Siksaan Dari Tunangan Kakakku

Siksaan Dari Tunangan Kakakku

last updateLast Updated : 2024-01-11
By:  ZizizaqOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
32Chapters
1.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

"Ini perintah! aku ingin menikah denganmu karena suatu alasan, ini tidak melibatkan perasaan yang membuatmu berdebar-debar, kamu pikir kamu siapa?" ucap Ronald, terdengar serius dan memaksa sekaligus meremehkan. "Pernikahan tidak bisa disamakan dengan pekerjaan, Pak. Anda tidak bisa memerintah sesenaknya untuk alasan apapun agar orang menikah, apalagi anda tidak benar-benar mengenal saya" Nadin masih bisa protes. "Jadi kau tidak mau?" Ronald berdiri dan menghampiri Nadin. "Iya, Pak. lagi pula alasan apa yang membuat anda tiba-tiba ingin menikah dengan saya, Pak?" Tanya Nadin, meski ia sudah bisa membaca alasannya, ia hanya ingin mengulur waktu. "Karena aku ingin melihatmu menderita setiap hari di depan mataku" ucap Ronald tepat di hadapan Nadin, itu seperti sebilah pisau yang menggerogoti lehernya, rasanya Nadin ingin menangis mendengarnya, tapi tidak semudah itu membuang-buang air mata untuk orang yang sedang emosi. 'kejam sekali! Harus semenderita inikah, anak dari wanita yang berselingkuh?' ucapnya dalam hati, ia menelan ludahnya dengan kesal. "Maaf, Pak. Saya tidak bisa!" Ucap Nadin tegas, tak ingin diganggu gugat.

View More

Chapter 1

Bagian 1 Mengetahui kebenaran.

Nadin begitu terkejut mengetahui berita dari ibunya sendiri, ternyata Nadin adalah anak yang terlahir dari istri kedua ayahnya, yaitu Pak Dion, hancur hatinya saat mendengar berita itu, ia tidak menyangka ibunya adalah istri simpanan yang hanya menikah siri dengan ayahnya, kebahagiaan yang ia rasakan selama dua puluh tiga tahun ternyata hanya kebohongan belaka.

Nadin tahu itu ketika mendengar sebuah kabar tentang ayahnya yang sedang dirawat di rumah sakit karena sakit parah, anehnya ibunya, yaitu Bu Sinta, malah sama sekali tidak peduli dengan itu, bahkan tidak ada tanda- tanda atau niatan untuk menjenguk Pak Dion, padahal laki-laki itu adalah suaminya sendiri.

"Ibu, bukankah ayah sedang sakit? Kenapa kita tidak menjenguk? Siapa yang mengurus ayah kalau bukan kita, meskipun ada perawat pasti ayah tetap merasa kesepian? siapa pun yang berada di posisi ayah pasti butuh keluarga." Tanya Nadin, ia merenteti Bu Sinta dengan pertanyaan yang banyak karena sudah tidak tahan dengan diamnya Bu Sinta.

"Tidak usah khawatir Nad, ada banyak orang di sisi ayah, lagi pula kita tidak bisa kesana, jaraknya terlalu jauh" ucapnya terdengar dingin. Membuat dahi Nadin mengernyit tidak paham.

"Tapi tetap saja, Bu. Kita sebagai keluarga ayah, harusnya kita yang mendampinginya kan?" Nadin kekeh, berharap Bu Sinta mau mengajaknya bertemu Pak Dion yang sedang sakit itu, kabarnya Pak Dion sedang sakit tipes.

Bu Sinta tidak menjawab, ia malah tersenyum miris sambil berdiri, hendak meninggalkan ruang tamu di mana mereka berada saat ini, Nadin hanya mengamati tingkah ibunya, melihatnya tidak mau peduli seperti itu, Nadin akhirnya memutuskan sendiri.

"Kalau ibu tidak mau, biar Nadin saja yang menemui ayah, Nadin bisa kok, Bu" Ucap Nadin menantang ibunya. Ucapan Nadin membuat Bu Sinta tidak jadi melangkah, ia berpaling ke arah Nadin.

"Jangan pernah melakukan itu, Nad. Meskipun kamu bisa!" Ucap Bu Sinta dengan tegas.

"Kenapa Bu? Bukannya kita ini keluarga ayah, kenapa ibu malah bertindak seperti orang lain?" balas Nadin yang tidak mengerti dengan sikap ibunya, andai saja bukan ibunya, ia ingin sekali menegur dengan keras.

"Ayah punya keluarga selain kita, Nad" ucap Bu Sinta dengan lirih, ia tampak ragu mengatakan itu. Nadin masih mencerna kata-kata ibunya.

"Maksud ibu, Nenek?" Tanya Nadin asal, ia tidak ingin berpikir lebih jauh, ia juga tidak tau siapa nenek yang ia bicarakan ini, selama hidupnya, ia tidak pernah bertemu dengan nenek manapun. Entah itu nenek dari ayah maupun ibu, Ia sempat bertanya pada ibunya tapi ibunya bilang, dia hidup sebatang kara, ia tidak punya orang tua sejak kecil. Sementara ayah, ia tidak pernah sempat bertanya pada ayahnya, bisa bercanda beberapa saat saja, ia sudah bersyukur.

