Bagi werewolf, bulan mati adalah hal yang mengerikan terutama untuk mereka yang menjadi warrior atau watcher yang bertugas di luar wilayah. Bulan mati adalah saat di mana werewolf mengalami penurunan kekuatan yang drastis. Jika di wilayah netral, mereka tidak terlalu khawatir karena perjanjian lama yang mengikat. Namun, jika di wilayah konflik, mereka memilih untuk mundur.
Akan tetapi, bulan mati tidak akan berlaku pada serigala deltha. Kekuatan mereka tetap seimbang dan selaras tanpa pengurangan atau penambahan bahkan saat bulan purnama sempurna, bulan saat puncak kekuatan werewolf. Maka dari itulah serigala deltha juga diperebutkan keberadaannya.
Sebenarnya, pilihan yang diberikan oleh sang luna untuk menjadikan Lunar sebagai rogue adalah pilihan yang sama sekali tidak ingin ia dengar dari Lunar. Mereka ingin Lunar lebih memilih untuk me-reject(menolak) pasangannya. D
Dhuar!Sebuah ledakan besar terjadi di area yang akan Lunar kunjungi. Lunar yang mendengar itu terkesiap dan melihat di antara pepohonan ada asap tebal membumbung. Bulan mati telah terbit, tetapi keadaan masih belum terlalu gelap dan penglihatan Lunar masih bisa melihatnya dengan jelas.“Aku ha-“Ucapan Lunar harus terputus saat ia memalingkan mukanya kembali ke arah sosok itu, ia tidak mendapati lagi sosok itu di tempatnya. Ia bingung. Hanya separuh mukanya yang terlihat, itu pun hanya bagian bawah. Rambut dan sekujur tubuhnya sama sekali tak bisa terlihat karena tertutup jubah panjang yang membalut seluruh tubuhnya. Namun, satu hal yang Lunar ingat adalah suaranya. Ia akan mengingatnya, dan akan berusaha untuk menemukannya hanya dengan petunjuk suara itu.Setelah tidak mendapati sosok itu di tempatnya, Lunar bergegas pergi menuju tempat ledakan itu. Ia berlari dengan kecep
Entah kebetulan atau tidak, saat Lunar telah mendekati tempat ia akan melancarkan serangannya, Lunar menemukan bahwa dirinya berada tak jauh dari tempat pertama kali ia bertemu dengan Davian. Tak terasa, air mata kembali menitik dari kelopak mata Lunar. Ia harus berkorban. Atau jika tidak ia akan kehilangan banyak warga pack dan juga alpha-nya.Jleb!“Arrggghhhhh!”Satu panah yang dilontarkannya berhasil mengenai lengan kanan Davian, membuat mate-nya itu menoleh padanya dan berhasil menyelamatkan beberapa warrior yang akan diserang oleh Davian. Lunar bersyukur, setidaknya kali ini rencananya berhasil.Panah itu cukup bisa membuat luka untuk Davian karena ujung panah itu adalah perak, serat akar wolfsbane dan racun tanaman vervain. Perak adalah logam kelemahan vampire serta werewolf, akar wofsbane banyak mengandu
“Lunar!” teriak Dion saat menyadari Lunar melakukan hal yang tak diduganya.Akan tetapi, teriakan Dion telah terlambat karena Lunar telah sampai di tengah-tengah mereka. Dion mematung saat melihat bagaimana keadaan lunar yang berada di antara mereka berdua. Perlahan, tremor mulai melingkupi tubuhnya yang mulai melemas.Di sana, di tempat yang tak jauh darinya yang keadaannya terkunci oleh vampire itu, Dion menemukan bahwa Lunar terhimpit di antara keduanya. Dion tak bisa memastikan apapun. Namun, ia sangat yakin jika keadaan Lunar sama sekali tidak sedang baik-baik saja.“Tak seharusnya kau ikut campur dalam masalah ini, Shewolf!” ujar vampire itu dengan nada dingin. Tangannya yang memegang pedang panjang itu ia gerakkan perlahan dan menimbulkan ringisan di bibir Lunar yang mulai ternodai darah yang keluar dari mulutnya.“Maaf,” bisik Lun
Lunar berdiri dengan kepala tertunduk dan air mata yang menetes dari kelopak matanya. Di sampingnya, ada Luna Andin yang juga berdiri dengan memakai pakaian hitam tanda berkabung. Jika hitam adalah pakaian Luna Andin untuk menunjukkan bahwa ia berkabung, maka tidak untuk Lunar. Ia memakai pakaian biasa berwarna abu-abu. Hanya ada mereka berdua di tempat itu.Di sana , di depan mereka berdua berdiri, ada sebuah gundukan yang tanahnya sudah kering. Entah sudah berapa lama gundukan tanah itu dibuat, Lunar tak tahu.“Luna, aku tak tahu harus berkata apa lagi selain maaf dan terima kasih. Maaf, Luna. Aku tidak bisa menepati janjiku untuk melindungi Alpha. Terima kasih juga, Luna. Karena telah memberikanku waktu hingga aku sembuh,” ujar Lunar. Kepalanya masih tertunduk, dan isakan kecil masih sesekali terdengar darinya.“Tidak apa, Deltha Lunar. Kau sudah berusaha semampumu. Aku tidak akan menyalahkanmu atas
