Share

4. Cantik Juga Petaka

Penulis: El Baarish
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-14 22:18:48

Hari menjelang petang saat Andri keluar dari perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Gadis itu keluar karena perpustakaan karena akan segera ditutup, pun kampus mulai sepi karena para mahasiswa mulai pulang ke tempat masing-masing, entah kos atau rumah mereka.

Mahasiswa di UI, banyak yang memilih kos-kosan terdekat, agar lebih bisa menghemat waktu perjalanan. Andri sendiri pernah ditawarkan tinggal di kosan oleh Naya, tapi gadis itu menolak, karena kasihan mamanya tinggal seorang diri di rumah.

Andri berjalan ke arah parkiran, ingin mengambil mobil dan meluncur pulang. Baru saja ia membuka pintu mobil saat dering ponselnya berbunyi. Ia kembali menutup pintu mobil, memilih mengangkat telepon dari nama yang tertera di layar ponselnya, Alex.

Andri mengeryitkan dahi, melihat nama itu. Gadis itu berpikir, apa Alex ingin mengajaknya kembali bertemu. Karena seingatnya, kemarin Alex masih tak berbicara dengannya.

“Ndri, lu di mana? Tolongin gue dong!” Suara Alex terdengar panik di seberang sana.

“Tolongin apa sih? Lu di mana sekarang?” Andri balik bertanya pada Alex. Ia masih tak mengerti apa penyebab Alex terdengar begitu panik.

“Sial banget! Gue kekunci di toilet nih! Mana gak ada orang lagi.”

“Lah, kenapa bisa?”

“Tadi kelamaan, perut gue mules banget.”

“Toilet mana?” Andri bertanya setengah berteriak. Ia mulai sedikit panik mendengar jawaban temannya.

“Halo ...?” Andri kembali berteriak di telepon. Namun, tak lagi terdengar suara Alex. Panggilan terputus begitu saja. Mungkin saja baterainya habis atau tidak ada signal di sana.

Andri menaruh buku-buku dan tas ke dalam mobil, lalu gadis itu berlari kembali ke ruang utama untuk menuju toilet. Ia tak sempat mendengar jawaban di toilet mana Alex terkunci. Gadis itu hanya memperkirakan bahwa Alex seharusnya berada dan menggunakan toilet di sekitar Fakultasnya.

Alex kuliah di fakultas yang sama dengan Andri, hanya saja lelaki itu mengambil jurusan Akuntansi.

Andri memasuki toilet khusus mahasiswa, ia memanggil nama Alex berkali-kali. Namun, tak ada jawaban. Gadis itu dengan lancang membuka pintu toilet satu persatu, tak ada siapa pun di sana. Semua kosong, terlihat kering tanda tak terpakai beberapa jam. Sepi. Baru saja Andri menyadari ruang itu begitu sepi, hingga membuat bulu kuduknya meremang.

Andri ingin keluar, mungkin saja Alex berada di toilet lain, pikirnya. Gadis itu merasa harus menolong temannya, setidaknya untuk permintaan maaf karena telah membuatnya kesal waktu itu.

“Di sini!” ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan Andri.

Andri tersentak kaget, ada ketakutan yang semakin menjadi-jadi dalam dirinya. Lebih lagi saat melihat tatapan lelaki di depannya. Alex menatap tajam pada Andri sambil terus maju selangkah demi selangkah. Langkah yang menurut Andri bertanda bahaya. Andri mencoba mundur seiring dengan Alex yang makin mendekat, lalu gadis itu ingin berlari sekuat tenaga menghindar dari Alex yang semakin terlihat tak terbaca maksudnya. Namun, sayang, langkah Andri tak cepat, hingga tangan kekar itu menahan tubuhnya yang hampir keluar dari pintu. Dengan cepat, Alex mengunci pintu. 

Ruang toilet berukuran lumayan besar, di dalamnya ada beberapa ruang yang dipakai untuk menunaikan hajat. Juga ada beberapa cermin besar di depan wastafel, dekat dengan pintu.

“Lu, mau apa, hah?” Andri berteriak di wajah Alex.

“Ssssst ... jangan teriak-teriak!” Alex menutup bibir Andri dengan telunjuknya.

Hal itu membuat Andri merasa begitu jijik. Gadis itu meludah, tepat mengenai wajah Alex. 

Alex tertawa sinis. Tawa yang begitu menakutkan bagi Andri. Ternyata Alex lebih buruk dari apa yang dikenal oleh Andri.

