Share

Bab 2

Penulis: miraw
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-19 07:08:14

Setelah kepergian Nalendra, wanita paruh baya itu kembali melanjutkan kegiatannya di dapur. Memasak adalah hobby nya, dan sekarang Emely tengah mempersiapkan alat dan bahan untuk membuat adonan cookies. Sambil bersenandung ria ia mulai untuk membuat adonan, hingga kedatangan suaminya Rafa, "Apa yang terjadi?"

"Apanya yah?" tanya Emely menatap suaminya. Rafa menghembuskan nafas kasar, ia sungguh tidak enak rasanya dengan Nalendra. "Leana! Apa yang terjadi pada gadis itu? Apa dia tidak punya sopan santun, Nalendra sudah datang pagi - pagi kesini hanya untuk menemui anak pemalas itu. Tapi gadis itu malah mendekam di dalam kamarnya!" ujar Rafa menatap istrinya yang masih sibuk membuat adonan, dari kata - katanya terlihat sekali bahwa lelaki paruh baya itu tengah marah.

Melihat kemarahan suaminya, Emely segera mencuci tangannya dan mendekati Rafa "Biarkan saja yah, mungkin Leana masih lelah," ujarnya lembut, sambil mengelus lengan suaminya. Ia tahu, suaminya ini adalah orang yang tegas.

"Lain kali jika Nalendra datang lagi, dan gadis itu masih mendekam dalam kamarnya seret saja keluar!" Rafa mendengus, dan segera pergi dari dapur untuk siap - siap pergi ke kantornya.

Emely menggelengkan kepalanya pelan, sambil tersenyum kecut. Ia tahu jika putrinya tidak setuju dengan semua ini, tapi apakah ia berhak bersuara?

***

Seorang gadis terlihat menutup mulutnya sendiri sambil menahan buliran air mata yang hendak keluar, mendengar suara langkah kaki datang dengan cepat ia berlari dan bersembunyi di bawah tangga. Leana menyandarkan dirinya ke dinding lalu luruh begitu saja ke lantai, dengan isak tangisnya ia memukuli dirinya sendiri. Kenapa, kenapa harus dirinya?

Pagi ini setelah mendengar suara mobil menjauh, Leana segera bangkit dari tidurnya dan mengintip dari celah jendela. Terlihat mobil Nalendra telah menjauhi pekarangan rumahnya, gadis itu berjingkat senang. Kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk ritual paginya. Hari ini ia ada kelas siang, Leana mengikat rambutnya dan segera mengambil tas nya. Tidak seperti gadis lain yang ribet dalam berdandan, Leana begitu simple karna ia tidak suka hal - hal yang merepotkan. Meski hari masih pagi, dan kuliah nya di siang hari tapi tetap saja gadis itu berangkat pagi - pagi. Karena menurutnya berada di luar rumah, jauh lebih menyenangkan.

Setelah memakai sepatu, kaki jenjangnya mulai menuruni anak tangga dan berjalan ke dapur. Tapi sebelum sampai dapur, Leana menghentikan langkahnya ketika mendengar suara kedua orang tuanya yang tengah membicarakan kejadian tadi. Leana mengepalkan tangannya erat, bicara pun percuma karna tidak akan ada yang mengerti dirinya. Apalagi bagaimana lelaki yang bernama Nalendra itu memperlakukan dirinya. Leana cukup tersentak ketika mendengar ayahnya berkata seperti itu, kenapa seakan ayah nya sendiri malah berpihak pada lelaki itu?

Leana mengusap sudut matanya kasar yang tiba - tiba saja mengeluarkan bulir bening. Kemudian ketika mendengar langkah kaki ayahnya mendekat ia pun berlari dan bersembunyi di bawah tangga seraya terisak.

Disinilah dirinya berada sekarang, di bawah tangga sendirian dengan hati yang berkecamuk. Leana mengusap matanya kasar, berusaha menghilangkan jejak tangis nya. Ia pun menormalkan nafasnya sejenak kemudian berjalan kembali menuju dapur.

"Bunda..."

"Eh anak bunda udah bangun, mau kemana sayang? Kan kuliah kamu siang." ujar Emely ketika melihat anaknya sudah rapi pagi - pagi begini.

"Kampus bunda, Lea ada tugas juga makannya berangkat pagi!"

"Iya hati - hati sayang..." ujar Emely ketika melihat anaknya melenggang begitu saja, namun merasa ada yang aneh Emely segera menghampiri Leana yang sudah menghidupkan mobil.

"Lea..."

"Leana!" teriak Emely, namun putrinya sepertinya tidak mendengarnya dan pergi begitu saja. Emely menatap kepergian putrinya yang mengendarai mobilnya di atas rata - rata. Lalu tadi putrinya juga seperti sengaja tidak mendengar panggilannya. Serta mata Leana yang sembab, apa putrinya menangis?

Emely berjalan kembali menuju dapur, lalu melihat suaminya yang sudah rapi. "Ayah berangkat sekarang?"

"Iya bun, kemana anak itu? Ayah tadi dengar suara mobil begitu keras, Dasar!" ujar Rafa sambil membenarkan dasinya.

