Share

Purnama

Purnama

Enam sahabat menikmati malam minggu dengan bahagia. Jamal mengambil gitar kemudian memainkan melodi, semua menikmati termasuk Abah dan Ambu malam itu. Setelah Jamal bermain gitar dengan sepuluh lagu request kami, aku akhirnya mengambil gitar dan mulai bermain gitar. Tentu saja Abah dan Ambu saling berpandangan.

“Hanny, kamu bias main gitar?” Abah bertanya.

“Bisa dong, Abah.” Aku menjawab sambil mulai menarik nafas.

“Kapan kamu belajar gitar? Abah nggak pernah lihat.” Abah masih penasaran.

“Yey, Abah, coba dengar ya.” Aku dengan muka serius memegang gitar dan mengambil posisi untuk memainkannya.  Melihat itu semua memandangku.

Jreeeng

Semua bertepuk tangan. Aku menarik suara, “Tek kotek kotek kotek kotek … induk ayam turun berkotek.” Baru mulai nyanyi semua langsung bersorak.

Huuu

Aku tertawa karena tidak sesuai ekspektasi mereka saat bermain gitar.

“Huuu, serius atuh Hanny serius!” Abah protes.

“Bosen ah, pasti dia mah nyanyi ayam mulu.” Kata Ambu cemberut.

“Coba Hanny, nyanyi tuh yang enak … ini lagunya tentang Ayam.” Acop, Dadang, Jamal, Dewi dan Rita semuanya protes.

“Hidup kamu nggak bosen apa dengan ayam?” Jamal bertanya sambil tertawa.

“Nggak, aku suka ayam. I love you Jack!” aku berteriak memanggil ayam kesayanganku si Jack yang sedang tertidur.

“Untung rumah kita agak jauh dari tetangga, coba dekat. Pasti Abah sama Ambu malu anak gadis satu-satunya sukanya main dengan ayam, nyanyi dengan ayam, diduluin yang makan ayam.”

Semua tertawa mendengarnya. Jam sudah menunjukan sebelas tiga puluh menit sebentar lagi jam dua belas.

“Cop, kamu buat tenda sudah selesai itu?” Abah bertanya pada sahabatku Acop.

“Sudah Abah, tapi kayaknya nggak mau tidur di tenda ah, mending di teras sini saja.” Acop menunjuk ke arah teras pojok kanan yang ternyata sudah ada bantal.

“Abah, aku sama Rita mah, mau pulang aja dekat.” Kata dewi.

“Udah kamu berdua nginap disini aja, kamar hanny juga bisa muat empat orang.” Ambu meminta Dewi dan Rita untuk nginap di rumah bersamaku.

“Hayu aja aku Mah.” Rita sepertinya suka untuk menginap bersamaku.

“Ya sudah atuh kalo gitu, Han, kamu beresin kamar … ambil bantal dari kamar Ambu.” Kata Ambu sebelum masuk rumah.

“Iya Ambu, sebentar Hanny ambil.” Aku berjalan mengikuti Ambu untuk mengambil bantal.

Setelah puas bermain gitar dan tertawa, akhirnya bubar untuk beristirahat. Abah dan Ambu masuk kamar. Dadang, Acip dan Jamal tidur diluar sedangkan Dewi, Rita ikut masuk ke kamarku.

Sampai di kamar kami bukannya tidur malah asik berbicara.

“Han, enak yah, orangtua kamu mah baik.” Rita memulai obrolan.

“Emang, orang tua kamu tidak baik?” Aku bertanya pada Rita.

“Orang tua aku suka ngelarang kalau ada teman yang dating, malah terkadang mereka suka mengusir.” Jawab Rita sambil mengambil bantal disebelahku.

“Aku juga bebas kok orang tua kalo ada teman yang dating ke rumah.” Dewi tidak mau kalah.

“Iya yah, kalian berdua enak.”

“Eh Dew, Rit … itu mereka diluar bagaimana yah?” Aku bertanya pada mereka.

“Biarin aja, kan mereka mah cowok.” Jawab Rita.

“Nanti digigit nyamuk besok pagi paling pada gemuk.” Aku tertawa.

“Iya, biarin aja mereka di luar kan mereka mah sudah kebal.” Dewi menyambung omonganku.

Setelah puas bicara ngalor-ngidul akhirnya kami bertiga tidur karena kekenyangan. Aku bermimpi tentang si Jack yang kabur dan aku mengejarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status