Lelaki itu menyeka air ludah di wajahnya. Kembali Alex tertawa sinis. Lalu, tangannya menganyun pada wajah mulus Andri. 

Andri menatap Alex penuh benci. Sementara pipinya telah memarah karena tamparan keras lelaki itu. Gadis itu terduduk, makin tersudut karena tubuh tegap Alex seolah mengimpitnya. Ia bahkan bisa mencium aroma tubuh Alex dari jarak begitu dekat, tapi itu menjijikkan hingga membuat gadis itu menahan napas.

“Lu sengaja malu-maluin gue waktu itu kan? Lu sengaja berpenampilan cupu seperti waktu itu kan? Lu sengaja mainin gue, kan?” Alex terus meracau. Ia berteriak tepat di depan wajah Andri. Tak terima karena pernah diperlakukan rendah oleh Andri.

Rupanya kejadian beberapa hari lalu membuat Alex dendam dengan Andri. Ia tak terima dengan perlakuan gadis itu padanya, uang seolah sengaja mempermainkan dan merendahkan harga dirinya.

“Terus lu mau apa, setan?!” Andri mengumpat perlakuan Alex.

“Mau apa?”

Alex mendekatkan wajah ke wajah cantik Andri, membuat gadis itu berpaling ke samping. Ketakutan sekaligus rasa jijik terus menguasainya saat perlahan Alex mengusap pipi Andri dengan jari-jarinya sambil menatap tubuh gadis itu dari atas hingga ke bawah.

“Lu emang oke sih!” Tatapan Alex terjuju pada dada Andri yang menurutnya sangat memancing hasrat kelelakiannya.

Andri menepis tangan kekar itu. Tangan yang hampir menyentuh bagian yang sangat ia lindungi. Ia mulai menangis keras dan berteriak minta tolong.

“Mau sesuatu yang sudah dari dulu aku inginkan. Sudah kubilang jangan teriak. Gak ada orang di sini! Lebih baik simpan tenagamu untuk ....” ucapan Alex tergantung, karena saat itu Andri berhasil menendang tubuhnya. Namun, tubuh besar itu tak berpindah, hanya sedikit bergeser dari tempat semula. Sungguh tenaga Andri tak sekuat Alex.

Andri berdiri, kembali berteriak minta tolong. Namun saat itu kesabaran Alex hilang. Ia mendorong tubuh gadis itu hingga terbaring di lantai. Andri terus berteriak, dan menangis. Hanya itu yang bisa ia lakukan, berharap ada mahasiswa yang belum pulang dan akan menolongnya. Berharap ada security yang lewat dan mendengar tangisannya, ia berharap ada siapa saja, datang dan menolongnya.

“Jangan lakuin ini, gue mohon!” Andri mencoba mengiba, berharap Alex luluh atau setidaknya merasa kasihan pada gadis lemah di depannya.

“Sudah terlambat, Sayang. Elunya gue ajak baik-baik enggak mau sih.” Alex mulai menindih tubuh Andri. Ia mencoba mendekatkan bibirnya pada bibir gadis yang kini berada di bawah tubuhnya.

Andri menggeleng kuat. Ia meronta-ronta untuk melepaskan diri. Matanya membelalak, bibirnya mengatup rapat, ia tak mau kehilangan ciuman pertamanya. Isakan gadis itu tertahan, tapi terdengar sangat menyayat hati. 

Alex menoleh saat mendengar pintu terhempas dengan kasar. Seseorang melemparnya dengan batu, karena bagian atas dari pintu itu terbuat dari kaca. Lelaki yang tak dikenali Ale, memutar kunci dan lolos masuk.

“Sial!” Alex berteriak.

Andri membuka mata saat dirasa tubuhnya tak lagi ditimpa tubuh Alex. Ia melihat seorang menarik kerah baju Alex dengan kasar.

Araska Pratama. Sosok pelindung gadis itu sejak dulu.

“Lu tau, sudah berapa lama gue melindungi dia?” Tepat saat Araska mengatakan itu, satu pukulan mendarat di wajah Alex.

Araska seolah tak memberi kesempatan untuk Alex membalas. Ia memukul wajah itu berkali-kali hingga membuat Alex mengeluarkan darah dari hidung dan bibirnya. Kembali Araska menarik kerah kemeja Alex, lalu memukulnya lagi dan lagi, seperti orang yang tengah kesetanan.

Alex tertawa sinis, ia meludah darah yang telah bercampur dengan liurnya. Lalu, satu pukulan ia balas untuk Araska. Araska terlihat kehilangan keseimbangan, hingga membuat Alex bisa melancarkan pukulannya.