"Ke kampus yah, katanya ada tugas makannya berangkat pagi."

Rafa tidak menjawab, lelaki paruh baya itu beralih mencium kening istrinya, "Ayah berangkat bun."

"Iya hati - hati!"

Setelah kepergian suami dan putrinya, Emely kembali membuat cookies nya. Ia tahu putrinya itu sedang marah, dan semoga Leana tidak membuat ulah dalam kemarahannya. Karna ia tahu bahwa putri dan suaminya itu memiliki kemarahan yang sama.

***

Matahari belum menampakkan sinarnya, tetesan hujan tak kunjung berhenti membasahi bumi. Namun Jakarta terlihat begitu sibuk dalam aktivitasnya masing - masing. Mobil sport berwarna hitam mengkilap itu terlihat membelah jalanan raya. Seorang gadis yang mengendarainya terlihat begitu menikmati alunan musik, dan mengacuhkan segala umpatan serta makian oleh para penghuni jalanan. Leana begitu menikmatinya, rasanya dirinya seperti burung yang terbang bebas. Melihat tulisan Universitas Arsyanendra, Leana menghembuskan nafasnya pelan ternyata ia telah sampai. Mengapa rasanya begitu dekat? Leana mulai memasuki area kampus, dan ternyata masih begitu sepi.

Kerleeanna Alina Allison seorang gadis yang tengah menempuh bangku perkuliahan semester 4. Gadis tinggi semampai, dengan kulit putih bersih serta rambut hitam legam seperti iris matanya. Pandangannya yang tajam dan begitu misterius membuat begitu banyak laki - laki yang mencoba mendekatinya. Seperti arti dari namanya Alina, terang dan bersinar. Aura gadis itu begitu dominan, namun tetap kalah dihadapan seorang Nalendra.

Leana keluar dari mobilnya dan membanting pintunya kasar. Gadis itu melihat sekeliling, dan merasa heran mengapa keadaan kampus begitu sepi. "Ck, apa ini kuburan? Mengapa tidak ada orang?" Leana berdecak, lalu mengambil ponselnya. Ia akan menghubungi sahabatnya, dan tentu saja gadis itu tidak akan bangun jam segini apalagi mengetahui ada kuliah siang dan benar saja, sahabatnya tidak mengangkat telfon darinya.

Melihat sepertinya tidak ada orang, Leana berjalan menuju kelasnya. Lebih baik ia menunggu disana, dan melanjutkan mimpi indahnya. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain tidur dalam kelas. "Hoamm," Leana menguap sambil melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Ngantuk by?"

"Kenapa malah ke kampus pagi - pagi hm?"

Leana memutar tubuhnya dan membelakkan matanya ketika melihat lelaki yang ia hindari kini tengah berdiri dihadapannya. Nalendra tersenyum dan berjalan mendekat. Tanpa menunggu lelaki itu, Leana melangkahkan kakinya kembali menuju kelas. Seharusnya ia tidak terkejut lagi. Karna sekarang ia tengah berada di sangkar lekaki itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 19

    Suara tembakan revolver itu menggema di keheningan malam, dan detik itu juga seorang lelaki melompat dari bukit tersebut. Meninggalkan seorang gadis yang baru saja ia nyatakan cintanya, tengah merintih kelu sembari mencengkram erat lengan kanannya yang terkena timah panas."Arghh..." rintih Leana terduduk sambil menutup lukanya dengan jas pemberian Melvian, dan tanpa ia sadari ada sepasang mata yang menatapnya tajam penuh intimidasi.Nalendra tersenyum smirk dan menaruh revolvernya kembali, setelah menyelamatkan lelaki itu dengan beraninya gadisnya memeluk jas dari lelaki lain. "Bitch!" desis Nalendra tajam dan merampas kasar jas tersebut lalu membuangnya asal. Tangannya terangkat menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik yang tengah merintih itu, namun tak ada setetes liquid bening yang jatuh. Harus ia akui, jika Leana seorang gadis yang tangguh. "Why baby?" bisik Nalendra rendah sambil mengelus puncuk kepala gadisnya lembut, nafasnya yang hangat dan teratur menerpa per

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 18

    Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan dua insan berbeda usia itu saling berbincang ramah. Berbalut jas hitam yang terlihat pas ditubuh tegapnya, Nalendra begitu terlihat menawan dengan tatapan biru safirnya yang tajam. Rafa tidak berhenti menyunggingkan senyumnya kala melihat calon menantunya yang menenteng banyak paper bag dan tentunya dari merk yang terkenal."Masuklah Al, Lea ada dikamarnya."Tanpa menjawabnya Nalendra melangkahkan kakinya dan berjalan menuju kamar gadisnya, namun sebelum itu ia menaruh paper bag itu di atas meja sembari tersenyum sinis menatap Rafa. Ia mengambil salah satu paper bag, dan menatapnya lembut. Ini adalah hadiah spesial untuk gadisnya.Sampai di ambang pintu Nalendra menghentikan langkahnya, aroma parfum yang begitu menguar sangat mengusik indera penciumannya. Lelaki itu tersenyum smirk, lalu menoleh kesamping. Menatap Emely yang memandangnya penuh takut, lalu wanita paruh baya itu memasuki kamarnya dan mengunci pintunya."Berani kau bermain-main den

