Home / Fantasi / Shen Xiao / 5-Pengejaran

Share

5-Pengejaran

Author: Suheri
last update Last Updated: 2023-08-23 23:04:11

Di dalam kegelapan hutan. Terdapat dua anak kecil berbeda jenis kelamin tengah berlari cepat berusaha menghindar dari kejaran orang-orang yang membantai habis Klan mereka. Mereka berdua berlari tak tahu arah memasuki hutan yang sama sekali tak pernah mereka jamah, hanya demi bisa meloloskan diri dari para pembunuh yang berniat menghabisi seluruh Klan mereka. Apalagi mereka berdua satu-satunya lah yang tersisa dari Klan tersebut.

Salah satunya, anak laki-laki yang tubuhnya sedikit tinggi dari anak perempuan di depannya denhan jarak usia 3 tahun lebih tua dari anak perempuan yang menggandeng tangannya berusaha mengajaknya berlari cepat dengan anak perempuan itu yang mengarahkannya. Namun, sepertinya terlihat sendiri, anak laki-laki itu sudah merasa tak sanggup lagi untuk berlari kembali dalam keadaannya yang terluka parah seperti itu. Dia sampai berhenti sambil memegangi perutnya yang terluka akibat terkena serangan pedang dari pembunuh bayaran tersebut.

Merasa saudara laki-lakinya terhenti. Yu Rong, gadis kecil itu seketika membalikkan tubuhnya melihat ke belakang saudaranya yang sudah tampak pucat sekali dan hampir kehilangan tenaga untuk berdiri sampai-sampai dia membungkuk seperti itu. "Kak, kita harus cepat, kakak kamu harus bisa menahannya."

Dengan wajah penuh kekhawatiran dan rasa takut yang teramat besar ditambah lagi melihat luka yang parah diterima saudara lelakinya. Perasaan Yu Rong terasa campur aduk, ia takut, ia sedih, ia juga merasa tidak kuat lagi bila harus melihat saudaranya seperti ini sedangkan mereka masih dalam pengejaran para pembunuh bayaran.

Suara Yu Jingmi sampai terdengar getir, "Rong 'er, aku sudah tidak bisa menahannya. Sudah tinggalkan aku saja, kamu pergilah, lari secepatnya dari sini."

"Tidak, aku tidak akan melakukan itu." Yu Rong menolaknya, menggeleng-geleng.

Jelas saja, sekarang ia hanya memiliki Yu Jingmi saudara. Sedangkan para saudaranya yang lainnya, Klan Yu, sudah habis ditangan para pembunuh bayaran yang kejam itu.

"Rong 'er, nasib Klan kita ada di tangan mu sekarang, hosh ... ka-kamu harus pergi dari sini." Sudah rasanya tidak kuat lagi, tubuhnya hampir limbung, Yu Rong sampai memeganginya untuk menahannya agar tetap bisa berdiri.

Air mata Yu Rong sampai terjatuh. Ia tidak bisa harus meninggalkan saudara laki-laki-nya di sini sendirian. Ia tidak sanggup harus kehilangannya. Sudah cukup ia kehilangan orang tuanya dan seluruh Klan-nya. Sekarang jika Yu Jingmi pergi, bagaimana kehidupannya setelah ini? Siapa nanti yang akan selalu menjadi tumpuan hidupnya selain kedua orang tuanya yang sudah mati?

"Kita pasti bisa selamat, kakak harus yakin kita bisa sama-sama selamat." Meski menangis, suara Yu Rong masih terdengar jelas, gadis itu berusaha keras meyakinkan Yu Jingmi.

Yu Jingmi berusaha menatap Yu Rong dengan matanya yang terasa berat, sayup-sayup akan menutup. "Rong 'er, aku sudah tidak tahan lagi," katanya lirih dan kali pertamanya anak laki-laki itu mengatakan keluhannya, padahal biasanya sesakit apapun kondisi tubuh Yu Jingmi. Anak itu pasti akan memendam rasa sakitnya sendiri tanpa harus mengatakannya.

"Kakak harus bertahan!" tegasnya berusaha menguatkan Yu Jingmi. "Setidaknya demi aku," sambungnya lirih.

