Tiga hari telah berlalu, akhirnya bulan madu yang tidak seperti bulan madu itu berakhir, pasangan yang tidak seperti telah menikah itu pun kembali ke kota kelahirannya menggunakan pesawat jet pribadi milik keluarga Bramasta, bagi Nadin itu adalah pengalaman pertamanya. Setidaknya di di statusnya sekarang ia bisa merasakan menjadi orang kaya. walaupun pernikahannya tidak bisa dikatakan sebagai sebuah pernikahan.Ronald membawa Nadin tinggal di rumahnya yang tampak mewah dan elegan. Nadin begitu takjub melihat semuanya, tapi ia tidak begitu senang karena ia tau sebenarnya ia sedang memasuki kandang harimau."Kumpulkan semua pekerja di rumah ini!" Titah Ronald pada Selfi. Perempuan itu menurut, hanya butuh beberapa menit saja, semua orang sudah berkumpul di ruangan mewah itu."Apakah semua orang sudah hadir?" Tanya Ronald sambil tersenyum, Nadin menangkap sesuatu yang tidak biasa dari senyumannya."Kalian semua boleh mengambil cuti untuk beberapa hari, saya sedang ingin mengosongkan ruma
Nadin tiba di kantor Bramasta, ia menghela nafas sebelum memasuki kantor itu, ia tidak tau apa yang akan terjadi padanya hari ini. Ia tau Ronald tidak akan membiarkannya tenang. Tapi ia harus tetap menghadapinya, ia berada di sana karena sebuah tanggung jawab dari perusahaan kecil bernama Mega Food milik Pak Bambang, tidak hanya tentang Mega Food, ia juga bertanggung jawab untuk meningkatkan marketing perusahaan Bramasta, karena ia sudah menjadi bagian dari Bramasta juga, untungnya Ia adalah wanita pekerja yang selalu totalitas pada tanggung jawabnya sehingga masalah pribadi tidak mempengaruhi pekerjaannya, ia bahkan masih bekerja dengan profesional saat Ronald mengajukan pernikahan tiga bulan lalu.Nadin sedang berkutat dengan komputer di depannya saat seorang rekan kerjanya berseru riang."Akhirnya gaji bulan ini turun juga!" "Iya, gajiku juga sudah masuk." Timpal yang lainnya.Nadin juga membuka mobile banking di ponselnya tapi saldonya tidak bertambah sama sekali, ia mengedarkan p
Beberapa hari kemudian, Nadin berhasil mendapatkan gajinya setelah berkali-kali bernegosiasi dengan staf keuangan sampai akhirnya gajinya itu dicairkan yang jumlahnya cukup fantastis, alasan ia begitu kekeh meminta gajinya adalah, ia ingin memberikan hadiah kepada ibunya dari hasil keringatnya sendiri, karena ibunya tengah berulang tahun.Ia selesai bersiap-siap di pagi hari, untungnya hari ulang tahun ibunya bertepatan dengan hari Minggu, jadi ia tidak perlu repot untuk mengambil cuti dari hari kerjanya."Mau kemana kamu?" Tanya Ronald berdiri di anak tangga yang terakhir sambil menekuk tangan di depan dada."Bukan urusanmu." Balas Nadin, ia mengikuti gaya bicara Ronald."Kamu pikir, kamu bisa melenggang dengan santai hari ini? Kamu punya banyak tugas, membersihkan rumah, memasak, mencuci, da banyak lagi, jadi tetap diam di rumah." "Aku tidak peduli, siapa suruh memberi cuti kepada para pelayanmu?" Ucap Nadin."Pokoknya kau tidak boleh ke mana-mana hari ini." Tegas Ronald."Ibuku ul
Nadin selesai berkutat di dapur, ia membawa makanan-makanan yang telah ia masak ke atas meja makan, setelah semua tertata rapi ia mengajak Ronald dan ibunya untuk makan. Selesai makan, mereka bermaksud untuk pamit, tapi Bu Sinta melarang dan memaksanya untuk menginap."Kamar kamu sempit sekali." Komentar Ronald saat memasuki kamar Nadin."Masih lebih luas dari kamarku saat di rumahmu." Balas Nadin. Ronald merasa sedikit bersalah, pulang nanti ia akan memberinya kamar yang lebih luas."Kamu tidur di kasur, saya akan tidur di sofa." Ucap Nadin seraya mendekati sofa minimalis di kamarnya."Oke." Ucap Ronald sambil berbaring, ia lelah setelah menyetir sendiri dari pagi hingga sore. Ia hanya ingin segera memejamkan matanya. Sementara Nadin, masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian ia keluar dan mendapati Ronald yang sedang tertidur pulas. "Sebenarnya kau bukan orang jahat kan?" Gumam Nadin, ia melepas kaos kaki Ronald, kemudian menghamparkan selimut di atas tub
Pagi sekali Ronald terbangun dari tidurnya, ia merasakan pegal di beberapa bagian tubuhnya setelah tidur di sofa, ia meliuk-liukkan tubuhnya sebentar agar merasa lebih baik, setelah melakukan itu ia terpekur karena mengingat kembali kejadian tadi malam, jelas-jelas ia telah merampas dengan paksa milik Nadin. Sebenarnya tidak masalah jika melakukan itu dengan Nadin karena mereka adalah pasangan yang sah, hanya saja caranya sangat salah, lagi pula awalnya ia hanya ingin bermain-main."Ayo, nak! Sarapan dulu, Nadin bilang kalian harus balik lebih awal kan?" Ajak Bu Sinta begitu melihat Ronald keluar dari kamar. "Oh, iya Bu." Ucap Ronald asal mengiyakan saja, sambil duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan itu, matanya melirik Nadin yang sedang menyantap makanan yang sudah mau habis."Ayo cepat, bukannya kau punya urusan penting?" Timpal Nadin terkesan memaksakan diri untuk turut bersuara, sepertinya ia hanya ingin memperlihatkan pada ibunya kalau ia baik-baik saja."Iya, benar."
