Shean yang berada di dalam mobil itu mengamati target nya. Dia tidak ingin menunjukkan dirinya dulu.
“Apa tuan Shean sedang melihat wanita itu? tapi kenapa tidak langsung membawanya?” tanya Alfa di dalam hati.
“Masih terasa bibir mu di bibir ku cantik,” gumam Shean. Zaheera tidak sadar kalau ada yang sedang mengamatinya.
“Zeera, apa kau akan membeli ponsel baru lagi?” tanya Izzati.
“Iya, mau bagaimana lagi. Kalau aku tidak ada Hp, aku tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun, termasuk denganmu,” jawab Zeera.
“Apa kau juga akan memberikan sebagian gaji mu pada mereka?” tanya Izzati. Gadis itu diam, belum memberikan jawaban.
“Zeera, kenapa sih kau masih saja mengurusi mereka, sementara mereka saja tidak perduli padamu,” Ucap Izzati yang prihatin pada sahabatnya itu.
“Zati, mereka juga keluarga ku, mama kandung ku, walaupun dia menikah lagi. Aku tidak bisa mengabaikannya,” jawab Zeera menundukkan wajahnya.
“Zeera, ambil ini,” Izzati memberikan beberapa lembar uang pada Zeera.,
“Apa ini?” tanya Zeera.
“Uang, gak bisa lihat?” canda Zati.
“Iya aku tahu ini uang, tapi kenapa kau memberikan nya padaku?” tanya Zeera.
“Ini untukmu. Anggap saja permohonan maafku padamu atas kejadian beberapa hari yang lalu,” ucap Izzati.
“Jangan Zat, kamu kan juga butuh untuk bayar hutang-hutang papamu kan?” tanya Zeera.
“Aku masih ada kok. Dan tolong kau ambil ya. Aku tidak mau kau menolak nya. Kalau kau tidak mau ambil, aku tidak mau berteman lagi dengan mu.” Ancam Izzati.
“Eeehhhh….. tapi ini banyak sekali Zati. Jangan gitu donk. Kita sama-sama bekerja dan capek. Aku tidak bisa menerima uangmu ini. Ambillah,” Zeera memaksa agar sahabatnya menarik lagi uangnya.
“Sudah lah, ambil saja. Aku ikhlas kok.” Tangannya mendorong uang itu pada Zaheera.
“Tapi……"
“Udah ya, tuh ojek aku sudah datang. Aku pergi dulu ya. Sampai jumpa besok. Bye….” Izzati melambaikan tangan nya setelah memakai helmnya. Pasrah. Itulah yang di alami Zeera dengan menggenggam uang yang ada di tangannya.
“Kau juga membutuhkan uang kan. Kenapa kau memberikan hasil kerjamu padaku.” Gumam Zeera mengusap air mata nya yang sudah jatuh.
“Hhhmmm….. ternyata kau sangat cengeng kucing kecilku,” gumam Shean yang masih memperhatikannya. Tidak lama kemudian, ojek online Zeera pun datang. Setelah mencocokkan nama dan plat motor, dia pun naik setelah memakai helm juga. Dan pergi meninggalkan lokasi kerjanya.
“Tuan, apa kita akan mengikutinya?” tanya Alfa.
“Iya.” Jawab Shean yang duduk di kursi belakang.
Secara perlahan pun mereka mengikuti Zeera yang tidak sadar itu.
“Posisikan kita di samping nya Alfa,” suruh Shean.
“Baik tuan,” Alfa sedikit mempercepat jalannya, hingga akhir nya berada di samping motor yang membonceng Zaheera.
Di lampu merah, Zaheera masih tidak sadar kalau mobil yang di samping nya memperhatikan dirinya sedari tadi. Kaca mobil yang berwarna hitam, membuat orang luar tidak bisa melihat siapa dan bagaimana orang yang ada di dalam mobil.
Shean pun melihat wanita sasaran nya. Yang hanya memakai kaos berwarna biru muda dan celana jeans panjang. Gadis itu memakai sepatu teplek yang sederhana. Zaheera tidak berpegangan pada supir ojek, dia hanya bertumpu pada kakinya.
“Hhmmm….. kau sangat cantik… aku semakin berhasrat melihat mu. Aku akan membiarkanmu tenang dulu. Nanti aku akan membawamu, menikmati hidup bersamaku…. Kucing kecilku,” gumam Shean dengan senyum nakalnya.
