shen Xiao sedikit menghela napas gusar.

"Bisakah dengan cara lain? Tidak ingin diinjak dan tidak ingin juga menginjak," kata Lin Tian memberikan pilihan.

"Bisa, asalkan kamu menjadi yang terkuat." Shen Xiao menoleh ke arah Lin Tian. "Tapi kekuatan juga bukan landasan utama kita bisa tenang. Musuh bisa datang kapan saja jika kamu kuat dan pada dasarnya, menjadi biasa-biasa saja jauh lebih baik."

"Aku tidak tahu tentang dunia ini dan aku hanya ingin menjadi pendekar hebat. Jika kakak mengatakan, pendekar itu tidak semuanya sama, maka menjadi pendekar adalah pilihan yang baik untukku."

Melihat binar semangat di netra merah Lin Tian. Shen Xiao hanya bisa menanggapinya dengan segaris tipis senyuman. "Jika kamu tahu seperti apa dunia keras ini, kamu pasti akan menyesal menjadi pendekar yang kamu impikan," batinnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
MAF_0808
banyak sekali bekas lukanya, kira kira habis melawan siapa dia?
goodnovel comment avatar
Liya liyana
bayi harimau di lasih darah segar ...
goodnovel comment avatar
Viala La
semoga Lin Tian bisa menjadi pendekar yang hebat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Shen Xiao   32-

    Itu suatu hal yang gila. Shen Xiao menelisik pandang ke arah gadis yang berdiri di depan pintu masuk yang terus memasang ekspresi ramah dan hangatnya begitu menghayutkan siapapun yang akan melihatnya. Satu hal yang pasti, ia sangat cantik. Mengalihkan tatap ke arah Teng Fei, lantas Shen Xiao berbisik, "Kau yang benar saja Teng Fei. Aku tidak bisa menikah dengannya." "Kenapa? Kau tidak rugi juga, dia cantik dan kriteria istri idaman yang sempurna untuk dinikahi." "Bukan begitu masalahnya." Shen Xiao memijit pangkal hidungnya. "Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa menikahi gadis ataupun wanita lain." "Jadi kau sudah pernah menikah sebelumnya?" Teng Fei menanggapinya terperanjat kaget. "Bukan, hais~ aku belum pernah menikah. Tapi aku sudah memiliki sumpah dan perjanjian menikah dengan seorang gadis lain. Jika aku mengingkarinya, bukan hanya nyawaku yang terenggut, nyawa gadis atau wanita lain yang kunikahi akan terancam bahaya juga." "Kau membuatku takut." Membahas soal kematian,

  • Shen Xiao   31-

    Pembicaraan mereka terhenti tatkala terdengar suara pusaran air dari sungai di dekat mereka."Sepertinya ada sesuatu." Teng Fei mencoba mendekati untuk memeriksanya.Belum sempat melangkah lebih jauh Shen Xiao mengatakan perintah penuh peringatan tegas, "Jangan mendekatinya jika tidak ingin mati." Tan Wei menoleh, mencoba bertanya, "Itu sebenarnya apa yang terjadi?"Shen Xiao juga penasaran. Ia hanya memperkirakan, "Sungai ini tidak biasa, di dalamnya pasti ada sesuatu. Bisa jadi ada Demon Best di dalamnya.""Tuan, sepertinya kau benar," timpal Shen Long."Shen Long apa kamu sudah memeriksanya?" tanya Shen Xiao pada Hewan bersisik itu."Belum," geleng Shen Long. "Aku hanya percaya dengan perkataanmu Tuan."Shen Xiao menunjukkan pandangan datarnya. "Bukan itu jawaban yang seharusnya kudengar darimu.""Tuan! Shen Long akan memeriksanya!" ucapnya seketika saat melihat ketidaksenangan Shen Xiao padanya, Shen Long langsung saja mengepakkan sayap kecilnya, terbang ke arah sungai beraliran l