"Rong 'er ... dengarkan kakak, larilah, carilah bantuan lebih dahulu. Sementara itu biar kakak yang menghadang mereka di sini." Yu Jingmi berusaha menguatkan dirinya untuk berdiri tanpa bantuan Yu Rong, anak laki-laki itu mendorong sedikit tubuh Yu Rong agar menjauh darinya dan pergi meninggalkannya.

"Apa yang kakak lakukan? Kakak ingin menghadang mereka dengan tubuh kakak yang sudah melemah begini?" Yu Rong sedikit meninggikan suaranya merasa dibuat kesal dengan sikap berlebihan kakaknya yang paling Yu Rong benci. Yu Jingmi terlalu peduli dengan orang lain, bahkan lupa untuk memperdulikan dirinya sendiri dan sekarang Yu Jingmi berniat mengorbankan diri demi-nya.

Air mata Yu Rong semakin terjatuh. Gadis kecil itu memeluk tubuh lemah Yu Jingmi yang sudah hampir tak bertenaga lagi. Tak peduli darah Yu Jingmi menempel mengotori bajunya. Yu Rong tetap memeluk saudara laki-lakinya itu yang biasanya Yu Rong akan memanggilnya kakak atau Jingmi Gege. "Jingmi Gege sudah berjanji menjaga Rong 'er. Jingmi Gege tidak berbohong 'kan?"

Yu Rong ketakutan sekali. Tubuh Yu Jingmi melemas, keseimbangannya sudah tak tertahankan ditambah lagi Yu Rong tak bisa menahan berat tubuh Yu Jingmi yang lebih besar darinya sampai keduanya sama-sama terjatuh terduduk. Anak laki-laki yang lebih tua usianya dari Yu Rong gadis kecil itu terjatuh pingsan tak sadarkan diri dalam pelukan Yu Rong.

"Jingmi Gege ... " Yu Rong menepuk-nepuk wajah Yu Jingmi untuk menyadarkannya di tengah air mata Yu Rong yang semakin deras terjatuh sampai itu mengenai wajah Yu Jingmi yang begitu pucatnya. " ... bangun ... "

Drap! Drap! Drap!

Krusak! Krusuk!

Krusak! Krusuk!

Jantung Yu Rong menjadi berpacu panik, suara derap langkah kaki terdengar kian mendekat ke arahnya. Yu Rong sangat ketakutan, tubuhnya sampai tak terkendali, gemetaran. Sambil memeluk Yu Jingmi yang sudah tak sadarkan diri dan mata Yu Rong ikutan terpejam demi menghilangkan rasa takutnya yang sangat besar, apalagi kini ia sendirian.

Yu Rong membatin, "Ibu, ayah, kakek, Tetua Klan ... aku takut."

"Tuan! Apa yang ku katakan, aku benarkan? Perkataan ku itu selalu benar, dan kau salah, lihatlah kau pasti kesasar lagi!" emosi Xin Xin teruji kembali, batas kesabarannya sudah habis dengan tingkah laku Tuan-nya sendiri yang masih saja tidak mempercayainya malah yakin dengan dirinya sendiri yang masih buta arah.

Pipi Xin Xin mengembang seperti bakpao sampai Shen Xiao menatapnya hampir meneteskan air liurnya.

"Kak Shen, kita sekarang ada di mana?" Lin Tian menggoyangkan tangan Shen Xiao menanyai pemuda itu yang asik menatap Xin Xin dengan matanya yang berbinar-binar penuh rasa semangat ingin melahapnya.

Xin Xin membalikkan tubuhnya yang mengambang terbang dengan sayap biru indahnya sambil berceloteh, "Kau jangan tanya dia Lin Tian, jelas saja dia tidak ... " Xin Xin menghentikan bicaranya sejenak, alisnya dibuat naik sebelah melihat tatapan mata Shen Xiao yang menatapnya berbeda. " ... apa yang sedang kau pikirkan bajingan mesum?!" Spontan Xin Xin berteriak lantang dan di saat itu pula Shen Xiao tersentak kaget, langsung sadar.

Bian Xiao sampai terbangun dari tidurnya dan meloncat dari kepala Shen Xiao tepat tertangkap cepat di tangan Lin Tian.

"Kau mengagetkanku Xin Xin!" teriak marah Shen Xiao sampai telinga Xin Xin dijewer keras olehnya.