Beberapa kali Zaheera menguap menutup mulut dengan tangannya. Dia sangat lelah dengan aktifitas pekerjaannya. Ingin segera sampai di kontrakan dan tidur. Setelah beberapa menit kemudian, lampu sudah berwarna hijau, dan dia pun melanjutkan perjalanan. Dan tentu saja, Shean masih mengikutinya.
“Apa alasan tuan Shean mengikuti wanita ini? Apa dia penasaran atau tertarik?” pertanyaan yang takut di tanyakan pada bos nya yang tidak lepas memandang wanita itu.
**********
“Sudah sampai, Neng,” Si supir ojek berhenti di depan rumah berlantai dua yang khusus untuk kontrakan. Zaheera turun dan membuka helm nya. Setelah membayar kan ongkos ojek, dia pergi masuk kedalam.
Kontrakan Zaheera terletak di lantai dua dekat jendela. Hingga dia bisa melihat suasana di luar. Shean saja masih bisa melihat Zaheera yang masuk dan menyalakkan lampunya. Dari jendela itu, terlihat Zaheera meregangkan tubuhnya yang lelah. Pria itu masih memperhatikan tempat Zaheera.Hingga lampunya pun dimatikan.
“Tuan, apa kita kembali atau…."
“Kembali. Antar aku pulang,” suruhnya.
“Baik tuan,” jawab Alfa. Selama perjalanan Shean tidak berhenti tersenyum. Banyak pikiran nakal yang ada di kepala nya. Entah apa sekarang maksud nya mendekati gadis itu. cinta atau nafsu kah?
“Tetap awasi wanita tadi, Alfa. Kemana dia pergi, apa yang dilakukan dan di tempat kerjanya pun harus di ikuti,” suruh Shean.
“Baik tuan,” jawab Alfa.
“Tuan, apa….. apa Anda … tertarik padanya?” tanya Alfa yang memberanikan diri.
Shean tidak menjawab. Di lihatnya Alfa dari kaca mobil yang ada diatasnya.
“Tertarik? Aku hanya merasa bergairah saja melihatnya,” jawab Shean.
“Kenapa Anda tidak membawanya bersama anda seperti wanita yang lainnya tuan?” tanya Alfa lagi.
“Hahhahaha….. jangan terburu-buru. Aku masih ingin bermain kucing-kucingan dengannya,” jawab Shean menyandarkan kepalanya.
Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Meski sebenarnya Alfa masih ingin banyak bertanya. Tapi dilihatnya bosnya bersandar dan memejamkan mata, maka niatnya pun diurungkan.
******
Suriani, mama kandung dari Zaheera berusaha menghubungi anaknya. Tapi tidak ada jawaban, padahal nomornya aktif. Ponsel itu berada dalam wilayah Shean yang dia simpan di laci meja kerja kantornya.
“Kemana sih tuh nak? Apa dia lagi bersembunyi?” gerutu Suriani.
Mama nya itu tahu setiap tanggal berapa puteri nya akan menerima gaji, dan tentu saja dia minta uang dengan alasan membantu biaya-biaya rumah tangganya. Padahal, Zaheera tidak tinggal bersama mereka sejak lulus SLTP.
Sejak awal Zaheera bisa mendapatkan uang dari pekerjaan nya, sejak saat itulah mama nya selalu minta bagian. Dia meminta lebih besar untuk nya ketimbang sisa untuk puteri nya. Saat ini, yang bisa di lakukan Zaheera adalah berusaha bersabar. Karena dia masih menganggap wanita itu adalah orang tua satu-satunya. Pola hidup keluarga baru Suriani sangat lah boros. Tidak mampu, tapi memaksakan orang lain untuk memenuhi keinginan mereka.