Dua lelaki kekar itu saling adu kekuatan. Melihat itu, Andri teringat saat dulu, Araska pernah berkelahi dengan Rangga sewaktu SD. Rahang kokoh itu masih terlihat sama saat marah, ketat dan penuh amarah.

Araska tak membiarkan dirinya dipukuli terus menerus, ia melayangkan satu tendangan di dada Alex, hingga rosihan tubuh Alex bisa berpindah, dan Araska tak menyia-nyiakan kesempatan.

“Siapa?” Araska kembali mengulang pertanyaan Alex.

Alex tampak tak berdaya di bawah cengkraman tangan Araska. Ia membawa Alex berdiri di depan cermin. Sejenak Alex memandangi wajahnya yang babak belur, lebam hampir di seluruh wajahnya.

“Gue lelaki. Bukan banci kayak lu yang tega melecehkan perempuan.”

Setelah mengatakan itu, Araska melempar tubuh Alex ke depan pintu. Tepat saat itu, tiga polisi datang mengamankan.

Saat melihat Alex melakukan serangan balik pada Araska, Andri kembali menggunakan kewarasannya untuk menghubungi polisi. Meskipun bibirnya bergetar saat melapor, tapi ia takut Araska dikalahkan oleh Alex, dan itu membuat Andri merasa lemah.

*

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DI SINI YA. SHARE JUGA BIAR YANG BACA MAKIN RAME.

TERIMA KASIH 🙏

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
lega rasanya Andri nggak kenapa ²,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   57. Extra Part

    “Andri ada?”Milly membuka pintu saat bel di pintu berbunyi. Gadis itu sedikit terpaku, lalu tersenyum pada Araska yang berdiri di depannya.Araska ingin menemui Andri. Semalam ia berpikir cukup lama untuk mencari cara menyatakan perasaannya pada gadis itu. Ia yakin Andri bisa merasakan debar cinta antara keduanya. Namun, Araska harus memperjelas dengan cara yang lebih serius. Araska selama ini menjaga. Araska ingin tahu seperti apa muara rasa itu, setelah sekian lama terpisah, menjalani alur hidup masing-masing. Lalu bersama, kembali dipertemukan dalam keadaan yang tak sama.Araska mencoba mengirimkan pesan untuk Andri, tapi hanya centang satu. Lalu, ia menghapusnya dan mengambil kesimpulan untuk bertemu langsung. Ia menghubungi, tapi nomor gadis itu tak tersambung. Sebab itu, Araska sekarang berdiri di depan rumah Andri. Mengetuk pintu, berharap gadis itu yang membukanya. Namun, yang kini di depannya bukanlah gadis yang ia tuju.“Dia balik ke Samarinda.” Milly menjawab setelah sepe

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   56. Coming Home

    “Kamu yang lagi nyeka air mata, berbaliklah!”Araska mengulang kalimat itu.Andri yang sedang melangkah, terpaksa berhenti seolah sedang diperintahkan untuk berhenti. Ia berdiri sejenak, bergelut dengan pikirannya sendiri. Gadis itu tak berani melihat ke belakang, karena akan ketahuan sedang menangis. Itu memalukan.Kepalang tanggung melangkah, ia tak bisa bersikap terlalu kepedean dengan mengira bahwa Araska menyuruhnya berhenti. Siapa tahu, Milly di sudut sana juga sedang terharu karena tersentuh dengan lagu yang dinyanyikan Araska. Itu akan lebih memalukan jika ternyata bukan dia yang dimaksud Araska.Andri kembali melangkah, tak peduli dengan kalimat barusan yang nyatanya akan semakin membuat hatinya ragu untuk melepaskan.“Kamu yang terus melangkah meski disuruh balik, berhentilah!”Dari mikrofon itu kembali terdengar suara Araska. Bodo amat! Andri tetap melangkah hingga hampir sampai di pintu depan.Bukan dirinya! Pikir Andri.“Kamu, Silvi Andriani, kemarilah!”Andri berhenti, d

