Saat semuanya sedang asyik menikmati makan siang dengan sup dan sate kambing dengan lahap, diam-diam Cristian menghampiri Natasya. Ia pura-pura menambah sup kambing dan beberapa tusuk sate. Cristian memang orang yang spontan dan lelaki apa adanya walau berpenampilan anak orang kaya, Ia tak segan menghampiri dan berbicara dengan Natasya yang hanya seorang cleaning service.“Hai,” sapa Cristian pada Natasya yang duduk di dekat meja makanan bersama Imah.Natasya hanya tersenyum dan mengangguk karena dia tak ingin menarik perhatian orang lain. Apalagi orang-orang di sini adalah kalangan pengusaha dan orang-orang berduit. Melihat Natasya didekati Cristian pasti akan menjadi bahan gosip di kantor ini. Sebagaimana Natasya dan Jayadi menjaga hubungan mereka agar tidak diketahui orang lain. Natasya tak tahan dijadikan bahan gosip.“Bisa minta nomor handphone kamu?” Tanpa basa-basi Cristian langsung menanyakan nomor handphone Natasya.Dengan ragu-ragu dan sedikit terpaksa Natasya menyebutkan no
Hari ini kantor Pak Dunan kedatangan rekan bisnis barunya. Lelaki itu bernama Martinus seorang pengusaha perkebunan dan juga memiliki usaha perhotelan. Martinus punya usaha yang banyak di daerah Kalimantan dan di Sulawesi. Kantor perusahaannya ada di Surabaya dan di Kalimantan.Pak Dunan bertemu dengan Martinus sekitar sekitar lima bulan yang lalu saat pertemuan antara kalangan pengusaha di pulau Bali. Pada saat bertemu dulu itu mereka berkeinginan mengadakan kerjasama bisnis.Pak Dunan telah turun ke lobi untuk menyambut rombongan tamunya. Bu Talisa, Bu Rini dan beberapa kepala bagian lain mendampingi Pak Dunan menerima tamu mereka di lobi. Sapuro telah membuka pintu kantor dan ikut berdiri bersama Pak Dunan. Tak berapa lama datang sebuah mobil mewah diiringi satu mobil bak terbuka berukuran besar. Saat mobil berhenti di depan lobi, turun dari mobil pertama dua orang laki-laki dan seorang perempuan cantik. Lalu dari mobil terbuka turun tiga orang laki-laki dan seorang perempuan. Lal
Natasya berusaha mengatur nafasnya. Ia tak ingin membuat si penculik tersinggung dan melakukan tindakan yang agresif.Setelah menyentuh pipi dan rambut Natasya, si penculik kemudian duduk tenang lagi di hadapan Natasya. Ia kembali memandangi wajah Natasya.“Kamu sudah punya suami?” tanya si penculik tiba-tiba.“Belum,” jawab Natasya. Dasar penculik aneh, suami orang pun ditanyakan, batin Natasya.“Kamu sudah punya kekasih atau pacar?” tanya si penculik sambil terus memandangi wajah Natasya.Sejenak Natasya terdiam. Ia sedikit kebingungan mau menjawab bagaimana.“Belum, saya tak ada pacar atau kekasih,” jawab Natasya dengan ragu-ragu.“Kamu jangan bohong! Perempuan secantik kamu kok belum punya pacar atau kekasih!” bentak si penculik. Suara si penculik yang cukup keras membuat jantung Natasya serasa mau copot.“Iya, saya tak punya pacar atau kekasih,” kata Natasya sekali lagi. Dalam hati Natasya berpikir dan berhayal siapa tahu si penculik ini adalah pangeran berkuda dari istana dongen
Sore itu cuaca agak mendung. Natasya buru-buru hendak pulang dari kantor. Ia takut kehujanan. Ia telah memesan motor ojek online. Sebagian karyawan kantor sudah pulang.“Sore Pak Sapuro,” sapa Natasya saat melihat Sapuro duduk lobi. “Sore Natasya. Mau pulang ya?”“Iya Pak. Saya takut kehujanan,” kata Natasya sambil tersenyum.“Iya deh, memang baiknya agak bergegas. Cuacanya udah mendung. Sebentar lagi nampaknya mau hujan.”“Iya, Pak. Mari, Pak.”“Iya, Mari.”Natasya bergegas melangkah ke depan kantor. Ia berdiri di trotoar depan kantor. Ojek online yang dipesannya agak terlambat datang karena nampaknya jalanan sore itu macet parah. Natasya melirik-lirik motor ojek yang dipesannya, namun belum juga datang. Beberapa motor ojek online lewat tapi belum juga kenderaan dengan nomor yang dipesan Natasya. Suasana trotoar terlihat sepi. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan Natasya. Seseorang dengan sigap menarik Natasya dan seperti kejadian penculikan yang dulu pernah dia
Jayadi terlihat gelisah di ruangannya. Ia mondar-mandir seperti orang yang kebingungan. Sesekali ia melangkah ke arah jendela dan melihat ke warung mie ayam Bu Masna. Pikirannya dipenuhi tentang Natasya. Sudah dua minggu dia tak bertemu Natasya. Nomor handphone Jayadi sepertinya diblokir Natasya. Sejak hari pengunduran diri Natasya di kantor Jayadi, ia tak bisa lagi menghubungi gadis itu.“Pak Gun, bisa ke ruangan saya?”“Baik, Pak.” Gunadi yang sedang asyik minum kopi dan merokok di pos belakang kantor segera bergegas ke ruangan Jayadi.Lena melihat Gunadi hendak masuk ruangan Jayadi. Lena hanya tersenyum dari balik dinding kaca ruangannya.Gunadi mengetuk pintu ruangan Bos Jayadi.“Masuk!’Gunadi duduk di salah satu kursi yang ada di sekeliling meja bundar. Jayadi masih duduk di kursi eksekutifnya sambil memperhatikan handphonenya. Ia kemudian meletakan handphonenya di atas meja dan mengurut kepalanya sendiri.Gunadi yang sangat paham dengan kebiasaan dan tabiat Big Bos, hanya diam
Natasya telah terlatih bekerja dengan baik di kantor Jayadi. Pak Kasrin memuji pekerjaan Natasya yang bersih dan teliti. Baru dua hari Natasya bekerja di kantor Pak Dunan, para pegawai dan staf sudah membicarakan kehadiran Natasya. Mereka pada heran dengan gadis cantik yang bekerja sebagai cleaning service.Pak Kasrin tersenyum pada Natasya, “Semoga kamu betah bekerja di sini.” Pak Kasrin mengatakan itu saat hari kedua Natasya melaporkan pekerjaannya pada Pak Kasrin.Natasya membalas senyuman Pak Kasrin, “Iya Pak. Saya berharap begitu. Orang-orangnya ramah kok di sini,” kata Natasya.“Iya semua karena Pak Dunan. Bos perusahaan ini orangnya santun dan dia juga mengajari semua orang di sini bersikap santun dan baik. Kamu sudah pernah bertemu Pak Dunan?”“Baru melihat dari jauh, Pak. Saya takut menyapa Pak Dunan.”“Orangnya ramah, kalau ketemu atau berpapasan kamu sapa saja,” kata Pak Kasrin.“Baik, Pak,” jawab Natasya sambil tersenyum pada Pak Kasrin.“Katanya orang tuamu jualan mie aya