Beberapa bulan kemudian, sudah waktunya untuk Zeera melahirkan. Dua hari yang lalu, ditengah malam saat semuanya sudah tertidur dengan pulas, termasuk Shean. Karena seharian sibuk bekerja dan menjaga Zeera, malam itu dia sangat lelah dan cepat tertidurnya. Hanya Zeera yang masih gelisah menahan sakit. Sebenarnya siang itu sudah merasakan sakit dibagian perut hingga kebawahnya. Kasihan melihat suaminya yang belum pernah istirahat total, dia hanya bisa menahan dan tidak berpikir apa-apa. Namun malam ini rasanya tidak hilang malah semakin menjadi-jadi. Sebisa mungkin dia menahan suaranya agar tidak membangunkan Shean yang berbaring disampingnya ditempat tidur. ‘Apa aku mau melahirkan? Rasanya sakit sekali, aku juga tidak tahu tanda-tanda melahirkan.’ “Sshh..” ‘Apa aku bangunkan saja Shean? Rasanya- “Aaasshh…” “Sayang? Kamu kenapa?” Shean langsung terbangun setelah mendengar suara rintihan Zeera walau pela
“Keren gak?” Izzati menunjukkan sepatu imut nan kecil pada Saga. “Hm? Iya cakep, warnanya juga cocok untuk anak laki-laki.” Jawab Saga melihat sepatu yang ditunjukkan Izzati padanya. “Emang warnanya kenapa? aku sih suka karena modelnya yang begini, keren gitu.” Izzati melihat-lihat lagi sepatu yang masih ditangannya. “Warna itu kan cocok-cocokkan. Biasanya ada warna yang cocok untuk cowok, ada yang cocok untuk cewek, seperti warna pink dan kuning, aku pernah dengar kalau warna itu sangat cocok untuk perempuan.” “Ah… sama saja kalau menurutku. Cowok juga cocok kok pakai yang warna pink, cowok-cowok di Korea juga banyak kok pakai warna pink, apalagi untuk pakaian.” “Kan tidak semua cowok suka pink, aku nih misalnya, aku paling tidak suka memakai warna pink, mau itu pakaian, tas atau sepatu. Kayaknya gak cocok banget buat aku, tapi kalau ada cowok lain yang suka, ya itu terserahnya kan.” “Hm… jadi, warna biru ini cocok sama anak Zee
Zeera mengucek matanya. Terbangun. Dia mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk bersandar. Tubuhnya masih ditutupi selimut. Pandangannya langsung tertuju didekat jendela, suaminya yang sedang fokus pada gadgetnya.“Shean..?” panggil Zeera. Karena suaranya pelan, Shean tidak bisa mendengarnya.Zeera turun dari ranjang, berjalan menuju Shean.“Loh Zeera? Kamu sudah bangun? Kenapa kamu turun dari ranjangnya Sayang?” Shean meletakkan tabletnya diatas meja, menyusul Zeera yang sedang berjalan kearahnya.“Iya aku sudah bangun, tadi aku memanggilmu tapi kamu nggak dengar.”Shean sekarang sudah menggenggam tangan Zeera.“Kamu lagi ngapain? Kayaknya serius banget.” Lirik Zeera pada gadget Shean yang masih ada diatas meja.“Tadinya aku lagi mengerjakan pekerjaan yang dikirim Albert, tapi sudah selesai kok. Lalu aku teringat dengan anak kita, makanya aku lagi lihat-lihat keperluannya,
Deg-deg an, mereka berdua sedang deg-deg an didalam ruang Dokter khusus ibu hamil.“Ibu Zeera, tolong kemari,” panggil Dokter berjenis kelamin laki-laki itu.Zeera berdiri berjalan menghampiri sang Dokter, dan Shean mengikuti dari belakang.“Silahkan berbaring dulu ya.” suruh si Dokter, menepuk pelan tempat tidur khusus pasien yang tidak terlalu besar dan lebar.“Untuk apa isteri saya berbaring Dokter?” tanya Shean sinis, dia khawatir kalau isterinya kenapa-kenapa.“Kan saya mau memeriksa kehamilan isteri anda, sekaligus mengecek jenis kelaminnya.”“Apa tidak bisa duduk atau berdiri saja?”Dokter menatap Shean. Dia menghela napas mendengar pertanyaan aneh dari suami pasien.“Tidak bisalah Pak Shean. Lagipula saya tidak akan menyakiti isteri dan anak anda, cara saya sama kok seperti Dokter kehamilan pada umumnya.”“Shean, biarkan saja, memang pr