Xin Xin merintih kesakitan dan meminta ampun agar Shen Xiao melepaskannya. Shen Xiao semulanya tak ingin menuruti gadis Blue Phoenix itu, jika saja Shen Xiao tak mendengar suara lirih penuh permohonan dari seorang gadis dengan indra pendengarannya yang tajam, yang bisa mendengar suara sepelan apapun kecuali suara hati.

Shen Xiao melepaskan jewerannya. Pemuda bertongkat bambu itu memilih melangkah mengikuti sumber suara.

Namun Shen Xiao menghentikan langkahnya kembali. Lin Tian yang membawa Bian Xiao sambil ikutan berjalan mengikuti Shen Xiao menjadi mebarak Shen Xiao.

"Kak Shen, kenapa kau berhenti mendadak?"

Shen Xiao tersenyum manis. Xin Xin yang terbang di samping Shen Xiao melihatnya menjadi mendesah pelan. Jangan perhatian senyumannya itu, yang jelas pasti akan ada sesuatu yang terjadi di balik senyumannya itu.

"Keluarlah," ujar Shen Xiao.

Mendadak setalah Shen Xiao berujar tegas ada banyak orang yang datang dari segala sisi, mereka dibuat terkepung, sampai Lin Tian yang melihatnya merasa takut sendiri memilih mendekati Shen Xiao. Beda dengan Bian Xiao si bayi harimau itu, ia malah asik tidur nyaman di tangan Lin Tian.

"Kak Shen, siapa mereka?" tanya Lin Tian takut.

"Calon mayat."

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
MAF_0808
tega sekali mengatakan calon mayat. Dasar shen xiao
goodnovel comment avatar
Liya liyana
siapa mereka yang mengepung
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
siap tempur
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Shen Xiao   32-

    Itu suatu hal yang gila. Shen Xiao menelisik pandang ke arah gadis yang berdiri di depan pintu masuk yang terus memasang ekspresi ramah dan hangatnya begitu menghayutkan siapapun yang akan melihatnya. Satu hal yang pasti, ia sangat cantik. Mengalihkan tatap ke arah Teng Fei, lantas Shen Xiao berbisik, "Kau yang benar saja Teng Fei. Aku tidak bisa menikah dengannya." "Kenapa? Kau tidak rugi juga, dia cantik dan kriteria istri idaman yang sempurna untuk dinikahi." "Bukan begitu masalahnya." Shen Xiao memijit pangkal hidungnya. "Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa menikahi gadis ataupun wanita lain." "Jadi kau sudah pernah menikah sebelumnya?" Teng Fei menanggapinya terperanjat kaget. "Bukan, hais~ aku belum pernah menikah. Tapi aku sudah memiliki sumpah dan perjanjian menikah dengan seorang gadis lain. Jika aku mengingkarinya, bukan hanya nyawaku yang terenggut, nyawa gadis atau wanita lain yang kunikahi akan terancam bahaya juga." "Kau membuatku takut." Membahas soal kematian,

  • Shen Xiao   31-

    Pembicaraan mereka terhenti tatkala terdengar suara pusaran air dari sungai di dekat mereka."Sepertinya ada sesuatu." Teng Fei mencoba mendekati untuk memeriksanya.Belum sempat melangkah lebih jauh Shen Xiao mengatakan perintah penuh peringatan tegas, "Jangan mendekatinya jika tidak ingin mati." Tan Wei menoleh, mencoba bertanya, "Itu sebenarnya apa yang terjadi?"Shen Xiao juga penasaran. Ia hanya memperkirakan, "Sungai ini tidak biasa, di dalamnya pasti ada sesuatu. Bisa jadi ada Demon Best di dalamnya.""Tuan, sepertinya kau benar," timpal Shen Long."Shen Long apa kamu sudah memeriksanya?" tanya Shen Xiao pada Hewan bersisik itu."Belum," geleng Shen Long. "Aku hanya percaya dengan perkataanmu Tuan."Shen Xiao menunjukkan pandangan datarnya. "Bukan itu jawaban yang seharusnya kudengar darimu.""Tuan! Shen Long akan memeriksanya!" ucapnya seketika saat melihat ketidaksenangan Shen Xiao padanya, Shen Long langsung saja mengepakkan sayap kecilnya, terbang ke arah sungai beraliran l

