Seribu pedang angin berputar sangat kencang melenyapkan badai. Pandangan pun terlihat jelas.Tampak seorang wanita menunggangi roh hewan spiritualnya (seekor gajah) bersama seekor serigala putih, sedang melawan seekor burung unta di hutan kaktus."Meng Aung!" seru Renggin Ang menghampirinya.Seruannya memecah konsentrasi mereka yang sedang bertarung, sehingga membuat wanita yang menunggangi seekor gajah terpukul mundur."Nona Shen!" teriak Meng Aung menoleh kepada wanita itu.Nona Shen? Renggin Ang mengernyitkan dahi. "Dia kan ..." Anak itu mengingat bahwa gadis yang berada di hadapannya adalah wanita yang sering dibicarakan Ampy Ang. "Astaga, takdir macam apa ini!"Tanpa pikir panjang, Renggin Ang dan Meng Aung pun menghampiri gadis itu untuk membantunya."Uhuk!" Shen Tie Er mengeluarkan bercak darah dari mulutnya."Nona, istirahatlah!" Meng Aung menghalau Shen Tie Er dengan lengannya."Hey, minumlah ini." Renggin Ang memberikan sebutir pil power kepada Shen Tie Er. Dia sempat membua
"Bukankah teknik yang kau lakukan adalah teknik lithongan?" celetuk Shen Tie Er bertanya kepada Renggin Ang."Benar, bagaimana kau bisa tahu?" Renggin Ang balik bertanya."Seseorang lelaki dari Keluarga Hun telah mengajarkannya padaku. Paman itu bilang, sebenarnya teknik ini hanya diajarkan kepada keturunan leluhurnya. Apaka kau salah satu keturunan Keluarga Hun?" ujar Shen Tie Er. "Tanyakan kepada gadis itu siapa yang mengajarkan teknik itu kepadanya, dan sampaikan saja bahwa kau adalah salah satu keturunan Keluarga Hun. Dia pasti telah mendapat peringatan dari orang yang mengajarkannya," ucap Duata Hun kepada Renggin Ang Kemudian, Renggin Ang bertanya kepada Shen, "Siapa Paman yang kau maksud itu? Aku adalah generasi kedelapan Keluarga Hun.""Paman Seta Hun," jawab gadis itu. "Apa kau mengenalnya?"Renggin Ang sedikit tersentak. "Di-dia adalah ayahku," ucapnya sembari menunduk dan berwajah murung.Melihat wajah Renggin Ang yang tiba-tiba menjadi murung, Shen Tie Er merasa ada sesu
"Buronan akademi? Atas dasar apa kau menuduhku sebagai buronan, Ampy Ang? Jelas-jelas aku adalah kakakmu, Renggin Ang," ucap seseorang yang memiliki wajah sama persis seperti Renggin Ang mengelak.Sera Yu, Pe Ci, dan Singka Wang semakin dibuat bingung olehnya.Namun, tampaknya Pe Ci lebih condong untuk mempercayai Ampy Ang. Muncul ide dalam benaknya untuk mengetes, apakah Renggin Ang yang bersamanya adalah asli atau palsu."Ehem. Sudah sudah jangan ribut di kediamanku," ucap Pe Ci melerai mereka. "Aku ingin berkenalan dengan gadis cantik ini. Siapakah nama Anda, Nona?" Pe Ci mengulurkan tangannya kepada Sera Yu."Dia adalah Nona Sera Yu dari Benua Yu, Tuan Tang," celetuk Renggin Ang sembari menghalangi Pe Ci agar tidak mendekati gadis itu."Wah, Nona Sera Yu yang katanya gadis tercatik di seluruh benua itu kah?" timpal Pe Ci, sedangkan di dalam hatinya, pemuda itu merasa aneh dengan panggilan yang dilontarkan Renggin Ang kepada dirinya."Tuan Tang? Heh, apakah karena ada gadis ini, ka
Ketika Renggin Ang tertidur sangat pulas, tiba-tiba tubuhnya mati rasa. Dirinya benar-benar berada diantara hidup dan mati.Di alam bawah sadarnya dia berkata, "Ada apa dengan tubuhku?""Seseorang menekan ketujuh titik meridianmu. Ini menyebabkan tubuhmu mati rasa. Jika kau terlalu lama meninggalkan tubuhmu, orang-orang akan menganggapmu mati," kata sang leluhur."Lalu, bagaimana agar aku bisa kembali ke tubuhku?""Kau harus menangkis tekanan itu. Ikuti gerakanku!" Sang leluhur merentangkan kedua tangannya ke samping, dengan posisi semua jari saling berdempetan menunjuk ke atas, dan posisi kedua kaki mengangkang. Kemudian ia memutar kedua pergelangan tangannya sampai posisi tangan menengadah.Gerakan yang dilakukan Duata Hun adalah sebuah teknik bernama bukak titik jos. Teknik ini dilakukan dengan merapalkan mantra yaitu dengan menyebuatkan nama teknik tersebut.Renggin Ang mengikuti gerakan sang leluhur, lalu muncul sebuah bola cahaya di masing-masing tangannya. Semakin lama semakin
