Wanita itu terus menangis dalam dekapan Shean, dan pria itu tidak perduli, yang ada dalam pikiran nya adalah melampiaskan hasrat nya yang sempat tertunda beberapa waktu yang lalu.
Tap…
Kedua tangan Zeera di letakkan di atas kepala gadis itu, dengan tangan kekar yang menahan nya, hanya satu tangan. Ciuman mendarat di setiap bagian atas nya, tidak ada kegelian atau kenikmatan yang di rasakan Zeera, yang ada dalam pikiran nya adalah ketakutan.
Shean, melihat air mata gadis itu yang sudah mengalir deras, membasahi kedua pipi nya, dia terhenti. Di angkat sedikit tubuh nya dan melihat lebih dekat wajah itu. tangan yang di tahan Shean, di lepaskan, sehingga Zeera segera menutup wajah dengan kedua tangan nya.
“Kenapa kau menangis?” tanya nya yang masih berada di atas tubuh Zeera.
Wanita itu tidak bisa menjawab, suara tangisan nya sangat pilu, terdengar keras juga.
“Ck… aku hanya mengajak mu untuk berci**a, dan kau men
“Apa kucing ku sudah makan malam?” tanyanya sambil memberikan tasnya pada Edo, pelayan laki-laki yang lebih tua darinya. “Sudah tuan, dan sekarang nona sudah tidur di kamarnya.” jawab Edo. Shean tersenyum senang mendengarnya. “Bagus,” Shean pergi berjalan meninggalkan para pelayan di belakangnya. “Tuan, apa ada yang Anda butuhkan? Seperti makan malam?” tanya Edo menunggu perintah. “Tidak ada. Kalian pergilah. Aku akan menemui kucingku dulu,” jawab Shean, mengusir para pelayan yang masih mengekorinya. Edo menundukkan wajah, dan berhenti mengikutinya. Shean terus berjalan, dan masuk kedalam kamar, dimana Zeera sedang tertidur pulas di balik selimut. Shean membuka kancing kemeja, membuka jam tangan, menarik tali pinggang, dan membuka kemeja itu, hingga sekarang dia bertelanjang dada. Bibirnya terangkat saat melihat tubuh Zeera, seperti kesenangan yang luar biasa. Setelah membuka celana panjangnya, sekarang dia hanya memaka
“Apa itu?” gumam Zeera, yang tidak tahu kalau itu adalah bagian vit*al pria yang masih ada di atas nya. “Apa kau merasakan nya sayang? Itu adalah benda yang sangat nikmat. Apa kau mau merasakan nya?” bisik Shean. Zeera semakin ketakutan, napas nya tidak bisa di control. Semakin lama dada nya semakin sesak. “Hhhhaahh…… Hhhaaahhh…… ” napas Zeera yang tersumbat, di rasa berat. Melihat itu, Shean menaikkan salah satu alis nya. “Hey…hey..” dia menampar pelan pipi Zeera. Tidak ada jawaban dari Zeera, mata nya memang terbuka menatap nya, tapi pernapasan nya jadi terganggu. Plak…Plak…Plak.. Masih menampar nya pelan. Shean lalu turun dari tubuh wanita itu, dan duduk di samping nya. Zeera segera duduk, dengan sisa tenaga nya berusaha untuk menjauh dari pria yang masih menatap nya. Shean masih mengawasi, dia yakin wanita itu tidak akan pergi jauh dari nya. Perlahan-lahan, napas Zeera sudah stabil no
“Jangan lupa makan, jangan di tunda agar kau tidak sakit,” ucapnya lagi membenarkan jas kerjanya. Zeera mengangguk, memaksa tersenyum. ******** Seperti biasa tidak ada yang bisa di lakukan Zeera, selain duduk dan berusaha bersembunyi dari pria mesum yang menahannya di rumah mewah. “Kenapa aku di tahan di tempat ini, sebenarnya apa yang di inginkan pria itu?” Seorang dirinya berada di kamar, menatap langit dari jendela yang terbuka lebar. Dari situ, dia bisa melihat pemandangan di luar rumah, merasakan udara yang berhembus menyentuh kulitnya. Dari lantai atas dia melihat ada sebuah mobil masuk ke halaman rumah. “Mobil siapa itu? sepertinya bukan mobil pria mesum itu,” ucapnya pelan. Zeera memang penasaran, tapi tidak mau turun kebawah untuk melihat atau mengintip tamu yang tidak di ketahuinya. Di temani sarapan yang sebelumnya sudah di antarkan Ana. Terdengar suara yang berisik di lantai bawah. “Suara berisik apa i
“Ana! Apa kau tidak mendengar apa yang aku perintahkan? Seret dia keluar,” ucap Zeera, dengan suara keras. Ana, menarik paksa wanita itu untuk keluar. Teriakan wanita itu di abaikan Zeera dan orang-orang yang ada di situ. “Hhhuufftt…. Bikin kesal saja,” Zeera menepuk-nepuk tangan nya seperti membersihkan debu dari tangannya, lalu memegang pinggang. ********* “Selamat malam tuan Shean,” Edo memberi salam pada Shean yang baru keluar dari mobilnya. “Mmm… apa kucing ku sudah tidur dan makan?” tanya Shean memberikan jaket panjang pada Edo. “Sudah tuan, walaupun tadi siang sempat ada perkelahian, tapi nona sudah istirahat,” jawab Edo yang berjalan di belakangnya mengikuti majikan masuk kedalam rumah. Tap… Shean berhenti melangkah lalu berbalik kearah Edo. “Perkelahian?” tanyanya menatap Edo. “Benar tuan, nona Riani tadi datang, dia marah-marah dan sempat menampar nona Zeera.."