"Bukan hanya nenek, Nad" Bu Sinta kembali duduk, sepertinya ia akan mengatakan sesuatu yang sangat serius.

"Ibu bukan satu-satunya istri ayahmu, Nad" Ucap ibunya membuat dada Nadin bergemuruh hebat.

"Karena itu kita tidak perlu ke sana, keberadaan kita tidak boleh terlihat oleh mereka, ini semua salah ibu" Lanjut Bu Sinta. Mata Nadin memanas mendengarnya, ibunya sendiri sudah mengusap pipinya dengan lembut, pertanda ia sudah menangis.

"Maksud ibu apa, kenapa ibu bukan satu-satunya? Kenapa ibu selalu berkata kita tidak boleh terlihat, memangnya kita tidak boleh terlihat oleh siapa? " Akhirnya Nadin mengeluarkan segala pertanyaan yang selalu ingin di tanyakannya sejak dulu, ia selalu merasa aneh, kenapa keluarganya berbeda dengan teman- temannya? mereka selalu bepergian saat liburan sekolah bersama keluarga, sementara ia tidak kemana-mana, kalaupun bepergian tidak boleh ke ibu kota.

"Mungkin sudah saatnya kamu mengetahui ini," ucap Bu Sinta kembali mengusap kedua pipinya.

"Kamu adalah anak dari istri kedua ayahmu, Nadin. Ibumu ini seorang istri simpanan, ibu memberitahumu karena, ibu merasa kau sudah bisa paham sekarang." ucap Bu Sinta tersedu begitu selesai mengakui statusnya yang hina kepada anaknya sendiri, perasaan Nadin juga tidak menentu apakah harus mengasihani ibunya atau membencinya, satu hal yang pasti, hatinya sakit mendengar pengakuan ibunya, ia tidak bisa berkata-kata, ia langsung memindai statusnya sendiri, kalau begitu dirinya adalah anak haram? Ia pun menangis memikirkan itu.

"Tapi kamu anak kami yang lahir secara sah, Sayang. kamu ada di perut ibu setelah kami melangsungkan pernikahan, walaupun secara siri" ucap ibunya seperti mengetahui isi pikiran Nadin, itu membuat hati Nadin sedikit lega, meski begitu tidak lekas membuat air matanya surut. Sudah dua puluh tiga tahun ia hidup di dunia, tidak pernah sekalipun ia curiga tentang hubungan Bu Sinta dan Pak Dion yang sebenarnya memang tidak normal.

"Sudah saatnya kamu keluar dari kebahagiaan semu keluarga kita ini, ayahmu adalah suami orang lain, ayah dari orang lain, kamu bukan satu-satunya anak ayah, kamu punya sseorang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki, meski kau punya saudara jangan pernah menunjukkan diri dihadapan mereka, kalian tidak akan bisa bersatu, mereka tidak akan menerima kita, karena ibumu ini telah menyakiti mereka dengan merebut ayahnya, kalau mereka tau keberadaan kita, ibu takut kamu bisa berada dalam bahaya." Jelas Bu Sinta, tidak ingin membohongi Nadin lagi.

"Kenapa ibu memberitahu Nadin sekarang, setelah Nadin segede ini? Ibu dan ayah sudah mempermainkan Nadin selama 23 tahun lamanya, seandainya ayah tidak sakit parah, pasti ibu masih menyembunyikannya kan?" Nadin belum bisa terima.

"Ibu minta maaf Nad, ibu tidak memberitahu sejak dini, karena ibu merasa kamu juga tidak akan paham, ketika kamu beranjak remaja ibu sempat ingin memberitahumu tapi ibu takut mentalmu belum siap, ibu rasa sekarang waktu yang tepat, walaupun kenyataannya tetap saja membuatmu sakit hati," jelas Bu Sinta.

"Satu lagi, kalau kamu mau marah, marah saja pada ibu, ibulah yang ingin merahasiakan ini darimu, jangan pernah marah pada ayah, dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, pada kita dan semua keluarganya, ayah sangat menyayangimu, Nad. Ia mau mengikuti saran ibu untuk menyembunyikan keberadaan kita bukan karena dia benci, itu karena ayah mau menyelamatkan semua keluarganya, ia hanya tidak ingin ada yang terluka," lanjut Bu Sinta sambil mengusap air matanya lagi, kemudian menatap Nadin dengan tatapan sendu. Nadin sendiri hanya bisa diam, mau bagaimana lagi, ia tidak bisa mengulang waktu.

"Maafkan ibu, Nad. Kamu mau kan, memaafkan ibumu ini?" Ucap Bu Sinta. Nadin masih tidak bisa berkata-kata tapi ia bisa menanggapi ibunya dengan anggukan, Bu Sinta pun menghambur ke arahnya lalu memeluknya erat seraya membisikkan maaf lagi di telinga Nadin. Nadin kembali mengangguk dengan samar.

"Terima kasih, Sayang" ucapnya lirih, lagi- lagi Nadin hanya menanggapinya dengan anggukan. Ia tidak punya kekuatan untuk bicara.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zizizaq
tetap semangat...
2024-01-10 22:34:58
0
32 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status