  • Shen Xiao   30-Identitas Tak Terduga

    Sesuatu meluncur dari atas dalam waktu tak dapat diperkirakan hampir tepat mengenai Shen Xiao dan Teng Fei yang berada di bawahnya. BLAAAARR! Atas suara memekik Tan Wei yang menyuruh mereka menyingkir, keduanya dapat berhasil selamat dari sesuatu yang jatuh dari atas langit tersebut hingga menimbulkan suara hantaman yang sangat keras mengenai tanah. Shen Xiao hampir merasakan jantungnya terlepas setelah dua kali dikejutkan. Pemuda itu berada dalam posisi berdiri saling berdekatan dengan Teng Fei, karena di saat tadi, ia ditarik Teng Fei cepat menjauh bersama. "Itu apa?" Terdengar gumaman pelan Teng Fei penuh rasa penasaran terhadap sesuatu yang jatuh itu dari atas begitu sangat cepat hampir saja tak disadarinya. Karena rasa penasarannya yang terlalu besar. Teng Fei memutuskan mendekati tempat itu. Perlahan ia berjalan untuk melihat sesuatu yang masih tertutup kepulan debu. Ada kilatan cahaya biru terang yang mulai terlihat dari balik debu yang menutupi. Itu seperti petir. Dan ben

  • Shen Xiao   29-Saling Keras Kepala

    "Sudah beres 'kan?" ujar Shen Xiao pada Tan Wei sembari mengambil duduk di rerumputan dekat dengan para mayat bandit yang ia bunuh tadi."Kau tidak jijik duduk di situ?" Tan Wei menatapnya bergidik ngeri. "Para bandit yang kau bunuh rata-rata mati mengenaskan." Bibirnya berkedut, bulu kuduknya juga berdiri, terasa jelas bahwa ia sangat merinding melihat mayat-mayat bandit yang terbunuh oleh pemuda bertongkat bambu tersebut.Shen Xiao menggeleng. Lalu berkata, "Aku tidak bisa bersikap lembut seperti mu.""Tapi itu tidak manusiawi." Tan Wei baru pertama kali melihat hal yang seperti ini. Dan ia rasa, itu terlihat sangat tak pantas. "Aku kan sudah bilang, aku tidak lembut seperti mu," jelas Shen Xiao lagi dengan nada tegas dan mata terpasang dingin. Tan Wei mendengus gusar. Susah sekali berbicara dengan orang keras kepala sepertinya. Lebih baik ia menghampiri Teng Fei yang berdiri diam menatapi mayat-mayat bandit yang dibunuhnya bersama dua orang yang baru dikenalinya, siapa lagi jika b

  • Shen Xiao   28-Kesialan Datang

    Sreekk! "Nona Li Jia ... !" Chan Fan berteriak kaget. Li Jia baru menapak kaki ke tanah secara tiba-tiba diserang dalam gerakkan cepat tanpa aba-aba oleh An Ni, wanita kembaran An Na yang tadinya melawannya. Karena melihat sang saudarinya terjatuh melawan Li Jia langsung tak sadarkan diri, An Ni tak mengundur waktu memberi balasan ke Li Jia. Li Jia menangkisnya sedikit, namun itu tak menghindarinya terkena goresan cukup dalam di bagian lengan tangannya yang tak tertutup jirah perang. Sampai Chan Fan bergerak cepat melawan An Ni dengan teknik pedang ganda miliknya. "HIYAAATT! MATI KAU!" Sriinggs! Meski tampak kelelahan. An Ni masih bisa menahan serangan kuat Chan Fan. Sorot matanya bahkan masih terpancar tajam, begitu mengandung amarah yang besar terhadap mereka. Li Jia tak mengindahkan luka yang diterimanya. Ia masih peduli dengan lawannya, sebagai seorang pendekar pedang paling muda yang pernah memenangkan turnamen mewakili Sekte-nya. Tak ayal lagi, bila gadis cantik berwajah da

  • Shen Xiao   27-Kewalahan

    Trangg!"Berhati-hatilah." Li Jia menahan serangan yang yang hampir saja mengenai punggung Chan Fan."Nona Li juga." Keduanya saling menahan serangan yang terarah ke arah mereka dengan posisi saling membelakangi.Mereka berdua melawan wanita kembar yang memiliki senjata andalan pedang panjang yang terlihat lemir saat digunakan. Kedua wanita itu memiliki penampilan yang sangat mencolok dengan warna merah. Keduanya memiliki penampilan yang sama, dari atas kepala sampai ujung kaki. Yang membedakan mereka hanya tatanan ikatan rambut. An Na, yang rambutnya terikat miring ke kanan dan An Ni rambutnya terikat miring ke kiri.Menghentikan gerakkannya setelah secara cepat menangkis teknik pedang ganda Chan Fan. An Na berbicara kepada saudari perempuannya, "Saudariku ku, sekarang cukup seru. Kamu harus tunjukkan kepada mereka, seperti apa kerja sama itu." An Na menunjukkan seringaian lebar di hadapan Chan Fan. An Ni berhasil menghalau permainan pedang Li Jia, sejenak berhenti dan memundurkan l