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 17

    "Wtf, kenapa lo harus secantik ini Lea?" gumamnya sendiri sembari memperhatikan dirinya di cermin, lekukan tubuhnya terpahat sempurna dalam balutan one shoulder dress hitam yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih.Gadis itu terkikik geli seraya memutar tubuhnya perlahan, sudah lama ia tidak memakai dressnya dan tidak disangka jika balutan dress ini mampu membuatnya terlihat lebih dewasa. Leana menyisir rambutnya perlahan, sepertinya disisir biasa tidak akan sepadan dengan dressnya. Gadis itu tampak berpikir sejenak, dan ekor matanya melirik catokan curly di meja riasnya dan ia tahu apa yang harus di lakukan."Kencan, kencan, kencan lalalala..." Senandung kecil terus mengalun indah, tangannya dengan lihai memberikan sentuhan make-up di wajahnya. Leana memperhatikan dirinya sejenak di cermin, satu kata yang dapat ia berikan. "Sempurna!""Ayo Lea, tunjukin pesona lo pada si Melvian!"Tangannya mengambil ponsel untuk membalas pesan dari Melvian yang katanya akan menjemputnya lan

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 16

    Pintu tertutup sempurna, meninggalkan Nalendra yang mematung di tempat. Gadisnya begitu keras kepala, ia terkekeh pelan sambil meraup wajahnya kasar. Gadis kecilnya yang lugu telah berubah menjadi singa betina, dan itu tentu saja berkat dirinya. Nalendra melangkahkan kakinya dan kembali duduk, seraya menyalakan sebatang nikotin pikirannya menerawang jauh memikirkan apa yang telah berlalu. "Lo terlalu membiarkannya berkeliaran bebas!" celetuk seseorang membuat Nalendra menoleh dan menatap lelaki yang berdiri di ambang pintu itu datar. "Bukan urusan lo!" sahut Nalendra acuh.Defrizal terkekeh lalu duduk di hadapan Nalendra dan menuangkan segelas wine. "Lo terlalu larut dalam peran, dan jangan sampai lo lupa tujuan awal kita!" peringatnya menatap Nalendra serius. Nalendra tidak menjawab, ia terus menyesap sebatang nikotin yang berada di sela jarinya sembari menatap lurus ke jendela. Kata-kata yang di lontarkan oleh Defrizal tidak salah, namun ia benci jika mengingat semua itu."Tapi d

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 15

    "Aww perih by!" Plak!"Sakit by, kok malah di geplak sih?" gerutu Nalendra ketika Leana malah memukul tangannya yang sedang diobati itu. Leana membanting kotak obat itu dengan kasar, telinganya panas ketika mendengar segala rengekan yang keluar dari mulut seorang Nalendra. Rasanya ia menyesal telah menghentikan lelaki itu, kenapa tadi ia tidak pergi saja?"By kok berhenti sih? Ayo obatin lagi, sakit nih tangan aku!""Bacot anjing!" gumam Leana kesal sambil mengacak rambutnya kasar, sepertinya Nalendra benar-benar mengidap gangguan bipolar. Leana menoleh ketika merasakan lelaki itu yang menatapnya intens, "Keceplosan!" ujarnya cepat ketika mengetahui apa yang akan dikatakan oleh lelaki dihadapannya ini. Terdengar helaan nafas kemudian Nalendra tersenyum, ia senang ketika gadisnya mengetahui kesalahannya. "Kalau sakit ngapain masih dilakuin? Bego si jadi orang!" gerutu Leana sambil mengisi kapas ditangannya dengan obat merah. Tangan Nalendra cukup bengkak dengan darah yang sedikit ke

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 14

    Leana menoleh dengan smirk nya yang masih terpatri, gadis itu mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan di telinga seorang gadis yang meringkuk ketakutan. "Lo selamat sekarang Riana, tapi nggak tau deh nanti!" kekeh Leana seraya memasukkan pisaunya ke sakunya kembali."Kamu tuli Leana?""Saya nggak tuli pak!" seru Leana cepat sembari menghampiri seorang lelaki yang sudah meneriakinya itu. Lelaki itu tersenyum miring menatap mahasiswi nya yang cukup urakan itu. "Ikut ke ruangan saya sekarang!"Leana mendengus dan berjalan cepat mendahului lelaki itu. Telinganya sungguh panas mendengar segala desas-desus mengenai dirinya dari mulut tajam penghuni kampus yang menyaksikan dirinya. Leana tersenyum miring seraya menatap satu persatu mahasiswa yang menatap dirinya secara terang-terangan.Merasa di tatap demikian tajam oleh Leana, semua para masiswa seketika mengalihkan pandangannya dan berlalu pergi dari sana. Sementara seorang gadis yang masih terduduk di lantai secara mengenaskan itu mengep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status