공유

02. Pergi

Daerah Zona Terlarang, adalah desa yang berada di pedalaman daratan bagian Barat Kerajaan. Semula desa ini dipimpin oleh seorang kepala suku, awalnya ayahnya Arga yang memimpin suku. Namun karena Ayah Arga sudah tiada, maka tugas mengelola desa diberikan kepada tetua desa,yang bernama Eyang Abimayu. 

"Ibu, Arga pulang!, Arga tadi menemukan beberapa tanaman herbal yang bisa mengurangi sakit ibu." Arga pun lekas membongkar keranjang bawaannya mengeluarkan beberapa tanaman, dan segera meraciknya. 

"Uhuk... Uhuk... Nanti saja membuat obatnya nak, uhukk... Uhuk makan dulu sini... Uhukk." Ajak sang ibu, walaupun dalam kondisi lemas Ibu Arga masih memaksakan dirinya.

Ibu Arga menjadi sakit-sakitan, Semenjak Ayah Arga meninggal dunia 14 tahun yang lalu, karena memenuhi tanggung jawabnya untuk melindungi desa dari pembangkangan yang dilakukan oleh paman Arga sendiri. 

Paman Arga melakukan penyergapan, karena ia menginginkan posisi Ayah Arga sebagai kepala suku, lantas paman Arga dengan pasukan hewan-hewan liar yang dimilikinya menghancurkan desa dalam sekejap. Saat itu keadaan desa menjadi kacau-balau, api berkobar dimana-mana, sangat mengerikan. 

Ayah Arga yang terdesak, demi menghentikan kekacauan, terpaksa melawan saudara kandungnya sendiri. perkelahian pun tak terbendung, mereka terus bertarung mengeluarkan kesaktian masing-masing untuk mencari yang terunggul di antara mereka, hingga keduanya sama-sama kehabisan tenaga. 

Hampir sampai pada batasnya, Ayah Arga mengeluarkan tanduk Markhor warisan leluhur. Kemudian menusukkan nya ke dada sang kembaran. Paman Arga pun tumbang, lalu menghembuskan nafas terakhirnya. 

Sedangkan, Ayah Arga yang merasa dirinya tidak dapat tertolong lagi, dalam keadaan hampir sekarat, memaksakan diri melakukan ritual guna mewariskan semua ilmu saktinya kepada Arga. 

Arga yang saat itu berumur 4 tahun, masih tidak mengerti apa-apa hanya menangis ketakutan. Ia menjadi tak sadarkan diri, setelah menerima kekuatan sang ayah. 

Sejak saat itulah, kepemimpinan suku sementara beralih ke Eyang Abimayu, namun ketika Arga sudah dewasa kelak, ia sebagai penerus sah akan kembali meneruskan jejak sang Ayah, sebagai kepala suku. 

Arga lekas menghampiri sang ibu, ia dengan lahap memakan masakan lezat dari sang ibu. Namun sesekali tatapan khawatir ia berikan, ketika ibunya batuk keras, dan memuntahkan darah.

Namun Ibu Arga yang menyadari kekhawatiran sang anak, lekas membersihkan darah yang membanjiri bibirnya menggunakan sapu tangan. Lalu memasang senyum hangat seolah semuanya baik-baik saja. Namun tetap saja Arga merasa cemas. 

Kemarin ia menguping pembicaraan sang ibu dengan Tabib Manika. Kata tabib, Ibunya hanya bisa bertahan selama 6 bulan lagi. Dan satu-satunya obat untuk menyembuhkannya hanyalah Anggrek Berlian. Anggrek ini hanya bisa ditemui dalam lautan dengan ke dalaman antara 19.690 kaki (6 km) hingga 35.797 kaki (11 km), di 'trenches zone'. 

Dalam zona itu, Suhunya bisa mencapai titik beku dan memiliki tekanan hingga 8 ton per inci persegi. Meskipun berada dalam lingkungan yang ekstrem, nyatanya Anggrek ini banyak tumbuh subur disana.

Karena habitatnya dalam keadaan sedingin es, menjadikan kelopak Anggrek ini membeku dan mengkristal, sehingga tampilannya tampak seperti berlian. 

Konon katanya, Anggrek Berlian ini hanya pernah sekali berhasil di bawa kedaratan. Yakni oleh Raja Maheswara ke-IV, dia mendapatkan tanaman ini sebagai imbalan dari Orang Laut. 

Jadi hanya ada tiga cara untuk bisa mendapatkan bunga Anggrek Berlian.  Pertama dengan mengambilnya sendiri ke dalam laut, yang sedingin es itu. Kedua memintanya dari Orang Laut, atau ketiga memohon kepada Raja agar memberikannya. 

Cara pertama tidak mungkin bisa dilakukan, karena Arga tidak ingin berakhir dengan mati membeku disana. Cara kedua sepertinya juga tidak bisa, karena keberadaan Orang Laut yang hampir mustahil dijumpai. Jadi cara, Satu-satunya yang tersisa, yaitu dengan memintanya kepada Raja Ganendra. 