“Dari ujung kaki hingga ujung rambutmu ini adalah milikku, tidak boleh terluka atau tergores sekecil apapun,” Shean mengusap jari kaki, paha, dada hingga kepala Zeera. Wanita itu semakin gemetar. “Tapi sayang, kenapa kau menyebutku ‘pria mesum’?” ‘Tahu darimana dia aku menyebutnya begitu?’ “Hahahaha, apa kau takut sekarang? Tenang saja, sekalipun kau membuatku marah, aku tidak akan melepaskanmu, sayang,” Tak… Shean menarik dagu Zeera, mendekatinya dan mencium bibir merah wanita itu. Zeera memaksa menutup matanya, karena tidak ingin melihat wajah Shean yang berada didepannya. Shean justru merasa itu lucu, dan terus melanjutkan ciumannya, lebih lama dan lebih dalam, sampai Zeera kesulitan bernapas. Ciuman itu masih berlanjut, hanya saja mulai turun ke bagian leher wanita itu. Zeera mulai panik, dia mendorong tubuh Shean, tapi tidak bisa, seakan pria itu tahu apa yang ingin dilakukan Zeera. “Tenang saja, aku tidak ak
Ana yang panik dan langsung memeriksa tubuh Zeera, mulai dari ujung kaki hingga kepalanya, dia berputar-putar melihat keadaan tubuh wanita itu. “Ana, ada apa sebenarnya, kenapa kau sangat panik begitu,” tanya Zeera yang masih belum tahu apa yang sedang terjadi. Dia pasrah saja saat pelayan itu memutar-mutarkan tubuhnya. “Lalu kenapa anda tidak menjawab telepon dari tuan Shean?” tanya Ana berhenti memutari Zeera. “Apa? Maksudnya?” “Tuan Shean menyuruhku untuk mengecek keadaan anda, tuan sangat khawatir hingga-" Ddrrtdd… ddrttdd…ddrttd.. Kembali ponsel Zeera bergetar, Ana yang langsung mengambil ponsel itu, ponsel milik Zeera. ‘Khawatir? Khawatir apaa?’ “Nona, silahkan jawab telepon dari tuan Shean,” Ana memberikan ponsel itu kepada pemiliknya. Meski ragu, dia juga tidak ingin membuat Ana menjadi target amarah dari Shean. Zeera menerima ponsel dimana masih menyala dan masih memanggil.
MENCUMBU DARI BELAKANGShean mengerjakan pekerjaannya dengan sangat cepat, walaupun begitu dia tetap fokus dengan pekerjaan itu, karena Albert pasti orang pertama yang akan menyalahkannya kalau dia menyelesaikan pekerjaan dengan terburu-buru.Selama Shean bekerja, tiga asistennya itu berada dekat dengannya, agar atasannya itu tidak kabur dan meninggalkan pekerjaannya.‘Hm… padahal aku ingin segera bertemu dengan ‘kucingku’.’ Gumamnya menggerutu.Sekitar 2 jam, Shean baru bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.“Nih! Sudah lengkap semuanya kan?” Shean memberikan hasil pekerjaanya pada Albert.Albert menerima dan mengeceknya.‘Tidak ada yang salah, dia masih fokus.’Shean melihat jam di tangannya, mengambil jas dan ponselnya.“Sudah sore, aku sudah bisa pulang kan?”“Sudah tuan, anda sudah bisa bertemu dengan ‘kucing’ anda.” Le
AKU SUDAH BERUSAHA BERSABAR DENGANMU!Karena belum ada jawaban dari Zeera, Shean lebih dekat lagi, seperti hendak menciumnya.“Jangan takut sayang, aku tidak akan menyakitimu, kalau kau tidak mengecewakanku.” Bisiknya lagi, hembusan napas dan suaranya yang sangat pelan dan lembut.“Hah… benar-benar deh, setiap berada didekatmu itu, rasanya aku ingin ‘memakan’mu.” Shean kembali berdiri dengan normal, merapikan rambutnya yang jatuh berantakan. Sambil memegang pinggangnya dia menatap Zeera.“Bagaimana kalau aku ‘memakanmu’ sekarang?” Shean membuka kemejanya, Zeera panik, dia langsung menyingkir membalikkan tubuhnya, menjauh dari pria itu.“Hahahaha…. Kau lucu sekali, aku hanya bercanda loh.” Tawa keras dan puas dari Shean.Dia sangat suka menggoda Zeera.&l