Keesokan harinya Nadin kembali bekerja, kebetulan bertemu Ferdi di depan kantor, mereka pun masuk bersama. Saat masuk ke dalam kantor, semua orang telah berkumpul di lobi. Ternyata ada pengumuman penting di layar yang sengaja di pasang di tengah-tengah lobi agar semua karyawan langsung melihat jika ada informasi yang penting, kadang mereka terlambat mengetahui info jika dikirimkan ke media masing-masing. Di sana tertulis tentang agenda akhir tahun di perusahaan Bramasta, di kalimat terakhir semua orang diminta untuk berkumpul di aula perusahaan. Isi dari pengumuman itu di antaranya adalah akan diadakan family gathering. Jadi, setiap akhir tahun perusahaan Bramasta selalu mengadakan acara itu agar menjaga hubungan antar karyawan atau sebagai refreshing dan banyak lagi hal positif lainnya. Adapun pemilihan tempatnya, biasanya perusahaan mengadakannya di tempat-tempat pariwisata bahkan sampai ke luar negeri. Sama seperti sekarang mereka kembali mengadakan kegiatan tahunan itu dan pada ke
"Lepaskan!!!" Seru Nadin, ia menggoyang-goyangkan tangannya demi melepaskan diri dari Ronald."Bisa diam gak? Ikut saja, sekarang ini aku sedang menyelamatkanmu." Tegur Ronald, tapi ia tetap melepaskan gadis itu."Oh ya? terima kasih! Tapi aku tidak butuh." Ucap Nadin."Kau harus melihat keadaan, jangan berbuat seenaknya." Omel Ronald. "Terus aku harus diam saja diperlakukan seperti itu? Kau juga harusnya jaga sikap, karena kelakuanmu yang terlalu dekat dengan Nata yang membuat mereka merendahkanku. Padahal kaulah yang memaksakan pernikahan ini, kenapa malah aku yang kena batunya?" omel Nadin tidak mau kalah."Memangnya apa yang aku lakukan?" Ronald meminta penjelasan."Selama ada Nata kau melupakan istrimu ini. Oh, tidak! Sejak awal kau memang tidak berniat menganggapku ada, tapi harusnya kau ingat ini acara family gathering, mau atau tidak aku adalah keluargamu di sini, dan semua orang tau itu." Jelas Nadin tampak berapi-api."Kamu cemburu?" Selidik Ronald."Cemburu!? Enak saja, to
Nadin susah payah membopong Ronald di sepanjang jalan, ia sempat memberikan tongkat pada Ronald agar bobot tubuhnya yang berat dan keras sedikit berkurang. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat titik kumpul. Saat melihat keadaan Ronald, semua orang sigap memberi pertolongan, seseorang langsung menggantikan Nadin memapah tubuh Ronald, seseorang lagi sigap mengambilkan kursi, sementara itu Nadin langsung membiarkan tubuhnya menggelepar di tanah dengan nafas ngos-ngosan, layaknya ikan yang sedang butuh air. Ronald meliriknya dengan tatapan yang bercampur aduk, antara menahan sakitnya atau menertawakan Nadin, tapi jauh di dalam hati ada sedikit rasa kagum. Namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah saat Ferdi mendekati Nadin, dan mengulurkan tangan untuknya."Kamu baik-baik saja?" Ucap Ferdi seraya membantu Nadin bangun."Iya! Aku hanya kelelahan setelah berjalan sambil menanggung beban yang sangat berat, bahkan hatiku ikut lelah membawanya." Sindir Nadin sambil melirik Ronald yang suda