Share

Minggu Si Jack Hilang

Setelah shalat shubuh kami izin untuk lari pagi. Hawa gunung yang dingin membuat kami bersemangat karena udaranya sangat segar.

"May, Cape." Aku menggapai tangan jamal.

"Kayaknya sudah enam kilo ini kita lari." Jamal mengenggam tanganku sedang yang lain sudah di depan.

"Hilih masa preman kalah sih." Rita melihatku dan tertawa.

"Si Tomboy Hanny laper itu." Dewi berkata sambil ngos-ngosan.

"Iya dong, apa kabar dunia kita belum sarapan ini." Aku tertawa mendengar ledekan mereka.

"Hayu, cepet kita nyari bubur ayam Mang Herman." Acop berlari mendahului.

Triiing

Mendengar kata bubur ayam membuat aku bersemangat. Aromanya yang wangi bawang goreng, seledri, kuah ayam, kerupuk, kacang goreng tambah sambal dua sendok. Aku berlari mendahului mereka.

"Haaahaaa, katanya tadi cape, denger bubur ayam langsung mabur, Hanny." Dadang tertawa melihatku yang berada di depan mereka.

"Alhamdulillah waras." Jamal pun tertawa.

Sampai di tukang bubur ayam, segera aku mengambil mangkok dan membuatnya sendiri.

"Mang, Hanny, buat sendiri yah buburnya." semangat empat lima aku tunjukkan saat membuat bubur.

"Sok aja Neng, Mamang mah tau kesukaan si Neng." Mang Herman membuatku bangga, untung hidungku sudah terbiasa menerima pujian.

"Han, sabar atuh tunggu." Ternyata yang lain baru sampai.

Kami mengambil tempat di saung yang berhadapan sawah.

"Enak yah, pemandangan disini." Dewi berkata sambil bernafas panjang.

"Iya, disini mah enak. Kalo tidak salah ini bakal dibangun perumahan sebentar lagi." Dadang balas menimpali.

"Yah, nggak seru kalo dibangun perumahan, pasti gersang." Rita menyayangkan kalo ternyata depan warung bubur Mang Herman akan dibangun perumahan.

"Entar aku batalin bangun perumahannya." Aku berkata dengan sombong.

"caranya?" semua menatapku tajam.

"Aku kawinkan terus si Jack sampai banyak, terus nanti aku jual ayamnya dengan harga mahal."

Gerrr

Suara tawa teman-teman seakan mereka tidak percaya padaku.

"Kapan tahu atuh Hanny kalo nungguin Si Jack kawin dan beranak pinak." Acop seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan.

"Lihat saja nanti, Cop, kamu bakal minta tanda tangan dari aku." jawabku memastikan ucapan yang tadi aku lontarkan.

"Percaya sama kamu, Han." jawab Jamal.

"Ih, jangan percaya sama Hanny, percaya itu sama Allah. Percaya sama dia mah jatuhnya musyrik." Dadang tertawa terkekeh-kekeh.

Setelah puass makan bubur dan melepas lelah akhirnya kami kembali pulang dan sinar matahari sudah terasa hangat.

***

Sampai di rumahku tampak kandang si Jack terbuka dan ayamku menghilang.

"Abaaaaah ... Ambuuu!" aku berteriak.

Dengan tergopoh-gopoh kedua orang tuaku menghampiri.

"Ada apa ratu Abah?" tanya Abah

"Kenapa Han, what happen aya naon?" kata Ambu dengan bahasa inggris yang setengah jadi.

"Si Jack kemana atuh Abah, Ambu?" rasa panik menghampiriku dan membuat aku ingin menangis.

"Owh, tadi Abah keluarin dan paling dia tidak jauh dari sini." jawab Abah.

"Ah, Hanny cari dulu kalau begitu!" Aku meninggalkan teman-teman yang akhirnya mereka berpamitan pada Abah dan Ambu.

"Bah, kami pulang dulu yah, bilang hanny nanti kalo si Jack belum ketemu kami bantu cari." Jamal berpamitan diiringi teman-teman.

.

Aku mencari si Jack berkeliling rumah tapi tidak aku ketemukan, naik kepohon jambu agar bisa melihat si Jack tapi tanda-tanda dia belum aku temukan. Rasa sedih dan kesal menghampiri. Aku kembali masuk ke dalam rumah.