“She… Shean, perutku,”“Maafkan aku… maafkan aku Zeera.”‘Kenapa dia menangis? Dan kenapa dia ada disini?’Setelah Shean puas memeluk Zeera, dia melepas pelukannya. Ditatapnya Zeera yang masih berdiri dihadapannya. Zeera mengernyitkan dahinya.‘Darah? Dia berdarah?’Shean panik melihat darah dipakaian Zeera, dibagian rok bawahnya.“Zeera, Zeera kamu terluka, kita harus-“Tunggu, sabar dulu Shean, ini bukan darah aku kok,” Zeera menahan tangan Shean dan menenangkannya.“Bukan… darah kamu?”“Iya. Ini darah dari wanita yang korban tabrak lari tadi.”“Kenapa bisa darahnya menempel padamu?”“Aku tadi membantunya sambil menunggu mobil Ambulance datang, jadi darahnya ikut menempel. Aku kasihan padanya, apalagi kami sama-sama sedang hamil kan.” Ucap Zeera menjelask
Sudah beberapa hari Zeera datang ke perusahaan untuk makan siang bersama Shean, dan Zeera yang memasak makanannya. Zeera terus berusaha agar Shean bisa menerimanya seperti dulu, bukan karena dia kasihan padanya. Shean masih belum yakin dengan perasaannya, tapi tidak mau menyakiti perasaan Zeera. Sekarang Shean hanya melakukan tugasnya seperti layaknya suami normal.“Shean, aku keluar sebentar dulu ya,”“Kamu mau kemana? Sebentar lagi meetingnya sudah mau selesai.”“Memangnya selesainya berapa lama lagi?”“Sekitar 2 jam lagi.”“Yah, kelamaan. Aku keluar saja dulu sebentar, aku mau beli ice cream, dekat kok tokonya, diseberang kantor.”“Suruh karyawan lain saja untuk membelinya.”“Mereka sedang sibuk, kalau aku yang beli langsung, aku bisa memilih rasa dan bentuknya. Boleh ya… boleh ya?” bujuk Zeera yang ingin keluar kantor untuk membeli ice cream
“Maafkan aku,” Shean melepas tangan Zeera. Dilihatnya pergelangan tangan Zeera sudah memerah. Sekarang mereka berdiri didepan lift khusus Presdir.Zeera mengusap pelan pergelangan tangannya yang luka.“Apa kamu menangis?” tanya Shean.“Ha? Apa?” Zeera terkejut dengan pertanyaan Shean. Dia mengangkat wajahnya melihat Shean yang menatapnya dengan perasaan bersalah.‘Darimana dia tahu aku sedang menangis?’“Apa… apa itu sakit?”Zeera mencoba berpikir apa maksud pertanyaan Shean, “Tanganku? Tidak, tidak apa-apa, kan nggak sampai putus,” jawab Zeera tersenyum kecil, agar Shean tidak merasa bersalah.Ting…Pintu lift terbuka, “Ayo kita masuk.” Ajak Shean, dia tidak menarik bagian tubuh Zeera untuk masuk kedalam lift.“Hm, Shean, kita mau kemana?” tanya Zeera, mereka berdua sudah berada didalam lift, turun lantai.
“Apa yang kau lakukan??” pertanyaan yang keluar dari mulut Shean dengan tatapan sinisnya.Zeera menghentikan tangannya saat ingin membuka kotak makanan. Dia melihat Shean yang marah padanya.“Kenapa? Aku… aku hanya membawa makan siang. Aku sengaja membawa untuk kita, karena kamu sibuk pasti…Karena melihat wajah Shean yang masih kesal padanya, membuatnya diam tidak bicara.‘Apa aku melakukan kesalahan?’ ucap Zeera dalam hati.Shean berdiri, keluar dari kursi kerjanya. Berjalan kearah Zeera.“Maafkan aku, tapi… kau tidak seharusnya datang kesini membawa makan siang.” Suara Shean memelan.“Aku bisa makan siang di kantin. Kau kan sedang hamil, aku khawatir dengan kehamilanmu.” Ucapnya duduk didepan Zeera.“Aku… ingin makan siang bersamamu, makanya aku datang membawa makan siangnya.” Jawabnya memelas. Zeera tahu, Shean pasti meras
Didalam ruangan Presdir Shean Vikal Yandra… “Albert, selain dirimu, siapa lagi yang aku percayai disini?” tanya Shean menatap serius pada Albert. “Tidak ada Tuan Shean.” “Berarti semua karyawan disini tidak bisa dipercaya dan harus diganti?” “Hm… beberapa bulan yang lalu Tuan Shean sudah mengeluarkan beberapa karyawan yang jadi benalu dan yang tidak bisa bekerja dengan baik dari perusahaan ini. Tapi Tuan Shean, setiap perusahaan besar pasti akan selalu ada saja ‘Hama’ yang nyelip di benih tanaman yang kita tanam. Dan tugas anda adalah mencabut hama terus dan terus lagi.” Ujung bibir Shean terangkat, seakan dia puas dengan jawaban Albert. “Jawabanmu pintar Albert, baiklah, apa semuanya sudah disiapkan untuk meeting?” “Sudah, Tuan.” “Oke, ayo kita bertemu dengan mereka,” Shean berdiri memakai jasnya. Dia berjalan keluar dari meja kerja, menuju pintu, sedangkan Albert mengikutinya dari belakang setelah membukakan pintu unt