Setelah sampai di Kediaman Tang, mereka berdua beristirahat karena hari sudah malam. Keesokan harinya, Renggin Ang memakaikan topeng tersebut kepada Singka Wang."Berubahlah menjadi Pemimpin Keluarga Tang!" ucap Renggin Ang kepada Singka Wang.Sekarang, Singka Wang telah memiliki kekuatan dari topeng tersebut. Yaitu kekuatan ilusi. Meskipun dia tidak dapat berkultivasi, dia masih bisa menggunakkan kekuatan ilusi dengan mengacaukan pikiran lawan."Kami menitipkan wilayah kekuasaan Keluarga Tang kepadamu, karena kami akan kembali ke Akademi Gendon di daerah Wahid," ujar Pe Ci berbicara kepada Singka Wang mewakili Renggin Ang dan Ampy Ang."Terima kasih telah mempercayaiku. Aku akan menjaga wilayah ini sebagaimana tempat tinggalku sendiri. Pintu Kediaman Keluarga Tang terbuka lebar untuk kalian," timpal Singka Wang."Kami pasti akan kembali!" Renggin Ang bersama yang lainnya melambaikan tangan, hingga mereka hilang dari pandangan Singka Wang.Mereka bertiga menempuh perjalanan ke akademi
"Iya. Ini semua berkat Renggin Ang. Terima kasih." Se Ting An membungkukan badannya kepada Renggin Ang."Tidak perlu sungkan, Senior. Bukankah aku sudah berjanji untuk membantumu? Sekarang, Senior bisa membalas cacian-cacian orang-orang yang dulu merendahkan dan menghinanu. Hehe.""Kau ..." An Ting menghentikan perkataannya dan menghela napas. "Huh, pantas saja anggota sektemu begitu segan dan menghormatimu. Ternyata kau adalah pahlawan mereka.""Benar, Renggin Ang adalah pahlawan kami," imbuh Go Yang."Ssst. Kalian harus berjanji tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapapun. Aku tidak ingin menjadi populer," ucap Renggin Ang."Benar, populer itu sangat menyusahkan!" sambung Ampy Ang tiba-tiba muncul dari belakang.An Ting mengubah namanya menjadi Se Ting An dan mengubur dalam-dalam segala sesuatu yang buruk di masa lalu. Hal ini disetujui oleh kakaknya, Gun Ting dan Tetua Mo. Sejak saat itu, dengan identitas barunya, Se Ting An banyak disukai oleh Tuan Muda dari keluarga terpand
Renggin Ang mengepalkan tangan sembari menggertakkan gigi. Dahinya berkerut, bibirnya mengantup. "Ini pasti ulah orang itu!" ucapnya teringat sosok pria yang menyegel jiwa ibunya ke dalam sebuah buku kuno."Lalu, apa yang harus kita lakukan?" ucap Beru Ang tersengguk-sengguk.Ampy Ang yang biasanya banyak ide dan senang menusun rencana pun menjadi lemas."Apakah kita harus terus bersembunyi seperti ini, Ampy Ang?" ujar Renggin Ang lesu."Jika kita kembali ke Kediaman Ang, kita hanya akan mengantar nyawa. Lalu bagaimana harapan-harapan orang-orang yang telah berkorban karena kita, jika kita mati?"Kemudian mereka termenung dalam waktu yang lama. Mereka tampak bingung, tindakan apa yang harus mereka lakukan."Orang itu, pastinya telah mencapai tingkat legend saat ini. Minimal, aku harus berada di tingkat master, jika ingin mengalahkannya," ujar Renggin Ang."Itu belum cukup!" sela Beru Ang. "Para pasukannya terdiri dari lima orang mencapai tingkat master dan sepuluh orang mencapai tingk
Renggin Ang melihat adiknya melamun dengan tatapan kosong, setelah memanggil seekor naga bumi dan menghancurkan tiga pilar di sekelilingnya. Meskipun anak itu mengetahui bahwa Ampy Ang sedang dirasuki oleh kakek leluhurnya, dia sangat khawatir karena akan ada pengorbanan yang harus dibayar setelah itu."Ampy Ang, kau tidak harus mengorbankan dirimu!" seru Renggin Ang menggoyang-goyangkan tubuhnya."Diam, bodoh!" ucap Duata Hun membentak Renggin Ang. "Jika kau tidak ingin terjadi sesuatu pada adikmu, carilah kesempatan untuk kabur setelah aku melukainya. Tubuh adikmu tidak bisa bertahan lebih lama."Renggin Ang menatap serius gadis mungil yang berada di hadapannya. Hatinya tersentuh ketika dia teringat bahwa Ampy Ang adalah hartanya yang paling berharga."Pasti, aku akan mengerahkan segenap jiwa dan ragaku untuk melindunginya!" ujar Renggin Ang."Pedang api pembelah bumi!" ucap orang itu kembali menyerang."Tameng emas berkilau!"Duata Hun menangkis serangan tersebut, menggunakan sebuah