Share

Bab 3

Leana mempercepat langkahnya, bahkan terlihat setengah berlari ketika lelaki itu terus saja mengikutinya. Luka dikakinya pun tak lagi ia hiraukan, karna sudah tidak terasa sakit. Gadis itu pun dengan cepat memasuki kelasnya, sepanjang koridor kampus tak henti - hentinya ia merasa heran. Mengapa tidak, kampus yang tengah ia pijaki ini lebih sepi dari sebuah kuburan.

Gadis itu menoleh kebelakang dan menghela nafas lega, ketika melihat Nalendra tidak mengikutinya lagi. Leana megedikkan bahunya acuh mungkin lelaki itu sudah pulang. Ia lalu berbalik dan berniat melanjutkan langkahnya untuk ke kelas namun seketika ia mematung di tempat. Bagaimana bisa?

"Kenapa pucat by? Apa wajahku menakutkan?" tanya Nalendra dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.

Apa lelaki itu hantu?

"Al, kenapa kau mengikutiku?"

Nalendra tersenyum dan meraih tangan gadis itu lalu menggandengnya menuju ruangannya. "Kenapa? Kau kan milikku!"

"Tapi aku butuh ruangku sendiri! Hidupku tidak selalu tentangmu," desis Leana dan menyentak tangan Nalendra kasar. Lelaki itu menatap Leana datar, menjinakkan gadis ini bagaikan menjinakkan singa.

"Masih pagi baby, aku tidak mau berdebat!"

"Itu yang aku coba katakan Nalendra! Tinggalkan aku, dan jangan mengikutiku!"

"Aku benci melihatmu!" lanjut Leana dengan gumaman, namun masih terdengar jelas di telinga lelaki itu.

Nalendra mendekat, dan mengelus pipi gadisnya pelan. Amarah gadisnya begitu terpancar dimatanya, tapi tidak apa - apa yang penting ia mencintainya itu sudah cukup. Ia menurunkan tangannya, namun masih menatap Leana dengan senyuman, dan seketika gadis itu terhuyung ke samping.

Plak!

Leana memegang pipinya yang terasa kebas, sudah ia duga ini yang akan terjadi. Karena sebelum menamparnya, lelaki itu akan mengelus pipinya dengan lembut. Leana tersenyum sambil memegang pipinya, lalu gadis itu maju dan membogem wajah Nalendra yang tidak berhenti tersenyum.

Bugh!

"Lumayan," desis Nalendra tersenyum sambil memegang rahangnya yang dibogem kekasihnya.

Pukulannya tidak terasa, tapi cukup membuat lelaki itu terhuyung. Ternyata tenaga gadisnya lumayan, dan ia suka keberanian itu.

"Impas! Jangan ikuti aku lagi!" ujar Leana menatap datar Nalendra, "Atau kita batalkan pertunangan menjijikkan itu."

Nalendra mengepalkan tangannya erat, sungguh mulut gadisnya begitu tajam. Jika bukan atas nama cinta ia akan menembak kepala gadisnya hingga pecah. Nalendra mendekat dan tersenyum pada gadisnya, "Coba saja jika kau bisa," Smirk nya dan mengecup kening Leana pelan, "Aku pergi by, dan pukulan tadi aku menyukainya." ujarnya sebelum melambaikan tangan dan pergi. Kali ini ia akan mengikuti keinginan gadisnya, tapi tidak untuk lain kali. Anggap saja ini bonus.

"Menjijikkan!" desis Leana dan mengusap kasar keningnya yang telah di cium lelaki itu. Setelah lelaki itu pergi ia pun melangkahkan kakinya memasuki kelas, cukup sepi dan itu menguntungkannya untuk melanjutkan mimpinya yang tertunda.

Selama beberapa tahun terakhir, hubungan pahit ini selalu menghantui dirinya. Tidak ada cinta ataupun kasih sayang, dan hanya ada kekerasan. Kejadian tadi hampir setiap hari terjadi, dan itu sudah biasa ia lewati. Lelaki kasar yang berstatus kekasihnya, juga pemilik Universitas yang tengah ia pijaki ini. Miris bukan, pantas saja ayahnya memaksanya untuk kuliah di Universitas ini dan sekarang ia tidak heran lagi. Sudah hampir 2 tahun ia kuliah disini, dan sekarang Leana menempuh semester 4 dengan jurusan psikologi.

Kelas masih sepi, Leana celingukan sungguh membosankan. Tapi tetap berada di rumah juga bukan hal yang tepat. Niat melanjutkan mimpinya juga urung ia lakukan, bertemu lelaki itu tadi telah menghilangkan rasa kantuknya. Leana mengambil hp nya dan berniat menelfon sahabatnya, "Huh, pasti dia masih ngorok!" gumamnya, dan benar saja sahabatnya itu memang tidak bisa dihubungi. Leana berdecak kesal, daripada membuang waktu lebih baik ia melanjutkan tugasnya yang tertunda dulu. Ia pun mengambil laptop dari tasnya dan melanjutkan membuat tugasnya. Sambil mengetik, gadis itu mengambil sebatang nikotin dan menyalakannya lalu menghisapnya dan menghembuskannya perlahan. Kelas yang sepi, hanya ada dirinya dan kepulan asap rokok.

Selama empat tahun terakhir, nikotin itu adalah temannya dan juga candunya. Ketika menyesapnya ada kelegaan yang tidak bisa ia ungkapkan. Rasanya tiada beban yang terus menghantuinya.

Hujan mulai reda, dan sang surya mulai menampakkan sinarnya. Sekarang sudah jam 9 pagi, dan para mahasiswa sudah mulai berdatangan. Leana menutup laptopnya, dan segera berdiri. Ia akan pergi ke cafetaria untuk mengisi perutnya.

Leana melangkahkan kakinya menuju cafetaria sambil sesekali mengecek ponselnya, gadis itu berdecak tidak satupun pesannya dibalas oleh sahabatnya. Kelasnya akan dimulai sebentar lagi, "Dia mati atau tidur sih?" gerutunya pelan, ia melirik sekitar cafetaria yang cukup sepi dan itu menguntungkan dirinya. Jika tidak, semua mahasiswa lain akan bergosip ketika melihatnya.

Gadis berandalan, simpanan om - om.

Julukan yang ia terima setiap harinya. Tapi ia tidak peduli semua itu, jika ia harus mengurusi hal seperti itu berapa mulut yang harus bungkam. Leana memanggil pelayan dan memesan bubur ayam dan segelas jus alpukat. Menyantap bubur ayam hangat di pagi yang dingin, tanpa gangguan dari lelaki itu. Rasanya sungguh surga dunia.

Entah apa alasan para mahasiswa menyebutnya seperti itu, tapi yang pasti jika itu tidak benar ia tidak peduli sama sekali. Sambil menunggu pesanannya Leana memainkan ponselnya, sesekali mengecek sosmednya dan mengacuhkan pesan - pesan tidak jelas yang terus ia terima. Nalendra tahu atau tidaknya apa yang terjadi padanya dikampus, ia tidak tahu. Tapi yang jelas ia tidak butuh bantuan lelaki brengsek itu, karna Nalendra lah yang selalu membuat rumor itu terlihat bahwa hal itu adalah benar.

Leana tersenyum ketika pelayan menyajikan pesanannya, ia pun mengaduknya perlahan dan sesekali meniupnya. Setelah dirasa dingin Leana menyuapi dirinya, namun ia tersentak ketika ada yang memeluknya dari samping.

"Hey baby..."

Leana menoleh, dan tanpa sengaja ia menjatuhkan sendoknya.

"Kenapa mulutmu bau rokok?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status