“Deltha Lunar, sekarang jadwal jagamu di perbatasan tenggara, ya!” Lunar mengangguk pelan mendengar perintah dari gamma yang bertugas memberitahukan jadwal jaga. Padahal, dalam hatinya Lunar telah bersorak gembira. Tidak mungkin, kan, ia balas dengan antusias? Bisa-bisa, gamma tadi menyelidiki tentang perubahan hatinya. Perbatasan tenggara, tempat di mana ia dan Davian bertemu untuk pertama kali. Di tempat itu pula, ia mengikat janji kepada Davian bahwa ia bisa menemuinya jika sedang dalam penjagaan perbatasan. “-dan kau akan bertugas sediri. Alexa sedang bertugas di tempat lain,” imbuh gamma itu. Lunar semakin merasa bahagia. Itu artinya, ia bisa leluasa melakukan apa pun dengan mate-nya. Tentu, melakukan apa pun dalam hal ini adalah hanya berbincang banyak hal. Bukan yang lain. Apa lagi mating. Hey! Ia masih cukup waras untuk tidak melakukannya. Ia percaya akan ada saatnya nanti ia mengenalkan Davian ke pemimpin pack. Tidak untuk saat ini. I
“Lunar, aku mencintaimu. Hiduplah dengan baik, Mate.”Lunar tak bisa menahan tangis saat ia melihat tubuh Davian yang perlahan meringkuk dengan sebuah pedang yang menembus jantung hingga ke punggung. Tubuh tegap yang dulu pernah merengkuhnya dalam dekapan itu kini bermandikan darah. Lunar tak sanggup melihatnya. Ia ingin memalingkan muka atau menutup mata akan keadaan Davian, tetapi yang ada ia tak mampu melakukannya. Ada hal tak kasat mata yang seolah membuatnya tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.“Argh!”Lunar berusaha berteriak dengan lantang. Anehnya, tak ada suara yang keluar sama sekali dan hal itu membuatnya teramat frustasi. Ia juga menangis, hanya saja air mata itu sama sekali tak bisa Lunar rasakan alirannya. Ia bisa merasakan jika ia menangis karena matanya terasa buram dan kembali jernih ketika ia berkedip.“Moon Goddess, mengapa menjadi seperti ini?” bisiknya. Ia menatap lekat-lekat pedang yang selalu
Kaki jenjang berbalut rok lipit lima senti di atas lutut itu bergerak dengan ritme yang sama. Tak terlalu lambat, juga tak terlalu cepat. Seolah hawa dingin yang mulai merebak sama sekali tak menganggu kulit putih itu. Akan tetapi, disadari atau tidak, hawa dingin tak akan berpengaruh padanya selama ia dalam keadaan tubuh yang sehat. Dia manusia serigala, dan udara dingin sama sekali tak akan berpengaruh padanya.“Tidak adakah hal istimewa yang terjadi padaku hari ini?” bisiknya.Lunar mendecak sebal karena lama-lama ia bosan pada kehidupannya yang monoton. Bangun tidur disambut sinar matahari sebentar, bersiap, sarapan, lalu berangkat menuju sekolah. Tak ada yang berbeda, hanya untuk setiap akhir pekan saja ia bangun lebih siang karena malam harinya ia bekerja.Sudah beberapa bulan terakhir Lunar tidak bekerja sebagai pramusaji di café yang dulu guide bernama Alice kenalkan padanya. Hal itu dikarenakan ia telah memiliki pekerjaan yang menghas
“Jadi, Gadis Kecil, kau siap?” lanjutnya.“Aku siap!” ujar Lunar mantap.Pria yang berprofesi sebagai wasit itu tersenyum mencemooh. Siap? Maksudnya siap dengan apa? Bertarung hanya menggunakan hoodie dan rok pendek seperti itu?Lunar yang menyadari jika ia salah kostum, tersenyum mengejek. Bukan pada pria di hadapannya, melainkan mengejek dirinya sendiri yang bisa-bisanya menantang seseorang bertarung dengan menggunakan rok seperti ini.Namun, seolah mengingat sesuatu, ia mendongak dan menatap tajam ke dalam manik pria yang masih memegang mikrofon itu. “Aku memakai celana pendek. Kalian tidak perlu khawatir celana dalamku akan terlihat. Jadi, bisa dimulai?” tanyanya.Baiklah! Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan untuk sekarang. “Malam ini, kita bisa melihat pertunjukan yang lain dari malam-malam sebelumnya. Di sini, kita akan sedikit cuci mata karena kehadiran gadis kecil yang akan mewarnai malam kita ka