  • Shen Xiao   30-Identitas Tak Terduga

    Sesuatu meluncur dari atas dalam waktu tak dapat diperkirakan hampir tepat mengenai Shen Xiao dan Teng Fei yang berada di bawahnya. BLAAAARR! Atas suara memekik Tan Wei yang menyuruh mereka menyingkir, keduanya dapat berhasil selamat dari sesuatu yang jatuh dari atas langit tersebut hingga menimbulkan suara hantaman yang sangat keras mengenai tanah. Shen Xiao hampir merasakan jantungnya terlepas setelah dua kali dikejutkan. Pemuda itu berada dalam posisi berdiri saling berdekatan dengan Teng Fei, karena di saat tadi, ia ditarik Teng Fei cepat menjauh bersama. "Itu apa?" Terdengar gumaman pelan Teng Fei penuh rasa penasaran terhadap sesuatu yang jatuh itu dari atas begitu sangat cepat hampir saja tak disadarinya. Karena rasa penasarannya yang terlalu besar. Teng Fei memutuskan mendekati tempat itu. Perlahan ia berjalan untuk melihat sesuatu yang masih tertutup kepulan debu. Ada kilatan cahaya biru terang yang mulai terlihat dari balik debu yang menutupi. Itu seperti petir. Dan ben

  • Shen Xiao   29-Saling Keras Kepala

    "Sudah beres 'kan?" ujar Shen Xiao pada Tan Wei sembari mengambil duduk di rerumputan dekat dengan para mayat bandit yang ia bunuh tadi."Kau tidak jijik duduk di situ?" Tan Wei menatapnya bergidik ngeri. "Para bandit yang kau bunuh rata-rata mati mengenaskan." Bibirnya berkedut, bulu kuduknya juga berdiri, terasa jelas bahwa ia sangat merinding melihat mayat-mayat bandit yang terbunuh oleh pemuda bertongkat bambu tersebut.Shen Xiao menggeleng. Lalu berkata, "Aku tidak bisa bersikap lembut seperti mu.""Tapi itu tidak manusiawi." Tan Wei baru pertama kali melihat hal yang seperti ini. Dan ia rasa, itu terlihat sangat tak pantas. "Aku kan sudah bilang, aku tidak lembut seperti mu," jelas Shen Xiao lagi dengan nada tegas dan mata terpasang dingin. Tan Wei mendengus gusar. Susah sekali berbicara dengan orang keras kepala sepertinya. Lebih baik ia menghampiri Teng Fei yang berdiri diam menatapi mayat-mayat bandit yang dibunuhnya bersama dua orang yang baru dikenalinya, siapa lagi jika b

  • Shen Xiao   28-Kesialan Datang

    Sreekk! "Nona Li Jia ... !" Chan Fan berteriak kaget. Li Jia baru menapak kaki ke tanah secara tiba-tiba diserang dalam gerakkan cepat tanpa aba-aba oleh An Ni, wanita kembaran An Na yang tadinya melawannya. Karena melihat sang saudarinya terjatuh melawan Li Jia langsung tak sadarkan diri, An Ni tak mengundur waktu memberi balasan ke Li Jia. Li Jia menangkisnya sedikit, namun itu tak menghindarinya terkena goresan cukup dalam di bagian lengan tangannya yang tak tertutup jirah perang. Sampai Chan Fan bergerak cepat melawan An Ni dengan teknik pedang ganda miliknya. "HIYAAATT! MATI KAU!" Sriinggs! Meski tampak kelelahan. An Ni masih bisa menahan serangan kuat Chan Fan. Sorot matanya bahkan masih terpancar tajam, begitu mengandung amarah yang besar terhadap mereka. Li Jia tak mengindahkan luka yang diterimanya. Ia masih peduli dengan lawannya, sebagai seorang pendekar pedang paling muda yang pernah memenangkan turnamen mewakili Sekte-nya. Tak ayal lagi, bila gadis cantik berwajah da

  • Shen Xiao   27-Kewalahan

    Trangg!"Berhati-hatilah." Li Jia menahan serangan yang yang hampir saja mengenai punggung Chan Fan."Nona Li juga." Keduanya saling menahan serangan yang terarah ke arah mereka dengan posisi saling membelakangi.Mereka berdua melawan wanita kembar yang memiliki senjata andalan pedang panjang yang terlihat lemir saat digunakan. Kedua wanita itu memiliki penampilan yang sangat mencolok dengan warna merah. Keduanya memiliki penampilan yang sama, dari atas kepala sampai ujung kaki. Yang membedakan mereka hanya tatanan ikatan rambut. An Na, yang rambutnya terikat miring ke kanan dan An Ni rambutnya terikat miring ke kiri.Menghentikan gerakkannya setelah secara cepat menangkis teknik pedang ganda Chan Fan. An Na berbicara kepada saudari perempuannya, "Saudariku ku, sekarang cukup seru. Kamu harus tunjukkan kepada mereka, seperti apa kerja sama itu." An Na menunjukkan seringaian lebar di hadapan Chan Fan. An Ni berhasil menghalau permainan pedang Li Jia, sejenak berhenti dan memundurkan l