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   55. Pesta Ulangtahun

    Halaman rumah Naya telah disulap sedemikian rupa. Aneka hiasan, balon-balon menggantung di udara. Makanan mewah juga banyak tersaji di meja. Atas persetujuan Andri, Naya menggelar acara untuk ulang tahun gadis itu; ulang tahun ke dua puluh satu.Sebelumnya, Andri tak pernah mau merayakan dengan banyak orang. Namun, kali ini gadis itu merasa harus merayakan setiap kemenangan yang ia lalui bersama Naya, dan orang-orang terdekatnya.Pesta yang tak terlalu besar, karena hanya dihadiri oleh keluarga, juga anak-anak panti dan dua pengasuh yang tak luput dari undangan istimewa bagi Andri.Anak-anak panti terlihat bahagia dengan acara mewah dan makanan yang aneka ragamnya. Mereka juga telah menyiapkan rencana kejutan untuk Andri.Andri turun dari tangga dengan mata yang ditutup oleh Ejaz. Gadis yang mengenakan gaun berwarna marun itu berjalan perlahan, matanya terlalu gelap.Andri tetap melangkah pelan, hingga tangannya dipegang Ejaz untuk berhenti. Andri tahu, mungkin keluarganya sedang memb

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   54. Kehilangan yang Sesungguhnya

    Andri bangun dengan mata yang sembab. Pagi ini, ia mencoba berhenti menangisi kisah cintanya untuk kedua kali. Namun, bukan berarti ia bisa bangkit secepat itu dari rasa terpuruknya. Gadis itu mencoba berpikir positif tentang hubungan Araska dan Milly. Namun, kebersamaan mereka semakin jauh dari harus berprasangka hanya teman, atau kebetulan.Pagi itu, Milly kembali keluar dengan gitar di punggung. “Gitar baru?” Andri bertanya penuh selidik. Karena yang ia tahu, gitar Milly sudah dirusak oleh papanya.Milly mengangguk. Senyumnya merekah sambil mengelus gitar baru yang ia miliki.“Mama beli?” Kembali Andri bertanya.“Bukan.”“Jadi?”“Araska.”Seolah ada beribu pisau yang menyayat hati Andri secara bersamaan, seiring dengan nama itu disebutkan. Araska membeli gitar untuk Milly, itu artinya lelaki itu sedang mengembalikan hal berharga dalam hidup gadis itu. Sialnya, ia tak bisa mengembalikan hal berharga dalam hidup Andri. Cinta. Rasa itu masih saja menekan hati Andri sendirian, tanpa b

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   53. Patah Kedua Kali

    Andri sedang membaca beberapa buku untuk melengkapi tugas-tugas kuliah yang semakin hari semakin banyak. Setelah selesai dengan mata kuliah magang, kini ia harus membuat laporan magang. Andri bahkan menolak beberapa tawaran pemotretan dan iklan, ia ingin fokus kuliah, karena hari libur pun terasa seperti Senin baginya kini.Gadis itu menatap layar laptop di depannya sambil mengetikkan sesuatu di sana. Di depannya ada secangkir teh dan camilan yang ia minta disiapkan oleh Mbok Nah.Matahari telah naik setengahnya, menyisakan warna jingga menghampar indah di bumi. Sebagian cahayanya masuk melalui jendela kaca di kamar Andri. Di bawah sana, ada tanaman hias dan kolam ikan koi yang juga ikut menikmati keindahan senja. Dalam fokusnya, Andri masih mendengar pintu diketuk seseorang. Tanpa menoleh, gadis itu menyuruh masuk, dari suaranya ia tahu siapa yang datang ke kamarnya.Pintu terbuka, terlihat wajah seseorang menyembul dari baliknya.Milly masuk dan mendekati Andri yang terlihat sibuk

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   52. Positif Vibes

    Andri melangkah ke kamar Naya dengan membawa satu nampan sarapan. Sejak beberapa hari, perempuan itu tidak turun dari kamarnya, setelah menghadapi proses pengadilan atas kasusnya yang menimpanya belasan tahun lalu.Aryan mengambil langkah tepat waktu, seperti telah memikirkan banyak hal dan konsekuensinya. Lelaki itu menyerahkan diri, sebelum genap dua belas tahun kejahatan yang ia lakukan pada Naya.Menurut hukum yang berlaku, kakus pemerkosaan akan kadaluwarsa selama dua belas tahun, jika menurut hukum, pelaku akan mendapatkan lebih dari tiga tahun penjara.Kasus Naya belasan tahun lalu, itu terjadi saat usianya masih dua puluh delapan waktu itu, sebentar lagi akan kadaluwarsa waktunya jika saja ia tak menuntut segera. Bahkan, jika ia menuntut dalam kurun waktu lebih dari dua belas tahun, maka ia bisa dituntut balik atas dasar pencemaran nama baik.Naya bahkan tak berani untuk pergi bekerja, ia tak bisa membayangkan bagaimana media akan merekam wajahnya. Orang-orang akan melihatnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status