"Abah, Ambu, Hanny belum menemukan si Jack." Aku melihat Abah yang sibuk dengan menjetikkan jari pada burung perkutut dan hanya melihatku sepintas.

Kur ... kututut ... kur kututut

Abah memancing sambil menggulung sarung naik ke atas. Melihat Abah begitu Ambu juga aku tertawa karena dari luar Abah dipanggil Bang Berry.

"Abah, assalamualaikum." kata Bang Beri menutup mulutnya menahan tawa.

"Wa alaikum salam, kur kututut, kamu mau kemana Ber?" tanya Abah

"Mau kedepan Abah." jawab Bang Berry.

"Owh, hati-hati atuh, kur kututut." Abah berkata sambil terus menggulung sarung.

"Abah, itu burung," kata Bang Berry sambil menunjuk ke arah Abah.

"Iya, ini burung perkutut, kur kututut." Abah menjentikkan jarinya.

"Bukan Abah, itu burung!" Bang Berry sedikit berteriak.

"Bener Berry ini burung, burung perkutut, masa kamu tidak lihat." Abah jawab meradang.

Aku dan Ambu tertawa terbahak-bahak ketika Bang Berry menutup matanya smbil memberitahu Abah.

"Abah, bukan burung perkutut yang itu, tadi Abah memancing burungnya sambil gulung sarung tuh lihat!" Bang Berry berkata smbil menunjuk ke arah bawah baju Abah.

"Astagfirullah, Ambu, Hanny kenapa tidak bilang!" Abah langsung sibuk menurunkan sarungnya dan kami terus tertawa.

.

Dua jam berlalu aku kembali mencari Si Jack. Mau ke rumah Bang Doddy tapi tidak mungkin kesana dia kan tidak mau sama Si Mita ayam Bang Doddy. Aku berkeliling empat RT akhirnya si Jack ketemu di kebun Kang Sulaeman pemilik ayam betina yang sepertinya diincar Si Jack. Dengan kesal aku menenteng Si Jack dan memarahinya.

"Jack, kamu keluar tidak bilang-bilang."

Si Jack melihatku dan menghampiri. 

"Kamu ternyata disini? aku cariin kemana-mana ... kamu lagi suka sama si Demplon ayamnya Kang Sule?"

Si Jack hanya mondar-mandir sepertinya memberikan tanda kalau dia sedang jatuh cinta.

"Kamu mau sama Si Demplon?" aku bertanya pada si Jack

Tok ... tok ... petok tok ... tok petok, hanya suara itu yang keluar dari si Jack seakan dia ingin memberitahu apa yang dia inginkan.

"Okelah kalo begitu, aku bilang dulu sama Kang Sule kalo kamu mau sama si Demplon.

Si Jack berjalan berkeliling dan seperti ingin mengajak untuk menemui Kang Sule.

Aku berjalan mendekati rumah kang Sule.

"Assalamualaikum!" Aku berteriak dari luar dan tak berapa lama keluar sosok orang yang membawa tongkat.

"Eh, Hanny, ada apa siang-siang kemari?" tanya Kang Sule.

"Hanny dari pagi nyari si Jack nggak ada Kang, tahunya dia disini di bawah kandang si Dmplon.

"Euleuh kok bisa?" tanya Kang Sule.

"Bisa atuh Kang, tuh ada buktinya si Jack datang kesini." aku berkata sambil menunjuk si Jack.

"Owh, boleh atuh ari kitu mah ... entar kalo ada anaknya kita bagi dua."

Aku hanya bisa mengiyakan dan merasa gembira, tak berapa aku berpamitan.

"ya udah Kang Sule aku sudah ketemu si Jack. Deal ya, bisnis kita?"

"Ok deal." jawab Kang Sule sambil menggenggam tangan tanda perjanjian dimulai.

"Kamu itu kalau keluar bilang-bilang atuh Jack. Kan aku baru pulang lari cape nih pegal, kaki dah kembung nyariin kamu." panjang kali lebar aku memarahi si Jack dan tampaknya dia tau kalo aku memarahinya dan dia hanya berkedip.

"Kamu kalo mau cari cewek aku carikan dah." Aku kembali berkata sambil mengelus punggung si jack dan dia hanya bersuara uuuu ... uuuu ... 

Dalam hati aku bersyukur si jack bisa kembali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status