  • Shen Xiao   26-Pertarungan dengan Para Bandit

    Shen Xiao menjatuhkan pandangannya ke arah seorang bandit yang memegang bendera dengan lambang gagak hitam. Dari atas tempatnya berada, di benteng pertahanan kota bersama beberapa prajurit pertahanan di kota ini, yang tak pernah terlihat, namun kini terlihat di saat-saat genting bersama Zhang Cheng. Karena mereka merupakan prajurit terlatih Zhang Cheng yang akan digerakkan di saat seperti ini."Aku merasa pernah menemuinya," gumam Shen Xiao merasakan perasaan familiar dengan seseorang tersebut."Tuan Shen, jangan membunuh lagi." Shen Xiao menoleh ke samping tersadar dengan panggilan Xin Xin Hewan kontraknya sambil menarik pelan lengan bajunya sembari memberikan tatapan memohon di matanya."Huft ... aku tidak bisa jamin," ujar Shen Xiao menghembuskan pelan napasnya menyatakan keraguan di matanya.Xin Xin menyahutnya tegas, "Maka pergi dari sini, tetaplah berada di kediaman keluarga Li. Jangan berada di tempat yang akan memunculkan rasa haus darah mu kembali. Di sini bahaya untuk mu. Ak

  • Shen Xiao   25-Dikepung

    "Sepertinya aku tidak bisa menahannya." Shen Xiao berkata pada Xin Xin lewat telepati dan saat ini matanya menunjukkan rasa canggung kepada gadis Phoenix itu.Xin Xin mendengus kesal. "Huh! Kebiasaan.""Apa dia sekuat itu?!""Ini tidak benar, dia pasti pimpinan bandit!""Matilah kita, sekarang kota kita akan hancur kembali."Li Jia yang tadinya begitu membela Shen Xiao menjadi menatapnya penuh keraguan. Apa benar Shen Xiao itu pimpinan bandit."Haiss~ aku sudah muak mendengarnya." Shen Xiao memegangi kepalanya dan satu tangannya memegangi tongkat bambunya yang sempat dipijak pria berjubah tadi, hingga ia spontan memukulnya. "Pimpinan banditlah, kakak buruklah, pendosalah. Apa saja kalian tuduhkan padaku. Sebenarnya mata dan otak kalian itu, kalian letak di mana sampai semudah itu menilai orang? Aku bukan seorang yang kalian kira seburuk itu, walaupun aku sadar, aku bukan orang yang baik. Sebenarnya, apa kalian tidak berpikir? Semua orang itu tidak ada yang murni berhati baik. Semuanya

  • Shen Xiao   24-Terpelanting

    "Nona Li Jia, apa yang dia lakukan di sini?""Tidak biasanya Nona Li Jia akan ikut campur. Apa dia memiliki hubungan sesuatu dengan laki-laki itu?""Aku dengar bahwa keluarga Li membawa orang asing lagi di keluarganya? Sepertinya benar dan dia pemuda asing itu."Bisikan para warga terdengar setelah keheningan tercipta. Dalam tiap langkah yang diambil gadis itu, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan berbagai bisikan."Bisakah berhenti mulai sekarang? Tindakan yang Anda lakukan sudah cukup sampai di sini." Li Jia membuka suara kembali saat sudah berdiri di depan sosok berjubah putih dengan penutup tudung yang membuat wajahnya sampai sulit terlihat orang, kecuali jika berjarak dekat dengannya."Jangan ikut campur," ucapannya dingin.Li Jia berkata, "Mau sampai kapan? Tindakan Anda sudah cukup keterlaluan untuk saya tidak ikut campur.""Kembalilah pulang, di sini bukan tempat mu, Nona.""Saya warga kota ini, saya memiliki suara atas kota ini. Dan Anda ... siapa Anda?" Li Jia masih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status