  • Shen Xiao   26-Pertarungan dengan Para Bandit

    Shen Xiao menjatuhkan pandangannya ke arah seorang bandit yang memegang bendera dengan lambang gagak hitam. Dari atas tempatnya berada, di benteng pertahanan kota bersama beberapa prajurit pertahanan di kota ini, yang tak pernah terlihat, namun kini terlihat di saat-saat genting bersama Zhang Cheng. Karena mereka merupakan prajurit terlatih Zhang Cheng yang akan digerakkan di saat seperti ini."Aku merasa pernah menemuinya," gumam Shen Xiao merasakan perasaan familiar dengan seseorang tersebut."Tuan Shen, jangan membunuh lagi." Shen Xiao menoleh ke samping tersadar dengan panggilan Xin Xin Hewan kontraknya sambil menarik pelan lengan bajunya sembari memberikan tatapan memohon di matanya."Huft ... aku tidak bisa jamin," ujar Shen Xiao menghembuskan pelan napasnya menyatakan keraguan di matanya.Xin Xin menyahutnya tegas, "Maka pergi dari sini, tetaplah berada di kediaman keluarga Li. Jangan berada di tempat yang akan memunculkan rasa haus darah mu kembali. Di sini bahaya untuk mu. Ak

  • Shen Xiao   25-Dikepung

    "Sepertinya aku tidak bisa menahannya." Shen Xiao berkata pada Xin Xin lewat telepati dan saat ini matanya menunjukkan rasa canggung kepada gadis Phoenix itu.Xin Xin mendengus kesal. "Huh! Kebiasaan.""Apa dia sekuat itu?!""Ini tidak benar, dia pasti pimpinan bandit!""Matilah kita, sekarang kota kita akan hancur kembali."Li Jia yang tadinya begitu membela Shen Xiao menjadi menatapnya penuh keraguan. Apa benar Shen Xiao itu pimpinan bandit."Haiss~ aku sudah muak mendengarnya." Shen Xiao memegangi kepalanya dan satu tangannya memegangi tongkat bambunya yang sempat dipijak pria berjubah tadi, hingga ia spontan memukulnya. "Pimpinan banditlah, kakak buruklah, pendosalah. Apa saja kalian tuduhkan padaku. Sebenarnya mata dan otak kalian itu, kalian letak di mana sampai semudah itu menilai orang? Aku bukan seorang yang kalian kira seburuk itu, walaupun aku sadar, aku bukan orang yang baik. Sebenarnya, apa kalian tidak berpikir? Semua orang itu tidak ada yang murni berhati baik. Semuanya

  • Shen Xiao   24-Terpelanting

    "Nona Li Jia, apa yang dia lakukan di sini?""Tidak biasanya Nona Li Jia akan ikut campur. Apa dia memiliki hubungan sesuatu dengan laki-laki itu?""Aku dengar bahwa keluarga Li membawa orang asing lagi di keluarganya? Sepertinya benar dan dia pemuda asing itu."Bisikan para warga terdengar setelah keheningan tercipta. Dalam tiap langkah yang diambil gadis itu, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan berbagai bisikan."Bisakah berhenti mulai sekarang? Tindakan yang Anda lakukan sudah cukup sampai di sini." Li Jia membuka suara kembali saat sudah berdiri di depan sosok berjubah putih dengan penutup tudung yang membuat wajahnya sampai sulit terlihat orang, kecuali jika berjarak dekat dengannya."Jangan ikut campur," ucapannya dingin.Li Jia berkata, "Mau sampai kapan? Tindakan Anda sudah cukup keterlaluan untuk saya tidak ikut campur.""Kembalilah pulang, di sini bukan tempat mu, Nona.""Saya warga kota ini, saya memiliki suara atas kota ini. Dan Anda ... siapa Anda?" Li Jia masih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status