Tiba-tiba Arga terpikirkan, tawaran Raja yang mengundangnya ke Kerajaan. Mungkin hanya ini kesempatannya untuk bisa mendapatkan obat penyembuh untuk Sang Ibu. 

"Ibu, tadi Arga bertemu Raja Maheswara. Ia menawari Arga posisi seorang Banding Agung di kerajaannya. Jadi boleh kah Arga kesana, bu?." Tanya Arga ragu. 

"Apa?!, Raja Maheswara?!, Banding Agung?!." Ibu Arga tampak terkejut, dia menghentikan kegiatan makannya. "Nak, kamu tahu sendiri kan. Uhuk...uhuk... Orang Darat sangat tidak mendukung masyarakat kerajaan." Jawab Sang Ibu.

"Tapi bu... Arga hanya ing--."

"kelak kau akan menjadi, uhuk...uhuk... Kepala Suku disini. Kami tidak bisa, uhuk...uhuk... kehilangan mu Arga." potong Sang Ibu cepat. 

"Tapi, bagaimana dengan penyakit ibu?, Arga juga tidak mau kehilangan Ibu." Balas Arga lirih. 

sambil mengepalkan tangannya geram, Ibu menjawab. "Cukup Arga!, keputusan ibu sudah mutlak, kau tidak boleh meninggalkan desa ini!, Jika kau memilih pergi ke kerajaan, maka kau bukan anak ku lagi!." Sanggah Ibu Arga murka. 

Namun, Arga sudah membulatkan tekad, ia berdiri memberi hormat kepada Ibunya, "Maafkan Arga bu." Lalu ia berbalik pergi meninggalkan rumah. 

"Arga kembali!."  

"ARGA!."

◇❖❖◇ 

Kali ini, Arga sengaja tidak memberitahu Eyang Abimayu jika dia akan berpergian. Karena jika sampai kepala suku, sekaligus gurunya itu mengetahuinya, Arga bisa diusir selama-lamanya dari suku.

Setelah sehari dua malam melakukan perjalanan dengan Nehan, Arga pun tiba di depan gerbang istana. Namun ketika dia ingin masuk. Pengawal yang berjaga langsung mencegatnya, "Orang luar yang belum membuat janji tidak bisa masuk, dan dilarang membawa hewan peliharaan." ucap pengawal tegas. 

"Tapi pak, Raja Ganendra sendiri yang mengundang saya, anda bisa menanyakannya." Jelas Arga. 

"Tidak bisa nak, karena kau tidak memiliki surat resmi." pengawal itu tetap bersikukuh. 

"Ini perintah langsung dari Raja, biarkan dia masuk." Tukas Manggala yang kebetulan juga ingin memasuki istana. pengawal itu pun buru-buru mempersilahkan. "Ba-baiklah anda boleh masuk." 

Dua orang pria, beserta seekor harimau tampak menyusuri Koridor putih berkeramik luas yang menyebar ke Sekeliling kerajaan, "Jadi apa kau sudah memutuskannya anak muda?." Tanya Manggala yang berjalan cepat di depan mereka, memandu jalan. 

"Hmm, tapi saya memerlukan sesuatu." Balas Arga kurang yakin, ia tengah mempersiapkan diri, merangkai Kata-kata yang sekiranya pantas untuk diucapkan nanti. "Baiklah, kau bisa menyampaikan nya sendiri kepada Raja, Ia tengah menunggumu di Aula pertemuan" Manggala memberikan jalan untuk Arga dan Nehan, membiarkan mereka memasuki Ruangan. 

Sebuah aula bundar megah berada dibawah langit-langit kubah kristal. Di terangi dengan pancaran sinar matahari, cahaya matahari itu berubah warna-warni, karena pantulan dari panel-panel jendela yang terukir kaca patri. 

Raja menanti, di singgasana emas bertahtakan permata berkilap-kilap. Ia kelihatan berwibawa dengan balutan baju silver-biru yang berkilauan alih-alih warna hitam seperti yang ia pakai di hutan. 

"Salam kepada Matahari kerajaan, saya Arga Giandra Bratajaya, menghadap Raja ingin menyampaikan suatu perihal." Salam Arga sambil menundukan badannya memberi hormat. 

"Berdirilah Arga, katakanlah jangan sungkan." Raja membalas sembari melambaikan tangannya, menyuruh Arga menyudahi hormatnya. 

Arga kembali berdiri tegak, lalu melanjutkan "Saya bersedia menjadi seorang Banding Agung, tetapi dengan satu syarat, yakni saya menginginkan Anggrek Berlian, paduka." Arga menyelesaikan kalimatnya dengan menatap lurus Kaisar, matanya memancarkan kesungguhan mendalam.

Entah karena alasan apa, ekspresi di mata keemasan Raja berubah lembut. "Kalau begitu, acara penobatan akan diadakan besok, setelahnya jika kau berhasil menjalankan tugasmu dengan baik sebagai Banding Agung, maka akanku berikan bunga Anggrek Berlian kepadamu."

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status